Pewarta Nusantara Menu

Sastra

Ardi Sentosa Ardi Sentosa
11 bulan yang lalu

Pekan kebudayaan Nasional atau yang disingkat menjadi PKN merupakan sebuah acara gelaran dwitahunan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sejak tahun 2019. Pada tahun 2023 ini gelaran pekan kebudayaan nasional diselenggarakan pada tanggal 20-29 Oktober 2023 dan tersebar di 40 titik lokasi wilayah JABODETABEK, salah satunya di Ruang Tamu PBSI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berada di Ciputat, Tanggerang Selatan. PKN 2023 di Ciputat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diselenggarakan mulai dari tanggal 20-28 Oktober 2023 dengan mengusung tema “Resonansi Budaya Islam: dari Ciputat untuk Dunia”. Beragam kegiatan dilaksanakan untuk memeriahkan acara mulai dari penampilan-penampilan bakat seperti membaca puisi, musikalisasi puisi, pantun, menari dan sebagainya yang ditampilkan oleh mahasiswa PBSI UIN Jakarta dan juga dari beberapa mahasiswa prodi lain yang ikut memeriahkan Pekan Kebudayaan Nasional 2023 di UIN Jakarta ini.

Selain penampilan-penampilan tersebut, juga dibuka “Pojok Baca Danarto” yang memberikan akses kepada mahasiswa terkait dengan karya-karya yang ditulis oleh Danarto. Ada juga bedah buku “Surat Jibril” karya Maftuhah Jakfar, diskusi mengenai “Resonansi Budaya Islam dalam Sastra dan Seni Rupa”, workshop Stand Up Comedy, tribute untuk mengapresiasi Budayawan Muslim Ciputat, Jamal D. Rahman, serta Monolog Putu Wijaya. Berbagai kegiatan menarik mengenai sastra yang ditampilkan pada Pekan Kebudayaan Nasional 2023 akan sayang untuk tidak dibahas atau dibedah. Penampilan dari para mahasiswa UIN Jakarta menarik untuk dikaji menggunakan teori-teori sastra salah satunya pada kajian sastra bandingan, alih wahana. Penampilan dari mahasiswa-mahasiswa ini membawakan beragam jenis karya sastra seperti puisi, pantun, monolog, dan bahkan Drama.

Ada salah satu penampilan yang menarik untuk dikaji dengan kajian sastra bandingan alih wahana yaitu dari penampilan mahasiswa PBSI UIN Jakarta Semester 5 kelas B. Mahasiswa semester 5 ini, menampilkan Dramatisasi cerpen Umi Kalsum yang merupakan sebuah adaptasi dari naskah cerpen Umi Kalsum karya Djamil Suherman. Alih wahana yang tadinya berbentuk sebuah cerpen kemudian ditampilkan menjadi sebuah drama menarik untuk dibahas. Maka dari itu, artikel yang saya tulis ini akan membahas mengenai “Alih Wahana Cerpen Umi Kalsum menjadi Drama di Pekan Kebudayaan Nasional 2023”.

Alih wahana dapat diartikan sebagai perubahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain. Sebuah karya sastra tidak hanya bisa dialihkan dari satu bahasa ke bahasa lain atau yang disebut dengan sastra terjemahan, tetapi juga dapat dialihwahanakan, yakni diubah menjadi jenis kesenian lain. Alih wahana pada cerita rekaan, misalnya, bisa diubah menjadi tari, drama, atau film; sedangkan pada karya sastra puisi bisa diubah menjadi lagu atau lukisan.,Namun hal yang sebaliknya bisa juga terjadi, misalnya sebuah novel ditulis berdasarkan film atau drama, dan puisi bisa lahir dari lukisan atau lagu.

Sebuah karya sastra yang beralih wahana itu merupakan kegiatan yang sah dan bermanfaat bagi pemahaman untuk memahami lebih dalam mengenai hakikat sastra. Kegiatan penelitian di bidang ini akan menyadarkan diri kita bahwa sastra dapat bergerak bebas ke arah manapun, berubah-ubah unsur-unsurnya agar bisa sesuai dengan wahananya yang baru. Pada kegiatan Pekan Kebudayaan Nasional 2023 di FITK PBSI UIN Jakarta, para mahasiswa semester 5 kelas B melakukan sebuah pertunjukkan yang bisa dibilang mini drama dengan naskah yang diambil dari kumpulan cerpen karya Djamil Suherman berjudul Umi Kalsum. Alih wahana yang tadinya berbentuk kumpulan cerpen dikemas secara lebih singkat menjadi sebuah naskah drama yang berdurasi kurang lebih 24 menit ini menarik untuk dibahas.

Cerpen Umi Kalsum merupakan cerpen karya Djamil Suherman yang terbit di Bandung oleh Mizan pada tahun 1993. Cerpen ini terdapat pada buku berjudul “Umi Kalsum Kisah-Kisah Pesantren” yang memiliki halaman sebanyak 123 halaman. Secara singkat cerpen ini menceritakan tentang seorang gadis pesantren di desa Kedumpring bernama Umi Kalsum yang kehidupannya selalu diatur oleh sang ayah yang memiliki sikap sombong dan pada akhirnya mengakhiri hidupnya sendiri karena tidak kuat dengan cobaan yang diberikan. Tidak hanya cerpen mengenai Umi Kalsum saja, tapi dalam kumpulan cerpen Djamil Suherman ini ada beberapa kisah-kisah di pesantren yang salah satunya mengambil konsep percintaan, namun ada bagian religiusitas juga. Seperti tentang Amran dan Fatimah, Jamil dan Zainab serta Umi ada dalam kumpulan cerpen ini yang memiliki kisah berbeda namun saling berkesinambungan.

Alih wahana yang dipentaskan oleh mahasiswa semester 5 kelas B ini tentu saja disesuaikan dengan konsep yang diusung. Tidak semua yang tertulis dalam kumpulan cerpen dimasukan ke dalam naskah drama. Karena alasan durasi pementasan dan juga tempat pementasan, banyak perubahan yang terjadi antara cerita dalam kumpulan cerpen dan dalam naskah drama yang dibuat. Seperti contohnya bagaimana kematian Umi yang jika dilihat dari cerpen adalah dengan gantung diri, namun saat dialih wahanakan menjadi drama, diubah dengan menyayat pergelangan tangannya.

Perubahan ini disebabkan karena kekurangan properti dan terlalu berbahaya jika harus menggunakan tali gantung, jadi penggarap naskah memilih opsi lain yang lebih mudah untuk dipentaskan. Selain masalah perubahan cara kematian Umi, karena di dalam pementasan drama ini ingin mengusung tema religius sesuai dengan tema Pekan Kebudayaan Nasional di PBSI UIN Jakarta, tidak hanya mengambil kisah yang berfokus pada Umi saja, namun dengan tokoh lain yang masih berkesinambungan dengan cerita. Namun, hal ini malah membuat adanya “plot hole” atau cerita tak lengkap karena hanya mengambil sebagian-sebagian kisah penting dari cerpen. Ada bagian yang tidak dimasukkan dalam naskah drama, namun dijelaskan dalam cerpen. Seperti tokoh Mursid yang disebut telah menghamili Umi, namun tokoh ini tidak dimunculkan dalam drama. Padahal pada cerpennya, Mursid memiliki peran penting yang membuat kematian Umi semakin jelas.

Ada juga kisah Amran dan Fatimah yang hanya diperlihatkan sekilas saja. Jadi, di dalam pentas drama ini menurut saya masih banyak cerita-cerita yang tak lengkap dan sulit dipahami apabila tidak membaca kumpulan cerpen tersebut. Selain dari segi perubahan pada bagian alih wahana cerpen menjadi naskah drama, ada hal lain yang berubah yaitu penggambaran tokoh. Penggambaran tokoh Umi dalam cerpen terlihat seperti seorang gadis yang lemah lembut dan cantik, suaranya halus. Namun, saat di pentaskan, peran Umi berubah menjadi sosok perempuan yang berjiwa kuat karena kurangnya pemahaman pemain dalam mendalami karakter Umi.

Tetapi dibalik kekurangan dari alih wahana cerpen menjadi drama yang ditampilkan mahasiswa PBSI ini, menurut saya pementasannya berjalan dengan lancar. Dan saya sangat menikmati penampilan yang dibawakan oleh mahasiswa. Ada pesan-pesan mendalam yang dapat diambil dan ada pula bagian seperti tata musik yang melengkapi cerita. Karena jika hanya dalam bentuk tulisan, tidak ada penggambaran audio di sana, namun jika berubah menjadi sebuah pertunjukkan drama, tentunya audio visual sangat memengaruhi pementasan tersebut. Begitulah, pendapat saya mengenai Pekan Kebudayaan Nasional yang diadakan di FITK PBSI UIN Jakarta. Masih banyak penampilan lain yang menarik dan akan ada puncaknya di Tribute nanti pada tanggal 28 Oktober 2023.