Sejarah
Sumpah Palapa siapa yang tidak kenal? Itu sumpah Maha patih Gajah Mada "Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa." yang salah satu tafsirnya berarti “tidak akan menikmati palapa” sebelum cita-citanya menyatukan seluruh Nusantara di bawah kerajaan Majapahit terwujud.
Ada pendapat bahwa palapa itu nama buah, tapi sampai sekarang belum diketahui bentuk dan rasanya seperti apa. Namun menurut Agus Munandar, Dosen arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UI ini menjelaskan bahwa dalam sumpah palapa terselip banyak makna. Menurutnya beberapa kalangan berpendapat bahwa amukti palapa berarti memakan Buah Palapa atau kelapa.
Jika memang benar palapa adalah buah kelapa lantas ada apa dengan buah kelapa ini? Seistimewa apakah buah kelapa sampai-sampai seorang maha patih kerajaan terbesar nusantara Majapahit ini menggunakannya sebagai kiasan di dalam sumpah tekadnya? Agaknya kita harus mengetahui apa tafsiran dari “amukti palapa” itu sendiri.
Disini ada beberapa penafsiran menurut pendapat para ahli seperti Penafsiran M. Yamin penafsiran tentang sumpah palapa diartikan Muhammad Yamin sebagai pantangan untuk bersenang-senang sebelum tujuannya tercapai. Tafsiran ini hampir sama dengan Profesor ahli Sejarah mengenai perjalanan Kerajaan Majapahit Slamet Muljana, Ia menyebutkan amukti palapa berarti bebas dari tugas atau cuti.
Selain itu Pendapat P. J. Zoemulder Pakar bahasa Jawa kuno ini berusaha mengupas arti sumpah palapa dari sudut pandang kebahasaan, Sobat. Amukti diartikannya mendapat dan palapa adalah kesenangan tiada akhir. Jika ditasirkan, sumpah palapa adalah niat kuat Gajah Mada untuk membuat kerajaan berada di posisi puncak.dan memang ada saat itu kerajaan Majapahit mengalami masa kejayaannya.
Dengan beberapa tafsiran di atas membuat kita semakin bertanya-tanya ada apa dengan buah palapa? Kenapa dengan arti semendalam seperti itu buah palapalah yang di gunakan sebagai kiasan oleh mahapatih GajahMada? Sungguh suatu pertanyaan yang terus menerus menjadi sebuah teka-teki untuk kita semua.
Ada juga menurut orang-orang terdahulu salah satu puncak kenikmatan duniawi adalah berhubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. Dan, sumpah para pemuda untuk tidak akan “menyentuh” perempuan adalah kiasan untuk tidak akan kawin atau menikah selama perang. Dengan penafsiran ini juga bisa di sambungkan dengan sumpah palapanya Mahapatih Gajah Mada.
Apalagi sampai sekarangpun jati diri dari seorang tokoh yang tenar seperti Mahapatih Gajah Mada belum bisa di ketahui secara akurat dan pasti, semua masih berupa hipotesis-hipotesis yang di luncurkan oleh beberapa ahli. Atau bersumber dari cerita-cerita yang beredar secara turun-temurun di masyarakat. Jati diri GajahMada menjadi PR bagi kita semua untuk dapat menggali sejarah Indonesia.