Pewarta Nusantara
Menu Kirim Tulisan Menu

Biografi Ludwig Wittgenstein, Pendidikan dan Karirnya

Ludwig Wittgenstein

Pewartanusantara.com - Pernah mendengar nama Ludwig Wittgenstein? Sudah tahu karyanya? Sebagian dari Anda mungkin sudah akrab dengannya. Tapi tidak menutup kemungkinan ada juga yang belum pernah mendengar namanya dan mengetahui karyanya. Kira-kira siapakah Ludwig Wittgenstein itu? Langsung saja kita intip penjelasan singkat mengenai biografi Ludwig Wittgenstein di bawah ini.

Masa Kecil Ludwig Wittgenstein

Ludwig Wittgenstein memiliki nama lengkap Ludwig Josef Johann Wittgenstein. Ia lahir di Vienna, Austria pada 26 april 1898. Ayah Ludwig Wittgenstein bernama Karl Otto Clemens Wittgenstein. Ayahnya adalah seorang industriawan yang terkaya di Eropa pada tahun 1880an. Ibunya bernama Leopoldine Maria Josefa Kalmus atau yang lebih akrab disapa dengan Poldi.

Ludwig Wittgenstein hidup bersama dengan ayah, ibu, dan 8 saudara kandung. 4 diantaranya adalah perempuan yakni, Hermine, Margaret (Gretl), Helene, serta Dora (yang sudah meninggal ketika ia masih bayi) dan 4 saudara lainnya adalah laki-laki yaitu Johannes (Hans), Kurt, Rudolf (Rudi), Paul. Ludwig Wittgenstein merupakan anak bungsu dari 9 bersaudara ini.

Pendidikan Ludwig Wittgenstein

Pembahasan tentang biografi Ludwig Wittgenstein berlanjut pada pendidikannya. Pada tahun 1906, lebih tepatnya pada bulan Oktober, Ludwig Wittgenstein memulai pendidikannya di Technische Hochschule Berlin yang terletak di Charlottenburg, Berlin. Disana ia banyak belajar tentang teknik mesin.

Selama belajar di Berlin, Ludwig Wittgenstein tinggal bersama dengan keluarga Professor Dr. Jolles. Selama berada di Technische Hochschule Berlin, ia mulai menunjukkan ketertarikannya pada bidang aeronautics. Ia menempuh pendidikan selama 3 semester dan berhasil meraih gelar diplomanya pada 5 Mei 1908.

Kemudian, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan doktornya ke Universitas Victoria yang berada di Manchester, Inggris. Di Universitas Victoria ini, Ludwig Wittgenstein memfokuskan dirinya untuk memperdalam ilmunya dalam bidang aeronautics.

Karir Ludwig Wittgenstein

Di Universitas Victoria, ia melakukan berbagai observasi mendalam tentang bagaimana layang-layang yang dapat terbang di udara. Ia juga melakukan berbagai eksperimen dengan bantuan dari sebuah situs pengamatan meteorologi yang berada di dekat Glossop. Selama berada di Glossop, Ludwig Wittgenstein melakukan pengamatan dibawah pengawasan Profesor Fisika yang bernama Sir Arthur Schuter.

Tak hanya situs pengamatan tersebut, Royal Meteorological Society juga membantunya untuk melakukan riset dan menginvestigasi tentang proses ionisasi atmosfer yang ada pada balon maupun layang-layang. Setelah melewati beragam penelitian dan melakukan banyak eksperimen, akhirnya Ia mampu untuk mendesain sebuah mesin pesawat jet kecil.

Setelah cukup lama bekerja di bidang aeronautics, Ludwig Wittgenstein mulai merasa frustrasi. Ia pun mulai mencari cara untuk menghilangkan rasa frustrasinya itu. Akhirnya ia menemukan dua buku yang berjudul The Principles of Mathematics karya Bertrand Russell dan The Foundation of Arithmethic karya Gottlob Frege. Buku-buku tersebut berhasil menghilangkan rasa frustrasinya itu.

Setelah membaca dua buku tersebut, Ludwig Wittgenstein mulai tertarik pada matematika. Ia pun memutuskan untuk mempelajari logika dan dasar-dasar matematika dan meninggalkan kecintaanya pada aeronautics. Untuk memperdalam ilmunya tentang logika dan matematika ia pergi mengunjungi Ferge di Universitas Jena. Ferge menyarankan agar ia belajar langsung dari ahlinya yaitu Bertrand Russell.

Ludwig Wittgenstein mengikuti saran Ferge dan pada 18 Oktober 1911 ia pergi menemui Bertrand Russell di Trinity College. Setelah bertemu dengan Bertrand Russell, Ludwig Wittgenstein aktif mengikuti pelajarannya bahkan setelah selesai pelajaran ia masih mengikuti Bertrand Russell ke ruangannya untuk berdiskusi tentang ilmu filosofi.

“Death is not an event in life: we do not live to experience death. If we take eternity to mean not infinite temporal duration but timelessness, then eternal life belongs to those who live in the present. Our life has no end in the way in which our visual field has no limits.”

Ludwig Wittgenstein meninggal pada 28 April 1951 saat ia berusia 62 tahun. Ia meninggal karena sakit yang dideritanya. Walaupun ia telah tiada namun karya dan pemikirannya yang ia tuliskan dalam berbagai manuskrip telah menginspirasi banyak orang. Nah, setelah membaca biografi Ludwig Wittgenstein ini tentunya Anda sudah sedikit mengenal tentang sang ahli ini.

Baca juga: Biografi Bertrand Russell, Filsuf dan Ahli Matematika dari Britania Raya

Penulis:

Editor: Erniyati Khalida

967