UEFA
Pewarta Nusantara, Solo – Jose Mourinho sekali lagi harus menghadapi konsekuensi dari komentarnya yang kontroversial terkait dengan wasit.
Kali ini, Asosiasi Sepak Bola Italia (FIGC) memberikan hukuman ganda kepada pelatih AS Roma tersebut. Dalam laga antara Monza vs Roma pada tanggal 3 Mei 2023 yang dipimpin oleh wasit Daniele Chiffi, Mourinho dianggap telah menghina dan merendahkan wasit tersebut.
FIGC mengumumkan bahwa Mourinho akan didenda 50.000 euro dan dilarang mendampingi timnya dalam dua giornata awal Serie A musim 2023-24.
Hukuman ini diberlakukan oleh Pengadilan Federal Nasional yang dipimpin oleh Carlo Sica. Mourinho harus menjalani sanksi selama 10 hari, yang berarti ia tidak akan bisa menjadi pelatih Roma dalam dua pertandingan awal musim mendatang.
Saat ini, lawan yang akan dihadapi Roma dalam dua laga tersebut masih belum diketahui. Meskipun dijatuhi hukuman, Mourinho tetap teguh pada pendiriannya.
Setelah pertandingan melawan Monza, dia secara terbuka menyebut Chiffi sebagai wasit terburuk yang pernah ia temui.
Mourinho bahkan mengungkapkan bahwa ia merekam seluruh pernyataan yang dia ucapkan selama pertandingan tersebut.
Meski proses hukum sudah berjalan, Mourinho enggan mencabut pernyataannya atau meminta maaf kepada Chiffi.
Baca Juga: Gianluca Scamacca Diharapkan Kembali ke Sassuolo untuk Menemukan Kepercayaan Diri yang Hilang
Sebelum dihukum oleh FIGC, Mourinho juga telah mendapat sanksi berat dari UEFA. Pelatih asal Portugal tersebut dilarang mendampingi Roma dalam empat pertandingan awal di kompetisi antarklub Eropa musim depan karena menyerang wasit Anthony Taylor dalam final Piala UEFA.
Hukuman-hukuman tersebut tidak hanya berdampak pada Mourinho, tetapi juga terhadap Roma secara keseluruhan.
Klub ini didenda 50.000 euro dalam kedua kasus tersebut dan oleh UEFA, mereka juga dilarang menjual tiket tandang pada pertandingan pertama di Liga Europa musim 2023-24. (*Ibs)
Pewarta Nusantara, Surabaya – Klub LaLiga, Osasuna, harus menghadapi kekecewaan besar setelah UEFA memutuskan untuk melarang mereka berpartisipasi dalam kompetisi Conference League musim depan.
Keputusan ini datang sebagai akibat dari hukuman yang diberikan oleh UEFA terkait kasus penyelewengan dan korupsi yang melibatkan beberapa mantan direksi klub.
Posisi Osasuna telah terancam sejak beberapa bulan terakhir, ketika UEFA mulai melakukan penyelidikan terhadap dugaan pelanggaran tersebut.
Kasus ini tidak hanya melibatkan individu, tetapi juga klub secara keseluruhan. Berdasarkan hasil penyelidikan, UEFA menyimpulkan bahwa hukuman harus diberikan.
Hukuman ini tentu saja sangat merugikan Osasuna, terutama setelah mereka menunjukkan penampilan yang fantastis pada musim 2022-2023.
Mereka berhasil mencapai final Copa del Rey untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade dan meraih posisi ketujuh di klasemen LaLiga, yang seharusnya memberikan mereka tiket ke Conference League musim depan.
Namun, dengan hukuman ini, tiket mereka untuk berpartisipasi dalam kompetisi tersebut telah dibatalkan, dan kemungkinan besar akan digantikan oleh Athletic Bilbao yang menempati posisi kedelapan.
Osasuna, bagaimanapun, tidak menerima keputusan ini dan bertekad untuk mempertahankan hak mereka. Klub ini berencana untuk mengajukan banding atas larangan tersebut.
Dalam pernyataan resmi klub, mereka menyatakan, “Kami akan mengajukan banding ke Badan Banding dan akan berjuang secara legal untuk mempertahankan hak kami.”
Mereka juga menekankan bahwa UEFA tidak mempertimbangkan fakta bahwa pengadilan Spanyol sebelumnya telah menyatakan mereka sebagai korban dalam kasus ini yang melibatkan beberapa mantan direktur klub.
Osasuna akan tetap berjuang untuk hak mereka dan meyakini bahwa mereka pantas berkompetisi di level Eropa musim depan, dengan dukungan penuh dari para penggemar, pemain, dan staf pelatih mereka.
Dalam situasi yang sulit ini, Osasuna berkomitmen untuk menggunakan segala kekuatan dan upaya yang mereka miliki untuk mempertahankan hak mereka dan memastikan bahwa suara mereka didengar di tingkat yang lebih tinggi.
Baca juga: Gavi, Pemain Muda Barcelona, Melawan Cemoohan dan Tetap Tenang saat Merayakan Gelar Timnas Spanyol
Meskipun terjadi hambatan, klub ini tetap percaya pada komitmen dan kerja keras mereka, serta keyakinan bahwa mereka berhak tampil di panggung Eropa pada musim yang akan datang. (*Ibs)
Pewarta Nusantara, Surabaya – Pelatih berpengalaman Jose Mourinho mendapat hukuman berat dari UEFA setelah insiden kontroversial melawan Sevilla di final Liga Europa.
Tindakan intimidasi terhadap wasit Anthony Taylor membuat Mourinho harus absen selama empat pertandingan Eropa musim depan bersama AS Roma.
Selain itu, Roma juga dijatuhi denda sebesar 55 ribu euro karena gagal mengendalikan perilaku pemain dan suporternya.
Pertandingan final Liga Europa dipenuhi keputusan kontroversial yang melibatkan wasit Taylor, dan ketidakpuasan terhadap kepemimpinannya tidak hanya datang dari Mourinho. Suporter Roma juga terlibat dalam kerusuhan, bahkan melempari kursi ke arah wasit di bandara.
Meskipun UEFA mengakui adanya kesalahan yang dilakukan oleh Taylor, mereka juga memberikan hukuman kepada Roma dengan larangan menjual tiket pertandingan tandang pada satu pertandingan Eropa musim depan karena aksi suporternya membawa kembang api ke Puskas Arena.
Hukuman ini tentu memberikan dampak negatif bagi Roma, yang merupakan salah satu perwakilan Italia di Liga Europa musim depan.
Mereka akan kehilangan kehadiran Mourinho dalam empat pertandingan awal di fase grup dan harus berjuang tanpa kehadiran pelatih mereka yang berpengalaman.
Baca juga: Ledakan Transfer Barcelona: Pemain Kelas Dunia Berbondong-bondong Menuju Camp Nou!
Meskipun menjadi tim unggulan di kompetisi tersebut, Roma akan menghadapi tantangan besar bersama dengan tim besar lainnya seperti Liverpool, Villarreal, dan Bayer Leverkusen. (*Ibs)
Pewarta Nusantara – Setelah mengakhiri pertandingan melawan Leicester dengan hasil imbang 0-0, Newcastle United berhasil meraih poin 70 dan menempati posisi ketiga dalam klasemen Premier League.
Hasil ini mengamankan tempat mereka di Liga Champions setelah absen selama 20 tahun.
Meskipun masih ada satu pertandingan tersisa, Newcastle United tidak dapat disalip oleh Liverpool yang berada di posisi kelima dengan selisih 4 poin.
Performa yang solid sepanjang musim ini telah mengantarkan The Magpies ke panggung bergengsi Liga Champions untuk pertama kalinya sejak musim 2002-2003.
Meski pada musim 2003-2004 mereka juga berhasil lolos ke Liga Champions, Newcastle tidak berhasil melaju ke babak grup setelah tersingkir di babak kualifikasi ketiga dan masuk ke Piala UEFA.
Namun, kini mereka memiliki kesempatan untuk bersaing dengan klub-klub elit Eropa di kompetisi teratas tersebut.
Pelatih Newcastle United, Eddie Howe, mengungkapkan rasa keterkejutannya atas keberhasilan membawa timnya finis di empat besar dan meraih tiket ke Liga Champions.
Dalam pernyataannya, Howe menyatakan bahwa pada awal musim mereka tidak pernah mempertimbangkan hal tersebut.
“Saya sama sekali tidak menyangka bisa mencapai ini dan rasanya luar biasa. Ini merupakan pencapaian yang luar biasa bagi kami yang berasal dari posisi yang sulit. Ini adalah momen emosional dan saya sangat bangga dengan semua orang yang terlibat dengan klub,” ujar Howe.
Howe juga menekankan betapa sulitnya untuk bersaing di Liga Champions dan mengatakan bahwa menembus dominasi tersebut adalah hal yang luar biasa.
Baca juga: Liga Inggris" href="https://www.pewartanusantara.com/5-fakta-menarik-manchester-city-musim-2022-2023-selain-juara-liga-inggris/" rel="bookmark">5 Fakta Menarik Manchester City Musim 2022-2023 Selain Juara Liga Inggris
Meskipun ia menunjukkan ketenangan secara lahiriah, di dalam hatinya, pencapaian ini memiliki makna yang sangat istimewa.
“Menghadiri kompetisi terbaik seperti Liga Champions adalah sesuatu yang luar biasa. Meraih hal tersebut adalah sesuatu yang akan diperbincangkan dalam waktu yang lama. Ini adalah musim yang luar biasa,” tambahnya.
Pernyataan Eddie Howe ini menggambarkan kegembiraan dan kebanggaan tim Newcastle United atas pencapaian yang tidak terduga ini, serta dedikasi dan kerja keras yang telah mereka lakukan sepanjang musim di Liga Inggris.