News
Pewartanusantara.com - Aristoteles lahir di tahun 385 SM, tepatnya di sebuah kota yang bernama Stageira, Chalcidine. Ia adalah anak dari Nicomachus, dokter pribadi Raja Amytas di Makedonia. Aristoteles muda mendapatkan didikan aristokrat sampai ia berusia 17 tahun. Untuk melanjutkan belajarnya tersebut, ia kemudian pergi ke Athena untuk mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi milik Plato. Ia kemudian tinggal di akademi selama 20 tahun hingga Plato meninggal.
Aristoteles kemudian menikah bersama Pythias yang sayangnya tak lama kemudian, istrinya tersebut meninggal dunia. Aristoteles kemudian menutuskan untuk menikah lagi dengan wanita bernama Herpyllis. Dari pernikahannya dengan Herypyllis tersebut, Aristoteles memiliki anak laki-laki yang kemudian ia beri nama sebagai Nicomachus.
Plato menjadi sosok yang sangat disukai oleh Aristoteles. Dan setelah Plato meninggal, Aristoteles pun memutuskan untuk pergi ke tempat lain, dan diantara tempat yang pernah ia kunjungi adalah Xenocrates, Lesbos dan Theophrastus. Selama perjalanannya tersebut, Aristoteles sempat melakukan riset dalam bidang Botani maupun Zoologi bersama rekan-rekannya.
Alexander Agung muda juga sempat menjadi salah satu murid Aristoteles. Alexander, putra dari raja Philip yang berkuasa di Makedonia pada masa itu, masih berusia 13 tahun. Kemudian di tahun 335 SM, saat Alexander naik tahta kerajaan sebagai raja, Aristoteles memutuskan untuk pindah ke Athena. Ia merasa bahwa ilmu yang dibekalkan kepada Alexander sudah cukup untuk menjadi seorang raja.
Alexander Agung dengan pencapaiannya yang luar biasa, menjadi sosok penguasa diktator yang membuat Aristoteles kurang setuju kepimpinannya tersebut. Hubungan diantara Alexander dengan Aristoteles pun bisa dikatakan kurang harmonis, bahkan Alexander sempat berniat membunuh Aristoteles. Hingga sepupu Aritoteles dijatuhi hukuman mati oleh Alexander dengan tuduhan pengkhianatan.
Walau bagaimanapun, Aristoteles memiliki hubungan yang erat dengan rakyat Athena dan menjadi tokoh terpercaya. Ia mendirikan sebuah akademi yang kemudian diberi nama Lyceum dan sempat ia kelola 12 tahun lamanya. Aristotles sendiri tetap memberikan kontribusi dengan karya yang luar biasa di tengah kesibukannya mengelola perguruan tinggi di Athena tersebut.
Karya-karya yang dihasilkan Aristoteles tersebut diantaranya berupa buku diktat untuk akademi dan tidak pernah diterbitkan di luar perguruan tinggi. Beberapa buku diktat kuliah tersebut diantaranya Physics, Metaphysics, Politics, Nicomachean Ethics dan De Anima. Tak sedikit sumbangsih yang diberikan oleh Aristoteles untuk ilmu pengetahuan. Sebut saja dari bidang ilmu pengetahuan alam, filsafat, ilmu pendidikan, ilmu budaya asing, sastra dan puisi. Hingga saat ini, Aristoteles memiliki 47 karya yang sekaligus membuatnya dikenal menguasai berbagai bidang ilmu.
Aristoteles mungkin memiliki banyak kesamaan dengan Plato, tetapi ada pula metode dapat dibedakan di antara kedua tokoh tersebut. Aristoteles memperkenalkan metode ilmiah dengan sifat deduktif dan induktif, sementara Plato mengenalkan metode ilmiah yang bersifat deduktif dan apriori, yang mana penilaian benar dan salah diberikan sejak sebelum terjadi ataupun saat mengalami kejadian. Metode berpikir deduktif ini masih digunakan hingga sekarang di tiap pelajaran yang membahas terkait logika formal.
Aristoteles memiliki penilaian bahwa ilmu pengetahuan bisa dijelajahi dengan cara praktis empiris, teoritik maupun seni puitis. Selain itu, Aristoteles juga masih memiliki kerangka berfikir lainnya yaitu yang membahas tentang silogisme yang digunakan dalam menarik suatu kesimpulan berdasar pada fakta-fakta yang sudah ada.
“Excellence is never an accident. It is always the result of high intention, sincere effort, and intelligent execution; it represents the wise choice of many alternatives - choice, not chance, determines your destiny.”
―
Tak heran jika kemudian Aristoteles dianggap sebagai Bapak Ilmu Empiris karena memang ialah yang pertama kali menggagasnya. Pengumpulan data harus dilakukan dengan komprehensif dan sistematis. Alam semesta, menurut Aristoteles, memiliki tujuan dalam hal penciptaannya yang kemudian menghasilkan konsekuensi yang disebutnya sebagai filsafat etika. Filsafat etika di mana setiap tindakan yang dilakukan manusia, sudah dipikirkan secara rasional dan bijaksana dengan tujuan untuk kebajikan.
Baca juga: Biografi Plato dan Pemikirannya (427 SM – 347 SM)
Pewartanusantara.com - Plato juga dikenal sebagai salah satu tokoh filsafat, dimana ia menjadi sumber bagi berbagai ajaran mengenai filsafat yang digunakan oleh masyarakat hingga saat ini. Seperti yang diketahui bahwa filsafat juga sudah merasuk ke dalam ranah ilmu pengetahuan juga kaitannya dengan konsep, nalar maupun ide. Plato sendiri juga dikenal sebagai sosok yang menjelaskan tentang benua Atlantis yang hilang.
Plato terlahir di Athena, Yunani sekitar tahun 429 SM dengan ayah yang bernama Ariston dan ibunya bernama Perictione. Dalam catatan, Plato diketahui meninggal di usia 80 tahun, atau tepatnya sekitar tahun 347 SM. Oleh orangtuanya, ia diberi nama sebagai Aristokles. Nama Plato sendiri diberikan oleh gurunya karena perawakan yang tinggi, dengan wajah rupawan dan bahu yang lebar.
Semasa kecilnya, Plato mendapatkan banyak ilmu pengetahuan diantaranya tentang pelajaran menggambar, musik serta puisi. Sementara di masa remaja, Plato dikenal sebagai pemuda yang ahir membuat sajak. Sebelum ia menjadi seorang filsuf terkenal, Plato sempat menerima pendidikan dari para filsuf sebelumnya. Pelajaran filsuf pertamanya didapat dari seseorang yang bernama Kratylos yang merupakan murid Herakleitos.
Ajaran filsuf Herakleitos yang diberikan pada Kratylos menjelaskan tentang segala sesuatu akan berlalu ibarat seperti air. Sayangnya, ilmu tersebut sepertinya kurang begitu diminati oleh Plato yang belakangan justru semakin penasaran tentang Sokrates. Plato pun berusaha untuk terus mempelajari dan memahami filosofi Sokrates lebih jauh.
Kemampuan Plato dalam menyatukan unsur seni, filosofi, puisi dan ilmu, menjadikannya sebagai sosok yang begitu istimewa karena sanggup mengikuti jejak Sokrates yang sanggup menggabungkan berbagai unsur ini menjadi sebuah kesatuan. Dalam pemikirannya, Plato menolak adanya hukuman. Baginya, hukuman adalah suatu bentuk kezaliman serta perilaku yang tak bertanggungjawab yang ditunjukan kepada orang lain.
Filosofi Sokrates sendiri sepertinya banyak mendominasi diri dan pandangan yang dibuat Plato. Inilah yang kemudian membuat Plato berpikir lebih baik menjadi korban kezaliman ketimbang melakukan perbuatan zalim. Pasca meninggalnya Sokrates, Plato kemudian melakukan perjalanan menuju ke Atena. Selama perjalanan 12 tahun itu, Plato tak sekedar menjalani langkah dengan apa adanya. Ia menyempatkan diri untuk menulis dialog, buku dan terus memperdalam ilmu matematikanya.
Salah satu pemikiran Plato yang terkenal dan terus berkembang adalah tentang idea. Ide diawali dari logika rasional, atau bisa diterima oleh akal sehat lalu berkembang menjadi suatu pandangan hidup. Tak hanya menjadi sebuah pandangan hidup saja, bisa saja ide tersebut semakin berkembang menjadi dasar ilmu yang lain, seperti ilmu politik, ilmu sosial ataupun ilmu agama.
Menurut Plato, ide bisa muncul dalam diri setiap manusia, dan tak selalu bergantung kepada pendapat maupun pandangan orang lain. Tiap orang memiliki ide, walaupun perlu dicari ataupun digali lebih jauh. Hal ini sepertinya sedikit banyak dipengaruhi oleh ajaran Sokrates yang menjelaskan bahwa budi adalah pengetahuan.
Dengan kata lain, ajaran tentang pengetahuan adalah hal penting untuk membangun budi yang berdasar pada pengetahuan. Baik Plato maupun Sokrates, keduanya sama-sama mencari makna dibalik pengetahuan dan budi. Keduanya menjelaskan bahwa pengetahuan dan budi tidak didapatkan dari pengalaman maupun dari pandangan.
Plato menganggap bahwa ide adalah suatu kondisi yang nyata, dan bukan hasil dari sebuah pemikiran. Selain itu, ide juga tak hanya berhubungan dengan jenis, melainkan bentuk dari ide itu sendiri secara nyata maupun dalam kondisi yang sebenarnya.
“Every heart sings a song, incomplete, until another heart whispers back. Those who wish to sing always find a song. At the touch of a lover, everyone becomes a poet.”
―
Plato juga memiliki argumen tentang dunia yang tidak memiliki tubuh, yaitu dunia yang bisa diketahui tanpa perlu pandangan atau pengalaman. Segala sesuatu tak harus berubah atau bergerak, tetap ada ataupun abadi. Dalam kondisi seperti ini, ide bisa menghasilkan sebuah pengetahuan yang sejati.
Pewartanusantara.com - Sokrates adalah seorang filsuf dari Athena, Yunani dan diperkirakan lahir di sekitar tahun 470 SM juga di kota tersebut. demi mencukup berbagai kebutuhan hidupnya, Sokrates disebut berprofesi sebagai seorang ahli bangunan atau Stone Mason. Meskipun ia tidak memiliki fisik ataupun wajah yang rupawan, ia memiliki pesona, karakter serta kepandaian yang membuat para aristokrat muda di Athena pada masa itu rela membentuk kelompok demi belajar pada Sokrates.
Sokrates menjadi salah satu tokoh penting dalam dunia filosofis Barat. Ia juga menjadi generasi pertama dalam 3 ahli filsafat besar Yunani, yaitu Sokrates, Plato lalu Aristoteles. Sokrates merupakan guru Plato, sementara Plato menjadi guru bagi Aristoteles. Semasa hidup, Sokrates tidak meninggalkan karya berupa tulisan sehingga jejak tentang pemikiran Sokrates didapat dari tulisan sang murid, Plato dan catatan dari murid-muridnya yang lain.
Untuk mengajar, Sokrates tidak menggunakan cara menjelaskan. Metode pembelajaran yang digunakannya adalah dengan cara mengajukan pertanyaan, menunjukkan adanya kesalahan logika dalam jawaban lalu menanyakannya secara lebih jauh lagi. Dengan begitu, para muridnya lebih terlatih dalam memperjelas ide mereka sendiri sekaligus bisa mendefinisikan berbagai konsep yang dimaksud dengan lebih terperinci.
Salah satu catatan tentang Plato yang paling terkenal yaitu dialog yang berisi percakapan diantara dua pria terkait berbagai topik filsafat. Sokrates mempercayai bahwa keberadaan manusia terkait dengan suatu tujuan. Ia juga percaya bahwa salah dan benar memiliki peran penting dalam mendefinisikan hubungan antara seseorang dengan lingkungan serta sesamanya.
Sokrates, sebagai seorang pengajar, banyak dikenang sebagai sosok yang ahli dalam berbicara sekaligus orang yang pandai dalam pemikiran. Sokrates percaya bahwa kebaikan datang dari pengetahuan tentang diri sendiri, pada dasarnya manusia memiliki sifat jujur, kejahatan adalah suatu akibat dari adanya salah pengarahan yang kemudian membebani kondisi seseorang.
Sokrates berpendapat bahwa pemerintahan yang ideal akan melibatkan orang-orang bijak yang dipersiapkan sebaik mungkin lalu mengatur sejumlah kebaikan demi masyarakat. Sokrates juga dikenang dengan gagasanannya yang sistematis dalam pembelajaran terkait keseimbangan alami lingkungan yang kemudian berkembang ke arah perkembangan ilmu pengetahuan. Ia juga mempercayai akan gagasan tentang gaya tungggal dan transeden dalam pergerakan alam semesta.
Inilah yang kemudian menjadikan Sokrates memiliki pandangan yang bertentangan terhadap kepercayaan umum kaum Yunani pada masa itu, di mana masyarakat memiliki kepercayaan terhadap kuil (oracle) dewa-dewa. Hal ini pulalah yang kemudian membuat Sokrates dipenjara karena dituduh merusak moral para pemuda Athena. Ujian dan pengadilan terhadap Sokrates ini dibahas dalam catatan Apology yang ditulis oleh Plato. Catatan lain yang membahas percakapan Sokrates dengan para muridnya selama dipenjara, juga diabadikan dalam Phaedo yang juga merupakan karya Plato.
Bagaimanapun, Sokrates tetap dinyatakan bersalah dengan hukuman bunuh diri dengan cara menenggak racun. Hukuman tersebut tetap ia terima dengan tenang walau para muridnya berkali-kali berusaha membujuk Sokrates agar melarikan diri. Dalam Phaedo, Sokrates dijelaskan meninggal dengan tenang dan dikelilingi oleh para sahabat dan muridnya pada tahun 399 SM.
“No man has the right to be an amateur in the matter of physical training. It is a shame for a man to grow old without seeing the beauty and strength of which his body is capable.”
―
Kontribusi terbesar Sokrates bagi pemikiran Barat yaitu metode Elenchus yang kemudian banyak diaplikasikan dalam menguji konsep moral yang utama. Inilah yang kemudian membuat Sokrates juga dikenang sebagai Bapak sekaligus sumber etika atau filsafat moral, bahkan filsafat secara umum.
Baca juga: Biografi Singkat Phytagoras, Ajaran dan Pemikirannya (570 SM – 480 SM)
Pewartanusantara.com - Siapa tak kenal Phytagoras? Phytagoras adalah seorang filsof asal Yunani dan terkenal sebagai pendiri aliran pythagoreanisme. Bisa dibilang, hasil pikiran Phytagoras banyak mempengaruhi Aristoteles dan Plato dan berdampak pada berkembangnya filsafat di Barat. Walau kehidupan Phytagoras cukup misterius, berikut biografi singkat Phytagoras yang bisa Anda simak untuk menambah pengetahuan:
Pythagoreanisme
Sudah pernah dengar mengenai aliran phytagoreanisme? Jika belum, pembahasan ini akan sangat menarik untuk Anda. Phytagoreanisme juga bisa dibilang sebuah agama yang dibentuk Phytagoras sebagai bentuk pembaharuan atas Orphisme, sementara Orphisme adalah gerakan pembaharuan atas kepercayaan yang memuja Dionysus.
Phytagoreanisme ini dibentuk di Croton yang dalam beberapa saat cukup berpengaruh di sana. Sayangnya, walau mendapat banyak sorotan, aliran ini juga mendapat banyak pertentangan sehingga Phytagoras harus pindah di Metapontion.
Beberapa peraturan yang wajib dipatuhi oleh pengikut aliras Phytagoreanisme diantaranya adalah:
- Tidak makan buncis
- Tidak makan roti dengan cara diremuk
- Tidak mengambil barang yang sudah telanjur jatuh
- Tidak memetik karangan bunga
- Tidak berjalan kaki di jalan raya
- Tidak menyentuh ayam jago putih
Ajaran Phytagoras
Phytagoras percaya bahwa setiap jiwa adalah abadi. Jika nantinya seseorang menemui kematiannya, jiwanya akan berpindah ke tubuh yang lain dan menjadi pribadi baru. Tidak selalu menjadi manusia kembali, bisa saja orang yang sudah mati akan hidup kembali dalam bentuk hewan atau tumbuhan. Ajaran ini disebut dengan metempsikosis.
Reinkarnasi ini bisa manusia lakukan asalkan melakukan penyucian dengan melakukan pantangan, khususnya terhadap makanan tertentu laiknya daging hewan dan kacang-kacangan.
Selain itu, Phytagoras juga percaya bahwa jiwa adalah harmoni yang berkaitan dengan badan. Ia mengibaratkan jiwa seperti harmoni dan badan bagaikan gitar yang tidak bisa dipisahkan dari dawainya. Jiwa-jiwa tidak bisa lepas dari badan dan jiwa sudah ada sebelum adanya badan.
Teorema Phytagoras
Phytagoras adalah orang pertama yang menyebut dirinya sendiri sebagai filsuf yang artinya sebagai pecinta kebijaksanaan. Memang pada zaman kuno ia memiliki berbagai teorema yang hasil pikirannya masih digunakan sampai detik ini. Penemuan phytagoras tidak hanya berkaitan dengan jiwa, tapi juga tentang matematika dan ilmu alam.
Dalam teorema phytagoras adalah hubungan antara dalam geometri Euclidean di antara tiga sisi segitiga siku-siku. Selain itu, phytagoras juga mengemukakan tentang bumi adalah bulat, teori mengenai bintang timur dan bintang barat adalah sama yaitu Venus, pun ia juga menyampaikan mengenai teori kesebandingan.
Penemuan Phytagoras
Tidak hanya pendapatnya mengenai matematika saja. Phytagoras juga menyampaikan penemuannya dalam bidang musik. Ini dia katakana ketika dia melewati tempat kerja seorang pandai besi dan mendengar suara adu palu mereka. Ia mendengarkan bahwa suara dari palu tadi sebanding dengan ukuran palunya dan menimbulkan musik yang sistematis.
Dari sini lah Phytagoras menyimpulkan bahwa notasi musik dapat diubah menjadi persamaan matematika. Walau begitu, legenda ini sudah dinyatakan kurang tepat.
Legenda Phytagoras
Phytagoras dilambangkan sebagai orang yang bisa membuat mukjizat, ini menurut Aristoteles. Aristoteles juga mengungkapkan bahwa sosok Phytagoras memiliki paha emas dan ini ditunjukkan saat olimpiade kuno masa itu.
“As long as Man continues to be the ruthless destroyer of lower living beings, he will never know health or peace. For as long as men massacre animals, they will kill each other. Indeed, he who sows the seed of murder and pain cannot reap joy and love.”
―
Menurut legenda juga, pernah suatu waktu Phytagoras terlihat di Metapontum dan Kroton di saat yang bersamaan, padahal jarak kedua tempat tersebut bisa dibilang jauh. Keajaiban Phytagoras tidak sampai di situ saja, beberapa saksi mata disebutkan pernah mendengar Sungai Kosas menyebut nama Phytagoras saat filsuf tersebut menyeberanginya.
Baca juga: Zeno: Filsuf Pra-Sokrates dan Pemikiran Paradoksnya (490 SM – 430 SM)
Pewartanusantara.com - Zeno adalah murid sekaligus pengikuti setia Parmenides yang kemudian banyak berkontribusi bagi politik di wilayah Elea, kota kelahirannya. Zeno yang hidup di masa sekitar tahun 490 SM hingga 430 SM sempat menulis sejumlah buku yang sayangnya tidak ditemukan keberadaannya. Berdasar pada pengisahan Plato, salah satu karya Zeno yang cukup populer adalah buku Hobbes. Buku ini menjelaskann dukungan Zeno terhadap ajaran Parmenides dan adanya kecenderungan menentang kaum Pythagorean.
Zeno dan Kaum Phytagorean
Pada masa itu, doktrin Pythagoras memang menjadi pusat filsafat di wilayah Barat. Dalam Pythagoras, alam semesta diatur oleh perbandingan serta bentuk, sementara planet-planet bergerak dalam ruang yang berbentuk bola. Aristoteles serta kalangan filsuf beranggapan bahwa bola tersebut tidak memiliki ketakterhinggaan. Inilah yang kemudian membuat kaum Barat menolak apa yang disebut sebagai ketakterhinggaan. Hingga akhirnya muncullah Zeno dengan karyanya yang berhasil mematahkan doktrin tersebut.
Zeno memiliki banyak hasil karya pemikiran berupa argumen yang menggugah pemahaman pada masa itu, utamanya tentang konsep ketakterhinggaan. Paradoks, atau teka-teki yang tidak dapat dipecahkan, dari Zeno yang tidak terjawab oleh orang Yunani ini digambarkan dalam lomba lari antara Achilles dan kura-kura. Ada pula yang digambarkan dengan gerakan anak panah dan argumen dikotomi dalam ruang kosong. Berikut ini beberapa pembahasan singkatnya:
Lomba Lari Achilles dan Kura-Kura
Achilles, sosok pahlawan dalam perang Troya yang dikenal dengan kelincahannya, tidak bisa menyusul posisi kura-kura lambat yang start terlebih dulu. Achilles berlari dengan kecepatan satu kaki/ detik, sementara kura-kura berlari dengan kecepatan setengah kaki/ detik. Di dunia nyata, tentu saja Achilles menjadi pemenang lomba ini. Namun argumen Zeno berhasil membuktikan bahwa bagaimanapun, Achilles tidak pernah bisa menyusul posisi kura-kura itu jika si kura-kura menyelesaikan langkahnya terlebih dulu baru disusul Achilles. Meskipun jarak diantara keduanya semakin dekat.
Kalangan filsuf pada masa itu tidak bisa membantah paradoks Zeno tersebut. Mereka tahu bahwa kesimpulan tersebut salah, tetapi tidak ditemukan kesalahan dari pembuktian matematis yang dibuat. Deduksi logika tidak dapat mematahkan argumen Zeno. Hingga akhirnya, orang Yunani berhasil menemukan ketakterhinggaan yang menjadi inti dalam paradoks Zeno tersebut. Gerakan berkesinambungan yang kemudian dibagi menjadi gerak yang lebih kecil sampai tak terhingga.
Gerakan Anak Panah
Zeno juga menceritakan bahwa sebuah anak panah bisa terbang melesat karena dilontarkan dari busurnya. Artinya, pada waktu tertentu, anak panah tersebut berada dalam kondisi 'diam' dan 'tidak diam'. Apabila waktu bisa dibagi ke dalam satuan saat, maka anak panah tersebut menjadi tidak bisa bergerak pada saat tertentu. Dengan kata lain, bisa dikatakan bahwa anak panah selalu berada dalam kondisi 'diam'.
Gerakan melesat, artinya anak panah tersebut mengalami perpindahan ke suatu tempat dalam rentang waktu tertentu. Namun dalam satuan saat tertentu, sebenarnya ia tidak benar-benar bergerak. Melainkan dalam kondisi 'diam' pada titik tertentu.
Argumen Dikotomi
Zeno memiliki pendapat bahwa dalam sebuah ruang kosong, terdapat jarak yang tidak terbatas, karena masih bisa dibagi kembali dalam jarak-jarak yang tak terhingga jumlahnya. Dengan kata lain, jarak dalam ruang kosong tersebut masih bisa dibagi ke dalam titik-titik yang tak ada habisnya. Gerak, yang mengharuskan suatu subyek untuk menempuh suatu jarak, menjadi mustahil diselesaikan karena berlakunya jumlah titik yang tak ada habisnya tersebut.
Zeno menyatakan bahwa suatu benda yang bergerak, setidaknya harus menempuh setengah lintasan dari jarak yang akan ditempuh terlebih dahulu, baru kemudian menempuh sisanya. Katakanlah dalam sebuah garis bilangan, ada sebuah benda bergerak dari posisi 0 ke posisi 1. Maka dalam garis tersebut, ia akan mencapai posisi 1/2 terlebih dahulu, lalu 3/4, kemudian 7/8 dan seterusnya yang membuatnya tidak pernah benar-benar sampai ke posisi 1. Gerak dari posisi 0 ke posisi 1 ini hanyalah sebuah sifat khusus, apapun gerakannya.
“if being is many, it must be both like and unlike, and this is impossible, for neither can the like be unlike, nor the unlike like”
―
Zeno sendiri berargumen bahwa paradoksnya ditujukan untuk menunjukkan adanya inkonsistensi kepercayaan umum akan beberapa hal. Ia mengklaim bahwa pada hakikatnya ada beberapa hal yang memiliki sifat yang tidak sama.
Baca juga: Thales of Miletus Sang Bapak Filsafat (620 SM – 540 SM)
Pewartanusantara.com - Thales atau yang juga dikenal dengan Thales of Miletus terkenal sebagai filsuf dan termasuk sebagai Tujuh Pria Bijaksana yang legendaris. Thales berasal dari Miletus, sebuah negara kecil bagian Asia. Karena kecerdikannya, tidak sedikit orang yang menganggapnya sebagai filsuf Yunani pertama, termasuk Aristoteles. Sebagai bapak filsafat, berikut biografi Thales yang perlu Anda ketahui:
Perjalanan Hidup
Thales adalah seorang saudagar yang kerap menyambangi Mesir. Mulai dari Mesir ini lah seorang Thales mempelajari perihal ilmu ukur yang kemudian ilmu tersebut ia bawa ke Yunani. Thales banyak belajar hingga bisa mengukur besar piramida hanya dengan melihat bayangannya saja. Selain itu, Thales juga bisa memperkirakan jarak sebuah kapal dari tepian pantai.
Tidak hanya mempelajari ilmu hukum, di kota Miletus yang tenang dan makmur, tempat kelahirannya, Thales mempelajari ilmu astronomi yang tersimpan di Babilonia. Dari ilmu astronomi itu lah, Thales bisa meramalkan adanya gerhana matahari yang terjadi pada tanggal 28 Mei 585 SM.
Karena kepiawaiannya, Thales kemudian dipercaya oleh Raja Krosus di Lydia menjadi penasihat militer dan tekniknya. Tidak sampai di situ saja, Thales juga pernah menjabat sebagai penasihat politik bagi dua belas kota Lona.
Disebut Sebagai Bapak Filsafat
Tentu bukan tanpa alasan mengapa Thales disebut sebagai bapak filsafat. Dalam buku Aristoteles ia menyebutkan bahwa Thales adalah orang pertama yang memikirkan asal muasal terjadinya alam semesta. Thales menjadi filsuf pertama di Yunani yang dengan pikirannya berusaha menjelaskan apa yang terjadi di dunia dan gejala-gejala yang ada secara rasional dan tanpa dibumbui mitos.
Karena kecerdikannya, Thales menjadi ahli geometri, ahli astronomi, dan juga ahli politik. Bersama dengan dua orang lain, yaitu Anaximandros dan Anaximenes, Thales termasuk dalam Mazhab Miletos. Mazhab Miletos adalah sebutan dari hasil pikiran ketiga tokoh tersebut yaitu:
- Alam semesta merupakan satu kesatuan.
- Alam semesta dikuasai oleh sebuah hukum dan tidak berjalan begitu saja.
- Karena adanya sebuah hukum, dunia kosmos atau yang dalam bahasa Yunani artinya teratur.
Meski hasil pemikiran Thales tidak tertuang dalam buku, apa yang dituliskan Aristoteles sudah bisa menjadi bukti bahwa Thales lah sang bapak filsafat dan perintis filsafat alam (natural philosophy).
Teorema Thales
Thales mempelajari banyak hal yang dipikirkan secara rasional dan tidak ingin terikat dengan segala sesuatu yang belum jelas kebenarannya atau mitos. Ada beberapa teorema atau hasil pemikiran thales yang perlu diketahui, yaitu:
- Lingkaran terbagi atas dua sama besar diameternya
- Sebuah segitiga samakaki memiliki sudut bagian dasar yang sama besar
- Apabila terdapat dua garus bersilangan yang lurus, kedua sudut yang berlawanan besarnya akan sama
- Setengah lingkaran sudut di dalamnya adalah sudut siku-siku
- Segitiga akan terbentuk manakala bagian dasar dan sudut-sudutnya yang bersinggungan di dasar tersebut sudah ditentukan.
Dari hasil pemikiran Thales ini menjadi bukti bahwa sejak zaman sebelum masehi pun, pemikiran yang rasional mulai banyak dicari tahu oleh orang dan meninggalkan mitos-mitos yang selama itu berkembang di masyarakat.
“Nothing is more active than thought, for it travels over the universe, and nothing is stronger than necessity for all must submit to it.”
―
Selain itu, pada catatan yang ditulis oleh Herodotus, Thales pernah memberikan nasehat kepada penduduk Lonia yang sedang terancam karena Kerajaan Persia di abad ke-6 SM untuk membentuk pusat pemerintahan beserta administrasi bersama di Teos. Sebagaimana yang diketahui bahwa Kota Teos memiliki posisi sentral di seluruh Lonia dan menjadi sebuah polis yang bersatu.
Baca juga: Konsep Ketuhanan Xenophanes 570 SM – 475 SM
Pewartanusantara.com - Ada banyak sekali filsuf di dunia ini, dan salah satunya adalah Xenophanes yang hidup antara abad 570 SM sampai 475 SM. Tidak hanya sebagai seorang filsuf, Xenophanes juga dikenal sebagai penyair dan puisi-puisi yang dituliskannya kerap menggambarkan hasil pikirannya. Tidak hanya mengenai filsafat, Xenophanes juga kerap menulis puisi tentang cinta, perang, sejarah, dan tema tradisional lainnya.
Legenda Xenophanes
Disebutkan bahwa Xenophanes berasal dari Kolophon, Ionia, yang berada di Asia Kecil. Dalam salah satu puisinya, disebutkan bahwa ia meninggalkan kotanya sendiri pada saat memasuki umur 25 tahun karena kota kelahirannya direbut oleh bangga Persia.
Perjalanan yang dilalui Xenophanes cukup panjang. Setelah meninggalkan Kolophon, ia diketahui pernah singgah di kota Messina dan Katania di pulau Sisilia. Ada juga sumber yang mengatakan bahwa ia pernah mampir ke Malta, Pharos, dan Syrakusa sebelum akhirnya menetap di Elea, Italia Selatan. Saat kota Elea didirikan pada tahun 540 SM, Xenophanes membuat sebuah syair di sana.
Pemikiran Xenophanes
Dalam sebuah hasil pemikirannya, Xenophanes mengatakan bahwa manusia tidak serta merta mendapatkan hasil pikirannya sendiri atau terlahir dengan kepintaran secara langsung. Xenophanes mengatakan bahwa manusia mencari tahu pengertahuan itu sendiri seiring berjalannya waktu. Xenophanes menyatakan bahwa,
Pada awalnya, manusia tidak mendapatkan pernyataan apapun dari dewa-dewi. Namun, seiring berjalannya waktu akhirnya manusia berhasil menemukan berbagai hal menggunakan caranya sendiri.
Dari situ bisa dilihat bahwa manusia mencari ilmunya sendiri meski itu berawal dari kemungkinan-kemungkinan yang ada dan melalui penelitian. Karenanya, Xenophanes mengatakan bahwa perlu adanya pembeda dari kebenaran, pengetahuan, dan kepercayaan.
Teori "Satu yang Meliputi Semua"
Pada masa Xenophanes ada paham orang Yunani yang mengatakan bahwa dewa dan dewi Yunani membuat malu manusia. Ini disebabkan karena dewa-dewi ini melakukan berbagai hal yang dilarang seperti mencuri, penipuan, hingga zina. Terutama pada Herodotos dan Hesiodos yang merupakan orang berpengaruh saat itu, Xenophanes menyatakan ketidak setujuannya.
Xenophanes membatah mengenai penggambaran dewa-dewi menurut manusia. Ia juga mengatakan bahwa manusia sering meletakkan sifat manusia ke dalam dewa-dewi tersebut sesuai dengan keinginan sendiri. Sanggahan Xenophanes yang saat itu diutarakan adalah,
Seandainya saja hewan seperti sapi, kuda, serta singa memiliki tangan dan memiliki kepandaian menggambar sebagaimana manusia, pasti kuda akan menggambar dewa-dewi menyerupai mereka, sapi akan menggambar dewa-dewi seperti wujudnya, dan demikian pula singa akan menggambar para dewa maupun dewi sebagaimaja tubuh mereka.
Xenophanes mengatakan bahwa antropomorfisme terhadap dewa-dewi bukan hal yang tepat dan menggunakan teori "Satu yang Meliputi Semua". Teori ini sekilas mirip dengan adanya konsep ‘Ketuhanan’ tapi tidak sama karena disebutkan dalam bentuk jamak atau lebih dari satu sementara konsep Tuhan ialah monoteisme atau satu.
God and Men
Teologi Xenophanes yang cukup besar adalah mengenai God and men atau Tuhan dan manusia. Ia menjabarkan bahwa setiap kebudayaan memiliki penggambaran mengenai Tuhan yang berbeda-beda. Karena ia melakukan berbagai perjalanan, ia bercerita bahwa orang Thracia menggambarkan Tuhan adalah sosok yang bermuka pucat dengan rambut merah.
Berbeda dengan sosok Tuhan menurut orang Yunani maupun Scythia. Xenophanes menganggap jawaban tadi benar karena menurutnya, pandangan Tuhan tidak lain adalah hasil pikiran manusia itu sendiri. Xenophales percaya bahwa adanya perbedaan budaya dan juga ras mempengaruhi pola pikir manusia mengenai Tuhan.
“One god there is, in no way like mortal creatures either in bodily form or in the thought of his mind. The whole of him sees, the whole of him thinks, the whole of him hears. He stays always motionless in the same place; it is not fitting that he should move about now this way, now that.”
―
Gambaran Tuhan menurut Xenophanes sendiri adalah, ia adalah sosok yang Maha dan melampaui keberadaan dewa-dewi dan bisa mendengar dan melihat segalanya.
Baca juga: Pemikiran Heraklitus, Filosof Yunani Kuno 600 SM – 540 SM
Pewartanusantara.com - Heraklitus adalah salah satu tokoh filsafat pada masa kerajaan Yunani Kuno, atau lebih tepatnya era prasokrates. Tokoh ini tidak masuk pada aliran filosof manapun meskipun munculnya bersamaan dengan tokoh-tokoh filsafat lainnya. Ia terkenal dengan pemikirannya yang berbeda dengan tokoh filsafat lainnya, sehingga keberadaanya diakui berdiri sendiri tanpa campur tangan tokoh lain.
Filosof yang satu ini berani mengambil resiko untuk mengomentari tokoh lain yang dirasa menyeleweng dari pemikirannya. Heraklitus juga kerap dianggap sebagai penentang karena kebanyakan pemikirannya bertolak belakang dari pemikiran filsafat pada masa itu. Meskipun filsuf ini sangat kontroversional, namun keberadaanya masih diakui sampai sekarang, dan berikut sedikit ulasan tentangnya.
Riwayat Hidup Heraklitus
Heraklitus adalah seorang filosof yang berasal dari wilayah Asia Kecil di dataran Efesus. Menurut beberapa literatur, heraklitus lahir pada abad 5 sebelum masehi dalam keluarga besar Aristrokat.
Ia ditakdirkan mendedikasikan dirinya sebagai tokoh filosof sehingga harus merelakan hartanya untuk keluarganya. Heraklitus sendiri adalah tokoh filosof yang ada di masa filosof Pythagoras serta Xenophanes.
Tokoh ini memang dikenal dengan tokoh muda yang cerdas dan cerdik. Keunggulannya dibuktikan dengan kemampuannya mengimbangi beberapa tokoh filsafat pada zamannya, meskipun usianya jauh lebih muda.
Heraklitus selama hidupnya mengembangkan pemikirannya di wilayah kelahirannya, yakni Efesus. Pada akhirnya, ia melakukan perjalanan keluar daerah tempat tinggalnya saat wilayah tersebut dikuasai kaisar Persia.
Pemikiran Heraklitus
Heraklitus adalah tokoh filosof yang terkenal dengan pemikirannya tentang perubahan yang terjadi pada alam semesta. Pemikiran Heraklitus tersebut berdasarkan kajiannya tentang tidak adanya sesuatu yang permanen di alam semesta. Konsep pemikiran ini muncul karena menurutnya segala sesuatu berasal dari ketidak adaan dan setelah melewati proses menjadi ada.
Tokoh yang satu ini terkenal sebagai tokoh pencetus kalimat segala sesuatu pastinya mengalir tanpa terkecuali. Heraklitus mengemukakan pendapatnya ini menggunakan bahasa Yunani yang kemudian diterjemahkan oleh pengikutnya. Kalimat tersebut berkaitan dengan keadaan alam semesta yang akan berubah sesuai perkembangan zaman dengan mengalirnya waktu.
Pemikiran Heraklitus yang kedua adalah perubahan yang terjadi di alam semesta dapat beralur secara teratur karena adanya logos. Pemikiran Heraklitus mengenai logos sendiri berbeda dengan pemikiran-pemikiran tokoh filsafat lainnya. Menurut Heraklitus, logos merupakan suatu rasio sebagai hukum yang menggerakkan semua komponen di alam semesta seperti halnya makhluk hidup.
Pemikiran Heraklitus yang terkenal berikutnya adalah setiap yang ada di alam itu memiliki awalan. Menurut pendapat tersebut segala sesuatu yang ada memiliki awalan dan menjadi satu kesatuan padu. Berkaitan dengan itu pula, Heraklitus mencetuskan bahwa suatu pertentangan yang muncul dalam pertikaian adalah keadilan walaupun hal ini mendapat kecaman dari berbagai pihak.
Pengaruh Pemikiran Heraklitus
Berbagai pemikiran Heraklitus mengenai perkembangan alam semesta banyak menuai konflik dengan para tokoh filsafat lain. Salah satu filosof yang pernah bersitegang dengan Heraklitus adalah Anaximes. Pada masanya, Anaximes menentang pemikiran Heraklitus tentang pertikaian yang dianggap keadialn. Anaximes cenderung menganggap suatu pertikaian adalah ketidakadilan yang selalu dibenarkan.
Munculnya berbagai pertentangan tentang pemikiran Heraklitus sendiri dikarenakan pada masa tersebut masih belum ada filosof yang bisa memisahkan antara komponen rohani dan materi. Belum adanya pencetus komponen tersebut menjadikan pemikiran heraklitos mengenai logos yang dianggap bentuk material sekaligus rohaniah.
“The soul is dyed the color of its thoughts. Think only on those things that are in line with your principles and can bear the light of day. The content of your character is your choice. Day by day, what you do is who you become. Your integrity is your destiny - it is the light that guides your way.”
―
Heraklitus pernah menulis sebuah buku, namun saat ini sudah tidak ditemukan lagi. Menurut literatur buku tersebut berisi beberapa pemikiran Heraklitus dalam fragmen dengan pepatah singkat yang maknanya tidak jelas. Kebanyakan pemikiran Heraklitus yang abu-abu tersebut menjadikan tokoh ini dikenal dengan julukan si gelap karena tidak ada yang bisa menafsirkan pemikirannya.
Pewartanusantara.com - Parmenides adalah salah satu tokoh filsafat yang hidup pada masa antara tahun 520 SM sampai 420 SM. Parmenides merupakan seorang tokoh filsafat yang beraliran elea. Pada masanya, Parmenides juga merupakan seorang filosof yang paling masyhur dari aliran tersebut. Parmenides sendiri adalah sebuah nama yang memiliki makna terus stabil.
Tokoh yang satu ini bisa dikatakan cukup berbeda dari tokoh filsafat lain karena beliau menuliskan pemikirannya dalam bentuk puisi. Bentuk pemikiran yang demikian menjadikan karya parmenides masih dinikmati hingga saat ini meski sudah berabad-abad. Menjadi tokoh filosof yang masyhur menjadikan parmenides banyak dicari-cari orang, dan berikut biografi tokoh filsafat tersebut.
Riwayat Hidup Tokoh Filosof Parmenides
Parmenides lahir pada abad 5 SM tepatnya di tahun 540 SM dan meninggal pada tahun 470 SM. Parmenides adalah seorang tokoh filsafat prasokrates yang menganut aliran Elea. Filsuf yang satu ini memiliki keunggulan dalam bidang metafisika dan ontologi. Keunggulan Parmenides dari kedua bidang tersebut menjadikannya tokoh yang memiliki gagasan penting mengenai berbagai hal.
Filsuf ini tinggal di dataran Elea, tepatnya pada wilayah Italia Selatan. Ia memiliki latar belakang keluarga yang kaya dan terpandang di daerahnya. Selain dikenal sebagai tokoh filosof yang berbakat, ia juga dikenal sebagai pencetus konstitusi di Elea. Parmenides sendiri adalah salah satu murid tokoh filsafat Xenophanes.
Tokoh ini mengikuti gurunya hanya pada hal yang berkaitan dengan cara penyampaian pemikirannya yaitu dengan menggunakan puisi. Namun demikian, ia dianggap sebagai murid yang berbakti dan berbakat oleh Xenophanes meski memiliki pemikiran yang berbeda dari gurunya. Pada masanya, Parmenides pernah mendatangi Sokrates muda di wilayah Athena.
Pemikiran Tokoh Filosof Parmenides
Pada bukunya Parmenides tidak menjabarkan secara rinci mengenai pemikirannya, namun ia mengemukakan sifat-sifat terkaitnya. Menurut literatur, sesuatu yang ada dari pemikiran parmenides adalah hal yang tetap, tidak bergerak dan tidak dapat dihancurkan. Pemikiran tersebut berasal dari keyakinan bahwa yang ada sebagai kunci menuju kebenaran.
Konsep pemikiran Parmenides yang demikian ini bertolak belakang dengan pemikiran Heraklitus. Parmenides menganggap sesuatu yang ada akan tetap ada dan tidak mengalami perubahan, sedangkan Heraklitus menganggap suatu yang ada dapat berubah. Konsep pemikiran parmenides ini sering kali disebut sebagai bantahan terhadap pemikiran Heraklitus.
Pemikiran Parmenides juga menghadirkan konsekuensi sebagaimana pemikiran pada umumnya. Konsekuensi yang pertama adalah, apa yang ada menjadi kesatuan dan tidak bisa dibagi.
Keadaan ini dikarenakan pemikiran tersebut berwujud plural sehingga tidak dapat dipisahkan. Pendapat lain memaparkan bahwa pemikiran Parmenides mengatakan suatu yang ada tidak bisa dihilangkan karena kodratnya ada.
Sifat lain dari pemikiran Parmenides adalah suatu yang ada merupakan komponen sempurna. Pendapat ini dikuatkan dengan maksud bahwa sesuatu yang ada telah dijadikan sedemikian rupa oleh pembentuknya.
Contoh dari argumen ini misalnya bola. Dalam hal ini bola memiliki jarak dari titik pusat ke dasarnya sama setiap sisi. Salah satu contoh tersebut juga membuktikan jika pemikiran Parmenides terbentuk pas sesuai tempat.
Pengaruh Pemikiran Tokoh Filosof Parmenides
Parmenides memiliki kiprah yang baik dalam perkembangan filsafat pada era Yunani Kuno. Parmenides digadang-gadang sebagai tokoh filsafat pencetus ilmu metafisika pertama. Pendapat ini diperkuat karena semua pemikiran Parmenides bersumber dari kekuatan yang ada.
“We can speak and think only of what exists. And what exists is uncreated and imperishable for it is whole and unchanging and complete. It was not or nor shall be different since it is now, all at once, one and continuous.”
―
Pada zaman selanjutnya filsafat terbukti berkembang untuk meneliti pendapat Parmenides. Salah satu penemuan filsafat setelahnya yang menjadi bukti pengaruh Parmenides adalah rasio kecocokan pemikiran dengan data indrawi. Ilmuwan yang terbukti dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Parmenides diantaranya adalah Aristoteles dan Plato.
Baca Juga: Martin Heidegger, Kontroversi dan Teorinya
Pewartanusantara.com - Pasti Anda sering mendapati kuis psikologi yang berhubungan dengan interpretasi dari eksistensi sebuah gambar, bukan? Atau pernahkah Anda menonton film Judgement Day? Di situlah terdapat satu teori Heidegger yang berbunyi, Saat manusia tidak dapat mengendalikan teknologinya sendiri, di situlah muncul kiamat. Ini dia biografi Martin Heidegger.
Riwayat Hidup
Martin Heidegger lahir di Messkirch, Jerman Barat pada 26 September 1889. Dia merupakan salah satu murid filsuf legendaris Edmund Husserl. Martin berasal dari keluarga religius Katolik, bahkan masa kecilnya dia disiapkan menjadi seorang pendeta. Martin mendapatkan beasiswa dari gereja untuk melanjutkan studi ke sekolah tinggi di Konstanz.
Mengecap pendidikan di sana selama tiga tahun, Martin kemudian pindah ke Freiburg. Di universitas ini dia bertemu dengan Edmund Husserl dan ketertarikannya pada filsafat bertumbuh pesat. Dia berusia 17 tahun saat itu dan sudah membaca On the Manifold Meaning of Being according to Aristotle, buku karya Frantz Brentano.
Pendidikan dan Teori
Pada perkembangannya, Martin Heidegger menjadi seorang filsuf yang menggabungkan konsep dekonstruksi, eksistensialisme, hermeneutika, dan sebagainya. Konsep pemikirannya membelokkan filsafat Barat atas berbagai pertanyaan metafisika dan epistemologi menjadi pertanyaan-pertanyaan ontologis.
Dia bahkan merubah paradigma hermeneutika lama dengan pembalikan ontologis yang nantinya menjadi kerangka hermeneutika modern. Hidupnya yang kontradiktif menjadikan Martin semakin populer. Bayangkan saja, dia seorang Katolik religius namun mempunyai teori menolak konsep Tuhan secara metafisika.
Teorinya benar karena menurutnya Tuhan tidak tampak wujudnya dan tidak ada kondisi yang memungkinkan manusia berbicara langsung dengan Tuhan. Meski secara epistemologis Martin tampak terdengar tak bertuhan atau agnostik, teori konsep ketuhanannya menjadi acuan konsep Teologi Kristiani di masa depan.
Konsep ini berpendapat bahwa Tuhan secara metafisika tidak hanya cukup bersifat ilahiah dan bukan "Pengada" seperti yang disebutkan. Tuhan itu bukan "Pengada" namun "Mengada" yang begitu kuasa dan suci. Konsep "Pengada" hanya membuat Tuhan sejajar dengan "Pengada-pengada" yang lain.
Kontroversi Sang Tokoh
Konsep teologi Martin terganggu saat dia menikahi Elfrida Fetri yang merupakan pengikut Luther. Martin yang beragama Katolik kemudian mengalami krisis keimanan dan mempengaruhi teori teologinya. Kontroversi berlanjut saat Martin dianggap mendukung rezim Adolf Hitler melalui tulisan-tulisannya. Sampai dia tutup usia pun belum terungkap jelas keterlibatannya dengan Hitler.
Meskipun tampak kontroversial di bidang teologi dan ideologi, karya Martin di bidang fenomenologi meninggalkan jejak besar. Dia menulis sebuah karya yang berhubungan dengan teori Ontologi yang berjudul Being and Time. Di sini teorinya menjelaskan tentang teori keberadaan dan makna keberadaan manusia.
Tidak seperti makhluk hidup yang lain, manusia sering menanyakan keberadaannya dan karena itu manusia selalu memilih dan memutuskan sesuatu. Oleh karena pilihan-pilihan tersebut, ide-ide muncul dari seorang manusia. Perilaku manusia sehari-hari merupakan implementasi dan insting untuk mengungkap fakta dan makna seluruh entitas. Itulah yang disebut pemahaman ontologis.
Secara teoritis, Martin berpendapat bahwa ide penting tentang keberadaan manusia harus dipahami dari kehidupan sehari-harinya. Dalam hal ini Martin menganggap manusia tidak bisa terpisah dari hal yang diamatinya, tidak seperti teori sebelumnya yang dikemukakan oleh Descartes, Kant, dan Hume. Teori itu menyatakan bahwa manusia sebagai pengamat bisa memisahkan dari dunia yang diamatinya.
Tutup Usia
Martin Heidegger tutup usia pada 26 Mei 1976 pada usia 86 tahun di Freiburg im Breisgau (Jerman). Lepas dari teori teologinya yang kontroversial, Martin telah meninggalkan pemikiran tentang keberadaan otentik yang harus merujuk pada sejarah yang otentik. Teori ini digunakan oleh para sejarawan untuk melakukan pencarian keotentikan.
“If I take death into my life, acknowledge it, and face it squarely, I will free myself from the anxiety of death and the pettiness of life - and only then will I be free to become myself. ”
―
Biografi Martin Heidegger selalu menarik untuk disimak. Teori filsafatnya yang menyangkut beberapa pemikiran dan aspek membuat dirinya mudah masuk dalam segmen yang beragam.