Monthly Archives: Juli 2020
Pewartanusantara.com - Jambi adalah salah satu provinsi yang masih memegang erat budaya Melayu. Tidak hanya dalam kebiasaan sehari-hari. Namun, dalam masalah rumah huniannya masih lekat dengan tradisi melayu. Anda bisa menemukan dengan mudah Rumah Adat Kajang Leko di beberapa perkampungan. Misalnya di kampung Lamo atau Kampung Bathin.
Rumah Kajang Leko adalah rumah panggung yang mempunyai keunikan tersendiri. Tidak hanya bentuknya yang panjang. Ada bisa melihat keunikan lainnya dari kontruksi bangunan rumah adat ini. Dimana atapnya berbentuk melengkung mirip dengan perahu. Orang Jambi menyebutnya dengan Gajah Mabuk. Hal yang mengacu pada cerita dari orang yang pertama kali membuat rumah Kajang Leko.
Nah, pada langit lahir yang menjadi pembatas dengan atap disebut tebar layar. Fungsinya sangat jelas sebagai penahan bila mana hujan merembes. Atau bisa juga dipakai sebagai tempat penyimpanan peralatan. Sedangkan bagian dindingnya terdapat ukiran dari kayu. Pintunya terdiri dari 3 jenis, pintu tegak, masi dinding dan balik melintang.
Ketika masuk rumah Kajang Leko ini, maka di dalamnya terbagi menjadi 8 ruangan. Ruangan tersebut diantaranya sebagai berikut ;
Ruang jagong. Ruangan ini mempunyai fungsi untuk tempat beristirahat seluruh anggota keluarga. Selain itu bisa pula dipakai sebagai tempat dalam menyimpan air.
Serambi depan. Tempat untuk menjamin dan menerima pada tamu. Akan tetapi untuk ruangan ini hanya dikhususkan untuk tamu pria saja.
Serambi dalam Ruang yang mana dipakai sebagai kamar untuk tidur bagi anggota keluarga laki laki.
Amben Melintang. Ruangan khusus untuk kamar pengantin.
Serambi belakang. Kalau serambi bagian belakang ini adalah ruangan yang dipakai sebagai tempat tidur untuk anak perempuan belum nikah.
Laren merupakan ruangan yang difungsikan untuk tamu wanita.
Garang, adalah ruangan yang bisanya dipakai untuk mengolah makanan serta menyimpan berbagai bahan makanan.
Sedangkan yang terakhir ialah dapur. Tempat untuk memasak berbagai hidangan khas dari Jambi.

Itulah dari beberapa bagian yang ada dalam Rumah Kajang Leko. Rumah adat provinsi Jambi ini masih sangat erat dengan aturan adat. Makanya tiap ruangan dalam rumah ini mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan harus ditaati sebagaimana adat istiadat yang berlaku.
Pewartanusantara.com - RumahLimas, merupakan Rumah Adat dari Sumatera Selatan. Seperti namanya, rumah ini mempunyai bentuk atap limas dengan lantai yang bertingkat-tingkat (bengkilas). Bagian itulah yang menjadi keistimewaan dari rumah adat ini. Di mana dalam setiap tingkatan mempunyai makna budaya tersendiri.
Rumah Limas mempunyai luas sampai dengan 1000 m2 atau bahkan bisa lebih. Karena luasnya itulah kemudian rumah ini difungsikan sebagai tempat melangsungkan berbagai kegiatan adat. Berdirinya Rumah Limas ini tidak lepas dari tiang yang dibuat dari bahan kayu Ulin. Dengan dinding dan lantainya yang berasal dari kayu tembesu. Sedangkan rangkanya dibuat dengan memakai kayu seru. Tidak lupa pula terdapat ukiran pada bagian pintu dan dindingnya.
Ciri Khas Rumah Adat Sumatera Selatan, Rumah Limas
Tidak hanya Limas saja, ciri khas dari rumah ini. Kalau anda melihat rumah adat Sumatera Selatan ini hampir menyerupai rumah panggung dengan tiang yang menancap di tanah. Lantaran itu dipengaruhi oleh wilayah berdirinya rumah ini, yang merupakan daerah perairan.
Tingkatan yang terdapat di dalam bangunan rumah ini terbagi menjadi 5. Yang mana setiap tingkatan merupakan sebuah ruangan dengan fungsi yang berbeda-beda. Tingkatan yang menunjukkan jenjang dari masyarakat. Mulai dari usia, jenis kelamin, bakat, pangkat sampai martabat.
Karakteristik dari tiap tingkatan dan siangnya, bisa dikategorikan dalam penjelasan berikut ini.
Tingkatan Pertama
Tingkatan dikenal dengan nama pagar tenggalung di mana tidak mempunyai dinding pembatas. Fungsinya sendiri ialah untuk menjamu tamu ketika dilaksanakan kegiatan adat.
Tingkatan Kedua
Disebut dengan jogan yang difungsikan untuk tempat berkumpulnya para lelaki..
Tingkatan Ketiga
Kekijing ketiga, mempunyai batasan berupa dinding penyekat. Digunakan sebagai tempat tamu ketika berlangsung acara, yang mayoritas sudah menginjak usia paruh baya.
Tingkatan Keempat
Kekijing ialah ruangan yang letaknya lebih tinggi lagi dibandingkan tingkatan yang sebelumnya. Ruangan di mana sebagai tempat orang yang mempunyai kedekatan dan dihormati oleh banyak orang. Misalnya tamu undangan terhormat seperti Datuk, Dapunto atau tamu undangan yang penting.
Baca juga: Rumah Adat Kajang Leko Jambi
Tingkatan Kelima
Ini merupakan ruangan yang paling luas disebut gegajah. Yang mana terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya ruang amben tetuo, pangkeng dan juga danaben. Semuanya itu punya fungsi yang berbeda satu sama lain. Ruang di tingkat ini lebih istimewa dan punya kedudukan paling tinggi diantara ruang yang lain.
Pewartanusantara.com - Rumah ada Bubungan Lima merupakan salah satu ikon dari Provinsi Walaupun banyak sekali ikon budaya dan etnik dari masyarakat Bengkulu. Namun, rumah adat ini masih bertahan, dan digunakan oleh masyarakat Bengkulu.

Rumah ada Bubungan Lima Bengkulu 2
Struktur dari rumah Bubungan Lima dibuat agar bisa tahan terhadap gempa. Makanya desain dari rumah ini berbentuk panggung. Hal ini tentu saja disesuaikan dengan letak Provinsi Bengkulu yang sangat rawan terjadi bencana gempa bumi.
Namanya sendiri ternyata diambil dari bentuk desain atap rumah ini. Tidak hanya Bubungan Lima saja, masih banyak sedan atap lainnya. Seperti Bubungan Limas, Bubungan Haji atau Bubungan Jembatan.
Adari Rumah Adat Bengkulu ini terbuat dari bahan baku ijuk, meski sekarang telah banyak yang menggunakan genteng. Di dalam bangunan rumah panggung selalu ada anak tangga. Rumah Bubungan Lima jumlah anak tangga selalu ganjil. Sebuah simbol ketuhanan yang dipercaya oleh masyarakat Bengkulu.
- Rumah ada Bubungan Lima Bengkulu 3
- Rumah ada Bubungan Lima Bengkulu 4
- Rumah ada Bubungan Lima Bengkulu 1
- Rumah ada Bubungan Lima Bengkulu 2
Rumah Bubungan Lima ini, awalnya merupakan tempat tinggal khusus bagi tetua adat atau penghulu bersama dengan keluarga. Sedangkan kalau masyarakat biasa desain rumahnya lain lagi. Makanya di Bengkulu anda bisa menemukan rumah adat lainnya, seperti Rumah Kubung Beranak, rumah Patah Sembilan, Umeak Potong Jang, dan masih banyak lainnya.
Desain Rumah adat Bubungan Lima, Bengkulu
Desain dari rumah adat ini memang dikhususkan bagi para ketua adat. Di mana susunan ruang yang ada dalam rumah Bubungan Lima ini terdiri dari beberapa bagian dengan fungsi yang berbeda.
Diantaranyaialah ;
Beranda (Bendoro)
Beranda (Bendoro) bagian depan rumah yang difungsikan untuk menjamu tamu atau tempat santai keluarga.
Hall
Hall. Tempat di mana dipakai untuk menjamu tamu yang dekat atau keluarga dekat.
Bilik Gedang
Bilik Gedang. Kamar tidur untuk kepala keluarga bersama istri serta anaknya yang masih berusia kecil.
Bilik Gadis
Bilik Gadis. Kamar khusus untuk anggota keluarga yang masih gadis dan sudah dalam usia dewasa. Letaknya tidak akan jauh dari Bilik Gedang.
Ruang Tengah
Ruang Tengah. Tempat bersantai dan juga tempat untuk anak laki-laki bujang tidur.
Garang
Garang, ruang menyimpan air dan biasa dipakai untuk mencuci pakaian atau piring.
Dapur
Dapur, Selain tempat untuk memasak, ruangan ini juga merupakan tempat menyimpan bahan makanan.
Bendoro belakang
Bendoro belakang. Merupakan tempat beristirahat dan bercengkrama bagi para wanita setelah memasak.
Kolong
Kolong. Bagian bawah rumah, dipakai untuk menyimpan kayu bakar, alat bertani, hasil panen atau juga bisa sebagai kandang ternak.
Baca Juga: Rumah Adat Sumatera Selatan, Rumah Limas
Nah itulah tadi penjelasan sekilas mengenai rumah Bubungan Lima yang merupakan Rumah adat Provinsi Bengkulu. Bisa dilihat bahwa rumah ini mempunyai ciri khas tersendiri. Mulai dari desain dan susunan ruangnya, menjadi sebuah hal yang tidak bisa ditemukan di rumah adat lainnya.
Pewartanusantara.com - Adat Provinsi Bangka Belitung sangat berkaitan erat dengan budaya Melayu. Banyak budaya yang masih sangat kental dengan adat dari Melayu, ini juga terlihat dari Rumah Adat Bangka Belitung. Dimana Rumah Panggong atau Panggung, adalah ikon etnik dari masyarakat Bangka Belitung.
Bentuknya memang sama dengan Rumah Melayu lainnya, dengan struktur panggung dangdut dibuat dari berbagai bahan alam. Rumah memiliki 9 ruang dan 1 tiang ditengah memiliki ukuran yang besar. Adat masyarakat Bangka, sangat melarang memberikan cat pada bagian dinding.
Meski terlihat warna dinding lusuh akan tetapi, malah ini yang menjadi daya tarik. Bagian atapnya banyak yang menilai mirip rumah Tionghoa dengan desain yang terbaru.
Rumah panggong tidak hanya menjadi simbol budaya saja. Dari dahulu rumah ini merupakan hunian bagi keluarga masyarakat Bangka. Makanya di dalam rumah ini dibagi menjadi beberapa ruang. Mulai dari ruang utama (ruang depan), loss serta dapur.
Baca juga: Rumah adat Bubungan Lima, Bengkulu
Karakteristik Rumah Adat Bangka Belitung
Ruang depan dimulai dari teras kemudian masuk ke ruang utama. Di dalam ruang tersebut ada berbagai macam pernak pernik hiasan yang menjadi ciri khas masyarakat Bangka belitung. Bagian ruang utama hanya seperti hamparan yang luas. Kalau tamu datang akan digelar tikar untuk menjamunya.
Sedangkan loss merupakan ruang pemisah ruang utama dan belakang. Ada beberapa pintu ke kamar yang punya rumah. Di bagian akhir ada dapur. Tempat memasak dan menyimpan berbagai macam alat dan bahan pangan. Semuanya ditata dengan rapi agar mudah dalam menemukan.
Berdasarkan penjelasan tadi, maka bisa dikatakan bahwa rumah bangka belitung ini mempunyai karakteristik tersendiri. Hal itu bisa dilihat dari beberapa hal berikut ;
Sesuai dengan namanya rumah ini bentuknya panggung dengan desain atap menyerupai pelana kuda.
Dingin masih lusuh karena aturan yang mengikat. Dimana dinding rumah tidak boleh dicat.
Terdiri atas beberapa bagian ruang dengan fungsi yang berbeda-beda.
Terdapat tangga sebagai jalan untuk masuk rumah.
Demikian tadi merupakan ciri khas yang bisa anda temukan di rumah Panggong, rumah adat dari Provinsi Bangka Belitung.
Pewartansantara.com - Provinsi Lampung mempunyai Rumah Adat sangat unik dan dijadikan sebagai ikon provinsi ini. Nuwo Sesat merupakan rumah tradisional yang dikategorikan dalam rumah panggung. Di mana desain tersebut diambil sebagai langkah dalam menghindari hewan buas dan goncangan gempa.
Letaknyaprovinsi Lampung sangat rawan terhadap terjadinya gempa bumi.
Rumah Nuwo Sesat memiliki atap yang dibuat dengan menggunakan daun ilalang dan hampir seluruh bagiannya berasal dari kayu. Setiap sisi dari rumah ini terdapat bebedapa ornamen yang menjadi ciri khas.
Baca juga: Rumah Adat Bangka Belitung
Karakteristik Rumah Adat Provinsi Lampung
Tidak semua rumah adat ini mempunyai tiang, ada rumah yang dibangun dengan lantai tanah. Namun, fungsi dasarnya masih sama dengan rumah adat lainnya.
Ciri yang sangat terlihat ialah dibagian atap yang dipenuhi dengan hiasan berupa payung besar (Rurung Agung).
Warnay dipakai ialah kuning, putih atau merah. Simbol keseimbangan masyarakat Lampung. Bentuk dari rumah Nuwo Sesat sangat beragam, tetapi ada ciri khas yang tidak bisa dilepaskan dari rumah adat ini.
Awal mula dari rumah adat Lampung ini, bukanlah hanya sebagai tempat tinggal.
Rumah Nuwo Sesat merupakan balai yang biasa dijadikan sebagai pertemuan. Di mana di rumah inilah tempat untuk mengadakan musyawarah atau pepung. Hal hal itulah yang kemudian membuat rumah ini disebut sebagai Sesat Balai Agung.
Agar lebih mengenal rumah adat Nuwo Sesat ini, maka berikut akan dibagikan mengenai bagian-bagian dari bangunan ini. Setidaknya ada lima bagian yang harus diketahui, diantaranya ialah sebagai berikut ;
Ijan Geladak adalah tangga yang mengantarkan masuk ke dalam rumah. Beserta dengan atap, biasa disebut dengan Rurung Agung.
Anjungan, ialah serambi tempat di mana diadakan rapat atau letemuan dalam lingkup kecil.
Pusiban, tempat diadakannya musyawarah adat secara resmi.
Tetabuhan, ruangan yang mana dipakai untuk menyimpan bebagai perlengkapan musik adat.
Gagah Merem, ruang istirahatnya para penyimbang masyarakat Lampung.
Beberapa ruangan tadi menjadi sebuah ciri khas dari rumah adat Nowo Sesat. Itulah ulasan mengenai Rumah Adat Provinsi Lampung, semoga bisa menambah wawasan pembaca.



