Pewarta Nusantara
Menu Menu

Selat Taiwan

Ardi Sentosa Ardi Sentosa
2 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara, Internasional - Para Pemimpin Uni Eropa telah mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap situasi yang sangat tegang di sekitar Selat Taiwan dan mengulangi komitmen blok tersebut terhadap kebijakan Satu China.

Dokumen yang merangkum hasil pertemuan puncak dua hari di Brussel menegaskan bahwa Uni Eropa prihatin dengan meningkatnya ketegangan di Selat Taiwan. Dan menentang segala upaya sepihak untuk mengubah status quo dengan kekerasan atau paksaan.

Mereka juga menegaskan kembali kebijakan Satu China yang telah menjadi konsisten dari Uni Eropa. Perdana Menteri Estonia, Kaja Kallas, juga menekankan pentingnya Uni Eropa memiliki pendekatan sendiri terhadap China, mengingat bahwa mitra transatlantik mereka memiliki pandangan yang sangat kuat tentang masalah tersebut.

Kallas menyatakan bahwa China semakin dilihat sebagai saingan sistemik, dan Uni Eropa harus mempertimbangkan risiko yang ada.

Namun, ia juga menggarisbawahi pentingnya adanya pendekatan Eropa yang seragam dalam hubungan dengan China, di samping pandangan mitra transatlantik.

Selama pertemuan puncak, Dewan Eropa membahas berbagai isu, termasuk perkembangan terkini dalam konflik Ukraina, kerja sama antara UE dan NATO.

Serta hubungan dengan China dalam konteks pertemuan yang akan datang antara UE dan Komunitas Negara Amerika Latin dan Karibia (CELAC). Perwakilan NATO, Jens Stoltenberg, juga turut berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.

Konflik mengenai status Taiwan telah berlangsung selama beberapa dekade. Taiwan telah memerintah secara independen dari China daratan sejak tahun 1949, tetapi Beijing menganggap pulau itu sebagai provinsi yang harus bersatu dengan China.

Meskipun Taiwan menyatakan dirinya sebagai entitas otonom, mereka tidak mengumumkan kemerdekaan formal. China menentang setiap kontak resmi dengan Taiwan oleh negara asing dan mempertahankan klaim kedaulatan mereka terhadap pulau itu. (*Ibs)

Baca Juga: Stasiun Radio Pro-Demokrasi Hong Kong Ditutup Akibat Tekanan Politik dan Pembekuan Rekening Bank