Pewarta Nusantara Menu

CODECO

Ardi Sentosa Ardi Sentosa
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara – Setidaknya 40 orang tewas dalam serangan mengerikan yang terjadi di sebuah kamp pengungsi internal (IDP) di wilayah timur laut Republik Demokratik Kongo.

Serangan tersebut dilakukan oleh kelompok milisi yang tergabung dalam koalisi bernama Koperasi untuk Pembangunan Negara Kongo (CODECO).

Kelompok milisi CODECO mengklaim melakukan aksi tersebut untuk melindungi komunitas Lendu dari kelompok etnis Hema serta pasukan militer Kongo.

Serangan tersebut menyebabkan terjadinya pembantaian yang mengerikan, di mana banyak orang tewas akibat tembakan dan serangan dengan senjata tajam.

Pejabat pemerintah setempat, Richard Dheda, mengonfirmasi bahwa sedikitnya 41 orang tewas dalam serangan tersebut. Maki Lombe, seorang saksi mata, menyaksikan lebih dari 40 mayat tergeletak di tanah setelah berhasil melarikan diri dari aksi kekerasan tersebut.

Serangan ini menimbulkan kepanikan dan ketakutan di antara warga setempat, yang merasa tidak aman dan rentan terhadap ancaman yang terus berlanjut.

Kongo timur telah lama dilanda konflik bersenjata yang melibatkan berbagai kelompok milisi. Situasi ini menjadi warisan dari perang regional yang berkecamuk pada tahun 1990-an dan 2000-an.

Diperkirakan sekitar 5,6 juta orang telah mengungsi di Kongo sebagai akibat dari konflik berkepanjangan ini. Provinsi Ituri, di mana terjadi serangan ini, merupakan salah satu wilayah yang terdampak parah oleh kekerasan tersebut.

Serangan-serangan serupa yang merenggut nyawa puluhan orang di kamp-kamp pengungsi di daerah ini menjadi hal yang sering terjadi, meningkatkan tingkat ketidakamanan dan krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.

Baca juga: Tragedi Bus Pesta Pernikahan di Australia: 10 Orang Meninggal Dunia

Serangan baru-baru ini oleh kelompok milisi CODECO menambah daftar kekerasan yang terjadi di wilayah itu. Pada pekan sebelumnya, mereka menyerang posisi militer di wilayah provinsi Mahagi, menewaskan tujuh warga sipil.

Situasi ini menunjukkan eskalasi kekerasan yang terus berlanjut dan meningkatkan kebutuhan akan perlindungan, bantuan kemanusiaan, dan upaya perdamaian yang lebih intensif di Republik Demokratik Kongo. (*IBs)