Pewarta Nusantara
Menu Menu

Nurul Hidayat

Verify Penulis
Di Portal Berita
Pewarta Nusantara
Nurul Hidayat adalah penulis di Pewarta Nusantara
Nurul Hidayat Nurul Hidayat
2 tahun yang lalu 04/11/22

Pewartanusantara.com - Siapa bilang jika seorang filsuf haruslah yang mempelajari filsafat sejak awal karirnya? Tentu saja tidak, seperti Alfred North Whitehead yang merupakan seorang matematikawan asal Inggris yang kemudian menjadi seorang filsuf. Semula ia menulis tentang ilmu aljabar, logika, fisika, metafisika dan berbagai ilmu lainnya. Berikut biografi Alfred North Whitehead yang perlu Anda ketahui.
Riwayat Hidup Alfred North Whitehead
Sosok Alfred North Whitehead tidak hanya terkenal pasca menjadi seorang filsuf saja, tapi sejak kecil, ia sudah menjadi bahan perbincangan. Ini tidak lain karena ia pintar dan baik dalam hampir semua pelajaran, termasuk olahraga. Ayah Alfred adalah seorang pendeta yang juga memiliki banyak teman.

Alfred North Whitehead adalah lulusan Trinity College, Cambridge pada jurusan Matrikulasi di tahun 1880 dan menyandang gelar BA empat tahun kemudian. Saking cerdasnya, Alfred pernah memenangkan lomba yang merupakan pembahasan teori Maxwell mengenai teori elektrisiti dan magnetisme. Karenanya, Alfred kemudian mendapat beasiswa dan diminta untuk menjadi asisten dosen.

Pada tahun 1888, Alfred dipromosikan menjadi pengajar di Cambridge, padahal sebelumnya ia sudah lebih dulu mengajar di Girton College. Sayangnya, waktu mengajarnya di Cambridge tidak lama karena terganjal kasus yang mengatakan bahwa umur pengajar harus lah setidaknya 25 tahun.

Menikah dengan pujan hati yang bernama Evelyn Wade di London pada tahun 1890, Alfred North Whitehead dikaruniai sepasang anak laki-laki dan perempuan. Sosok Evelyn berbeda dengan Alfred yang pendiam sehingga dia menjadi sosok yang bersemangat mempelajari matematika murni beserta dengan mencanangkan proyek penulisan Treatise on Universal Algebra.

Dalam salah satu biografi Alfred North Whitehead dikatakan bahwa dulunya ia mengikuti kepercayaan kedua orangtua yang merupakan pengikut Anglikan. Namun, setelah menikah Alfred mengalami pertentangan batin selama hampir 7 tahun yang kemudian memutuskan untuk berpindah ikut Gereja katolik.
Kerja Sama dengan Bertrand Russel
Saat di Cambridge tahu 1890, Alfred bertemu dengan Bertrand Russel yang kebetulan pada saat itu, Alfred adalah seorang penguji. Alfred kemudian membantu Russel untuk mendapatkan beasiswanya. Sampailah keduanya dalam bekerja sama pada tahun 1900 dan membuat karya yang besar Principia Mathematica.

Keduanya merasa dekat terlebih sama-sama sadar bahwa mengidolakan satu orang yang sama yaitu Peano mengenai dasar-dasar matematika yang disampaikannya. Ketika itu keduanya sedang sama-sama melakukan penelitiannya sendiri sampai akhirnya Alfred gagal dan bekerja sama dengan Russel dengan hasil 3 jilid buku yang terbit pada tahun 1910, 1912 dan 1913.

Banyak yang berpendapat bahwa buku hasil kerja sama keduanya luar biasa. Ini di dasari oleh berbedanya latar belakang antara Alfred dan dan Russel yang notabene Alfred adalah seorang matematikiawan. Sedangkan Russel sendiri adalah filsuf dan buku yang dihasilkan adalah mengenai dasar-dasar matematika dengan logika.

Selain buku yang ditulis dengan Bertrand Russel, Alfred juga menulis karya lainnya yaitu Process and Reality (1929) yang merupakan buku tentang metafisika terbesar. Dalam buku tersebut, Alfred menjelaskan bahwa proses lah sebagai konstituen metafisika dasar dari dunia.
Masa Tua Sang Filsuf
Meninggal pada tahun 1947 di Amerika Serikat, banyak penghargaan yang diterima oleh Alfred North Whitehead semasa hidupnya. Ia pernah menjabat sebagai dosen di London selama 10 tahun sebelum akhirnya mendapat tawaran sebagai professor di Harvard pada tahun 1924 sampai pensiun. Dalam salah satu biografi Alfred North Whitehead disebutkan bahwa ia menerima medali Sylvester pada tahun 1925.

Nurul Hidayat Nurul Hidayat
2 tahun yang lalu 04/11/22

Pewartanusantara.com - Sudah tahu siapa Bapak Sosiologi dunia? Auguste Comte adalah nama dari sang penggagas ilmu sosiologi yang sampai sekarang menjadi panutan baik dalam bidang pendidikan maupun non pendidikan. Ingin kenal lebih jauh dengan beliau? Berikut biografi August Comte, sang Bapak Sosiologi yang wajib Anda kenal.
Biodata Lengkap
Isidore Marie Auguste Francois Xavier Comte atau yang lebih dikenal dengan nama August Comte lahir pada 17 Januari 1978 di Montpellier, Perancis. August Comte disebut sebagai orang pertama yang menggunakan metode ilmiah pada ilmu sosial. Tidak hanya dikenal sebagai Bapak Sosiologi, August Comte juga terkenal sebagai tokoh aliran positivism.

Melalui prinsip positivism yang dianutnya, Comte berhasil membangun dasar yang digunakan oleh para akademisi hingga saat ini. Metode ilmiah yang digunakan dalam ilmu sosial sebagai jalan untuk memperoleh kebenaran ini masih tetap eksis hingga saat ini.

Berkat campur tangan August Comte yang menggunakan dan mengkaji sosiologi, ilmu ini akhirnya melepaskan diri dari kelompok filsafat dan berdiri sendiri sejak pertengahan abad ke-19 (1856).
Kehidupan August Comte
Setelah menempuh pendidikan di daerah Montpellier, August kembali melanjutkan studinya di Ecole Polytechnique di Paris. Sekolah barunya ini dikenal sangat setia kepada idealis republikanisme dan filosofi prosesnya.

Sayangnya, Ecole Polytechnique ditutup pada tahun 1816 untuk re-organisasi yang membuat August harus meninggalkan sekolahnya tersebut dan menempuh pendidikan di bidang kedokteran.

Tidak lama setelah August menempuh pendidikan di bidang kedokteran, dirinya melihat ada sebuah perbedaan mencolok antara agama katolik dan pemikiran dari keluarga monarki yang berkuasa di Paris. Karena hal ini, dirinya terpaksa pindah dari Paris. Hingga pada Agustus 1817, August Comte menjadi murid sekaligus sekretaris dari Claude Henri de Rouvroy dan Comte de Saint-Simon.

Berkat hal ini, August Comte berhasil masuk dalam lingkup intelek. Namun beliau memilih untuk meninggalkan Claude Henri de Rouvroy dan Comte de Saint-Simon pada tahun 1824 karena merasa tidak cocok. Setelah meninggalkan tempatnya yang sebelumnya, August melanjutkan penelitiannya tentang filosofi positivism.

Pemikiran August Comte

Dalam biografi August Comte, dituliskan bahwa dirinya adalah orang yang pertama kali mencetuskan sistem ilmiah sampai pada akhirnya berhasil memunculkan ilmu pengetahuan baru yang dinamakan sosiologi.

Pandangan sang penemu atas sosiologi ini dinilai sangat pragmatis dimana ada analisis yang membedakan antara statika dan dinamika sosial. Beliau juga berpendapat bahwa analisa masyarakat sebagai suatu sisten dimana harus didasarkan pada consensus.

Berbagai pendapat yang dikatakan oleh August Comte memiliki pengaruh besar dalam perkembangan dunia sosiologi. Di salah satu buku yang diterbitkannya yakni Course de Philosophie Positive menjelaskan tentang pendekatan-pendekatan secara umum dalam hal belajar perihal masyarakat.

Peninggalan August Comte

Sebelum meninggal, August Comte sempat mengungkapkan pendapatnya bahwa masyarakat berkembang melewati tiga fase yaitu teologi, metafisika, dan ilmiah. Dari sinilah pemikiran-pemikirannya tentang masyarakat mulai berkembang sampai  beliau dijuluki sebagai peletak dasar sosiologi.

Isidore Marie Auguste Francois Xavier Comte adalah seorang tokoh legendaris yang dikenal sebagai Bapak Sosiologi dunia. Gagasan-gagasannya telah mengubah tatanan masyarakat menjadi lebih teratur dari sebelumnya. Melihat dari hasil revolusi Perancis yang justru lebih condong kearah re organisasi masyarakat secara besar-besaran.

Comte mengembagkan pemikiran-pemikiran baru dan memperkenalkan metode positif dalam hubungan sosial masyarakat. Beliau telah berhasil mengenalkan Hukum Tiga Stadia yang sampai saat ini masih tetap dijadikan patokan oleh banyak orang.

Demikian biografi August Comte sang Bapak Sosiologi yang menganut aliran positivisme. Beliau wafat pada tanggah 5 September 1857 di Paris. Makamnya terletak di Cimetiere du Pere Lachaise.

Baca juga: Biografi John Stuart Mill, Seorang Filsuf Abad ke-19 dari Britania Raya

Nurul Hidayat Nurul Hidayat
2 tahun yang lalu 04/11/22

Pewartanusantara.com - Di tahun 1800-an, ada banyak sekali filsuf-filsuf dunia yang muncul dengan membawa karya-karya yang masih sangat dikagumi hingga saat ini. Salah satu filsuf terkenal yang muncul pada tahun 1800-an adalah John Stuart Mill. Pernah mendengar nama ini? Berikut biografi John Stuart Mill yang bisa Anda simak.
Biografi Lengkap
John Stuart Mill lahir di Pentonville, London, Inggris pada tanggal 20 Mei 1806 silam. Hingga saat ini, John dikenal sebagai seorang filsuf empiris terkenal yang berasal dari Inggris. Tidak hanya itu saja, John juga terkenal dengan julukan reformator dari utilitarianisme sosial.

John Stuart Mill adalah putra dari seorang filsuf dan ekonom ternama asal Inggris yang bernama James Mill. Sang ayah memiliki ambisi besar untuk menjadikan anaknya seorang anak ajaib lewat intelektual yang dimiliki anak tersebut dengan secepat dan sebanyak mungkin. Karena ambisi sang ayah, John sudah mulai mempelajari bahasa Yunani di usianya yang baru menginjak tiga tahun.

Alhasil di usianya yang baru 14 tahun, John sudah sangat mahir berbicara dalam bahasa Yunani dan Latin klasik. Tidak hanya mampu berbicara dalam dua bahasa sekaligus, John juga sudah mempelajari banyak hal seperti sejarah dunia hingga dasar-dasar teori ekonomi.

Kemampuan John ini didapatkannya dengan campur tangan sang ayah yang ingin menjadikannya sebagai pendukung gagasan filosofisnya yang terkenal radikal. Di usia 20 tahun, John berpetualang ke Perancis untuk mendalami pelajaran bahasa, kimia, dan matematika. John menghabiskan masa remajanya untuk mengedit naskah-naskah milik Jeremy Bentham.
Pemikiran Hebat John Stuart Mill
Dituntut untuk menjadi seseorang dengan kemampuan intelektual di atas rata-rata sejak kecil membuat John memiliki pemikiran yang berbeda dengan orang-orang sebayanya pada masa itu. John Stuart Mill mengutarakan gagasan-gagasan menariknya berkaitan dengan manusia dan masyarakat dengan judul Utilitarianisme.

Pemikiran John sangat lekat dengan pengaruh yang diberikan oleh sang ayah saat dirinya masih berada di usia muda. Dalam hal pemikiran filosofisnya, John pernah menunjukkan bahwa empirisme dapat menyaingi metafisika dalam hal pemberian kepastian. John Stuart Mill juga dikenal sebagai seseorang yang membawa konsep falsifikasi dalam penanggulangan masalah induktif yang ada dalam ilmu pengetahuan.

Dalam setiap ulasan biografi John Stuart Mill, sebutan sebagai pemikir cemerlang tidak pernah lepas darinya. John Mill memandang sains tergantung pada induksi. Pendapatnya ini banyak diterima oleh orang-orang. Dirinya juga mengutarakan bahwa induksi tidak bersifat primer dan terus melibatkan suatu asumsi.

Karya Hebat John Stuart Mill

Sang filsuf meninggal dunia pada tahun 1873 di Avignon, Prancis dengan meninggalkan berbagai karya-karya hebat yang masih disanjung dan dikagumi hingga saat ini. Pemikiran-pemikiran dan pendapatnya yang paling terkenal berkaitan dengan utilitarianisme dan kebebasan atau liberti seringkali dijadikan patokan oleh banyak ilmuwan.

Tidak hanya mengutarakan pemikirannya dalam utilitarianisme saja, John Stuart Mill juga ikut andil menghasilkan karya tentang filsafat sains, metafisika, logika, dan epistemology. John juga mengungkapkan pemikirannya terkait pemerintahan dan fungsi-fungsinya. Masalah pelik tentang pendidikan juga menarik perhatian sang filsuf ini kala itu.

Pemikiran paling berpengaruh dari John Stuart Mill adalah perihal kebebasan. John Stuart Mil mengutarakan pendapatnya bahwa hanya orang dewasa sajalah yang berhak mendapatkan kebebasan. Sedangkan kebebasan pada anak-anak dipertanggungjawabkan kepada para orang tuanya. Sang filsuf juga mengungkap bahwa seharusnya ada batasan-batasan dari sebuah kebebasan yang wajib ditaati.

Demikianlah informasi lengkap tentang biografi John Stuart Mill. Seluruh pemikiran-pemikiran yang diungkapkan oleh John masih sering diperbincangkan hingga saat ini. Hal ini sekaligus membuktikan eksistensi dan kepopuleran John Stuart Mill yang tidak surut meski sang tokoh sudah meninggal sekalipun.

Baca juga: Biografi Jeremy Bentham, Sang Anak Ajabib dari Inggris

Nurul Hidayat Nurul Hidayat
2 tahun yang lalu 04/11/22

Pewartanusantara.com - Dalam sejarah Amerika, Thomas Paine merupakan salah satu tokoh penting. Ia bukan hanya seorang filsuf, namun juga seorang pejuang revolusioner. Biografi Thomas Paine sangat menarik, karena ia berasal dari Britania Raya tapi mendukung revolusioner di Eropa dan Amerika. Untuk lebih mengenalnya, berikut ini adalah riwayat hidup, pemikiran dan karya-karya Thomas Paine.
Riwayat Hidup
Thomas Paine merupakan anak dari seorang pembuat korset yaitu, Quaker dan Angklingan yang lebih tua. Ia lahir pada tahun 1737 tepatnya, tanggal 29 bulan januari di Norfolk, Inggris. Thomas Paine memimpikan karir angkatan laut, akan tetapi ia harus magang untuk ayahnya.

Saat usianya 16 tahun, ia mendatangi sebuah kapal atas perintah seseorang yang bernama Kapten Kematian. Kapal tersebut adalah The Terrible. Namun, ayah Paine kemudian turun tangan. Beberapa tahun kemudian, Thomas Paine bergabung menjadi awak King of Prussia, yaitu sebuah kapal swasta dan bertugas selama perang.

Pada tahun 1768, Thomas Paine bekerja di pantai Sussex sebagai petugas cukai. Kemudian di tahun 1772 ia menulis sebuah pamflet yang memuat argumennya atas keluhan rekan kerja atas pekerjaannya. Pamflet tersebut dicetak sebanyak 4000 salinan untk dibagikan pada anggota Parlemen inggris.

Lalu, dua tahun setelahnya, Paine bertemu dengan Benjamin Franklin yang mengirim surat pengantar untuk membujuknya bermigrasi ke Amerika. Kemudian, tiga bulan selanjutnya Paine berada di sebuah kapal dengan tujuan Amerika.
Pemikiran dan Pengaruh Thomas Paine
Selain pamfletnya yang dibagikan kepada parlemen Inggris tentang keluhan rekan-rekan kerja atas pekerjaannya, Thomas Paine juga membuat tulisan lainnya. Pamflet karyanya yang paling populer adalah Common Sense yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1776, tepatnya tanggal 10 januari.

Salinan pamflet tersebut dengan segera terjual dalam jumlah ribuan. Bahkan, pada akhir tahun saja, jumlah yang sudah dijual dan dicetak mencapai 150.000 eksemplar. Jumlah tersebut termasuk banyak pada masanya. Apalagi pamflet tersebut juga masih dicetak sampai hari ini.

Pada sejarah Amerika, Common Sense sangat berpengaruh. Dapat dikatakan bahwa pamflet inilah yang menganjurkan kemerdekaan Amerika atas penjajahan. Dalam Common Sense ia beranggapan bahwa pemerintahan yang dibentuk secara keturunan atau aristokrasi atau monarki tidak lebih unggul dari pemerintahan representasional.

Pamfletnya tersebut memang sangat berpengaruh pada perjuangan kemerdekaan Amerika. Tidak heran jika Thomas Paine termasuk yang dianggap mendukung perjuangan revolusioner Amerika. Selain itu, ia juga berpengaruh di benua asalnya, yaitu Eropa dengan menawarkan “hak manusia” sebagai pertahanan dan penggerak revolusi prancis.

Karya Thomas Paine

Biografi Thomas Paine menggambarkan bahwa ia tidak hanya seorang filsuf, namun juga seorang penulis. Ia banyak menulis tentang isu-isu di sekitarnya, seperti argument tentang keluhan pekerja di Sussex pada tahun 1772. Selain itu, karyanya yang tidak bisa dilupakan adalah Common Sense.

Karya lain dari Thomas Paine lainnya adalah makalah krisis Amerika, “Hak Manusia” atau Rights of Man dan esai “The Age of Reason”. Ini merupakan tulisan terakhirnya tentang kritik kelembagaan agama dan teologi Kristen

Kematian Thomas Paine  

Karena tulisannya berjudul “The Age of Reason”, Thomas Paine menjadi sangat dibenci di Amerika karena mengkritik nubuat Al-Kitab. Ia meninggal di New York City pada tahun 1809, tepatnya tanggal 8 Juni.

Pada biografi Thomas Paine, dokter yang merawat Paine bertanya, sebelum meninggal apakah ia menerima Yesus Kristus? Namun, Paine berkata bahwa “Aku tidak mau mempercayai itu”. Thomas Paine dimakamkan di New Rochelle, yang merupakan propertinya.

Baca juga: Biografi Mary Wollstonecraft, Sang Filsuf Wanita dari Britania Raya

Nurul Hidayat Nurul Hidayat
2 tahun yang lalu 04/11/22

Pewartanusantara.com - Sosok Charles Robert Darwin sepertinya tidak akan lekang oleh waktu. Si jenius ini adalah seseorang di balik adanya teori evolusi dan saking terkenalnya, biografi Charles Robert Darwin masih banyak dicari dan dipelajari sampai detik ini. Charles Robert Darwin sendiri lahir di Inggris pada 12 Februari 1809 dan meninggal pada usia ke-73 tahun pada 9 April 1892. Dan berikut biografi singkat Charles Robert Darwin.
Riwayat Hidup
Tahukah Anda bahwa Charles Robert Darwin lahir dari keluarga terpandang di masa itu? Lahir dari keluarga yang kaya raya membuat Charles kecil mendapatkan pendidikan yang baik. Karena sejak kecil sudah menampakkan kesukaannya terhadap biologi, akhirnya ia kemudian masuk ke fakultas kedokteran. Bahkan, semasa remajanya, ia menghabiskan waktu sebagai dokter magang bagi ayahnya.

Tidak sembarang magang, ia membantu ayahnya untuk mengobati orang-orang miskin di Shropshire dan akhirnya melanjutkan studinya di Universitas Edinburgh. Sayangnya, ia tidak menyukai praktik bedah yang menurut Darwin brutal sehingga meninggalkan pendidikannya saat itu. Akhirnya, ia kemudian belajar mengawetkan binatang dari seorang budak kerajinan kulit bernama John Edmonstone.

Melihat itu, Ayahnya kemudian memasukkan Darwin ke Universitas Cambridge untuk menjadi seorang pendeta. Pada saat itu, seorang naturalis memiliki pendapatan yang cukup dan dinilai sebagai pekerjaan yang baik karena melibatkan Tuhan. Setelahnya, ia memutuskan untuk menjadi pendeta dan mendampingi Kapten Robert FitzRoy.

Menariknya, dari yang ada pada biografi Charles Robert Darwin ini adalah, yang semula menjadi seorang dokter, pendeta, nyatanya Darwin kemudian juga menjadi seorang ilmuwan. Diberkati dengan tabungan dari sang ayah, Darwin bisa mendatangi Cambridge dan meneliti tanaman-tanaman modern, berkeliling London dan menemui naturalis-naturalis terbaik untuk lebih belajar.
Buku ‘Asal-usul Spesies’
Sebagaimana yang telah Anda ketahui, Darwin adalah sosok di balik lahirnya buku The Origin of Species yang menceritakan perihal teori evolusi. Sangat lama Darwin menyembunyikan tulisan hebatnya karena pada masa Victoria, Inggris sedang penuh kontroversi. Namun, karena didukung oleh sahabat yang dipercaya dan Alfred Russel Wallace yang saat itu sedang menulis buku serupa, akhirnya Darwin menerbitkannya.

Pada tahun 1859, buku yang jika diterjemahkan dalam bahasa menjadi ‘Asal-usul Spesies’ ini kemudian laku keras dan benar saja, menimbulkan perdebatan. Ada banyak yang menentang buku Darwin, baik dari kalangan peneliti, masyarakat, bahkan dari gereja.

Pada masa sulitnya, Darwin mendapat dukungan dari seorang kawan setia dan sampai-sampai mendapat julukan sebagai ‘Darwin’s Bulldog’ karena sangat mendukung Darwin dan teori evolusinya tersebut.

Kehidupan Pribadi Darwin

Tidak hanya perjalanan karirnya saja yang naik dan turun, perihal pernikahan seorang Charles Robert Darwin juga penuh liku. Ia jatuh cinta dengan sepupunya sendiri yang bernama Emma Wedgwood dan menggelar pernikahan menurut kaum Unitarian pada 29 Januari 1839. Pasangan Darwin dan Emma kemudian memiliki 10 anak walau 3 diantaranya meninggal sebelum dewasa.

Anak-anak Darwin memiliki tubuh yang lemah dan mudah sakit. Darwin percaya bahwa ada kemungkinan bahwa anak-anaknya lemah karena hubungan darah antara dia dan Emma masih cukup dekat.

Kemudian, Darwin sempat menuliskan mengenai hal buruk yang bisa terjadi karena perkawinan dengan kerabat dan keuntungan pernikahan silang.  Padahal, sudah lama seorang Darwin memikirkan tentang evolusi ide mengenai hubungan suatu spesies akan menghasilkan "common ancestor" dan melalui mutasi ini akan menghasilkan manusia baru.

Memang cukup menarik membaca biografi Charles Robert Darwin. Ia sosok yang cerdas, baik, tapi juga penuh kontroversi sehingga ceritanya selalu banyak digali sampai saat ini.

Baca juga: Biografi Mary Wollstonecraft, Sang Filsuf Wanita dari Britania Raya

Nurul Hidayat Nurul Hidayat
2 tahun yang lalu 04/11/22

Pewartanusantara.com - Tokoh filsafat tidak hanya diisi dengan kaum laki-laki. Mary Wollstonecraft merupakan seorang dilsuf wanita dan feminis dari Britania Raya. Bagaimana riwayat hidup, pemikiran dan karya dari Mary? Berikut ini adalah ulasan tentang biografi Mary Wollstonecraft.
Riwayat Hidup
Mary Wollstonecraft lahir pada tahun 1759. Ia merupakan anak dari pasangan Elizabeth Dixonn dan Edward John Wollstonecraft. Tokoh ini dikenal sebagai penulis, feminis dan filsuf di abad 18. Selain dikenal sebagai filsuf, ia juga merupakan feminist yang banyak menyuarakan kesetaraan antara pria dan wanita.

Mary sendiri lahir dari seorang ayah yang kasar. Hal tersebut membuat Mary memutuskan untuk pergi dari rumah. Ia mendedikasikan diri dan hidupnya pada menulis. Kemudian, di tahun 1785, Mary Wollstonecraft menjadi pengajar di Irlandia, tepatnya pada keluarga Kingsborough. Ia menggantikan temannya yang sudah meninggal.

Namun, setelah berhari-hari menjalani pekerjaannya, ia terus berkabung karena kematian temannya dan merasa pekerjaannya itu tidak cocok baginya. Akhirnya, pada tahun 1788, Wollstonecraft kembali ke London dan menjadi seorang penerjemah. Ia juga menjadi penasehat Joseph Johsnon yang pada masa itu dikenal sebagai penerbit dengan telah radikal.

Di tahun yang sama, Mary Wollstonecraft menerbitkan karya pertamanya, yaitu Analytical Review dan menjadi contributor reguler. Dedikasinya terhadap menulis dibuktikan setelah empat tahun menjadi kontributor, ia menerbitkan sebuah buku fenomenal yang berjuful A Vindication of the Right of Woman.
Pemikiran dan Pengaruh
Biografi Mary Wollstonecraft sebagai seorang feminist memang tidak jauh dari pemikiran yang menyetarakan aspek terkait wanita dan pria. Pada karyanya yang berjudul A Vindication of the Rights of Woman, sangat terlihat kebenciannya pada orang-orang yang menilai wanita sebagai makhluk tak berdaya dan hanya perhiasan rumah tangga.

Mary Wollstonecraft juga mengatakan bahwa, tidak adanya kebebasan bagi para wanita dapat memicu frustasi, sehingga kasus kekerasan rumah tangga bisa terjadi seperti penganiayaan terhadap anak dan pelayan. Baginya, kunci terpenting dari sebuah keluarga adalah mengubah sistem pendidikan dengan memberikan kesempatan untuk wanita mendapatkan pendidikan tinggi.

Status Wanita dalam Pandangan Mary Wollstonecraft

Pemikiran-pemikiran dari Mary Wollstonecraft memang banyak menyoroti perbedaan gender. Beberapa pemikir dan masyarakat beranggapan bahwa sejauh apapun kemajuan yang dibuat oleh seorang wanita, maka ia akan tetap berada subordinate pria. Disamping itu, banyak wanita yang meragukan kapasitas dan bakat diri mereka sendiri.

Mary Wollstonecraft menentang pandangan tersebut melalui bukunya, A Vindication  of the Rights Woman. Dalam pandangannya, baik wanita maupun pria memiiki kemampuan memperbaiki diri dan bernalar yang sama. Akan tetapi, kapasitas tersebut berkurang akibat tuntutann budaya dan institusi sosial yang secara tidak langsung membatasi wanita untuk berkembang.

Mary Wollstonecraft termasuk orang pertama yang mengamati dan menyadari bahwa wanita memiliki sifat inferior akibat kepasrahaan berlebihan sebagai kaum kelas dua. Menurutnya, wanita dapat berkontribusi bagi masyarakat dan menjadi warga negara istri dan ibu yang baik dengan pendidikan. Dalam artian, wanita bisa menjadi lebih luhur dan rasional melalui pendidikan.

Karya-Karyanya

Sebagai orang yang mendedikasikan hidupnya pada menulis, biografi Mary Wollstonecraft dipenuhi dengan karya tulisnya. Selain menulis Vindication of the Right of Woman, ia juga menulis karya lainnya seperti Maria : Or the Wrongs of Women dan Mary: A Fiction, Letters Written in Sweden. Di samping itu, ada juga karya lain seperti Norway and Denmark, dan Vindication of the Rights of the men.

Baca juga: Biografi Adam Smith, Filsuf yang Berpengaruh di Bidang Ekonomi

Nurul Hidayat Nurul Hidayat
2 tahun yang lalu 04/11/22

Pewartanusantara.com - Pernahkah anda mendengar seorang ‘anak ajaib’ asal Inggris bernama Jeremy Bentham? Dia adalah seorang anak ajaib yang sudah menempuh pendidikan di Queen’s College Oxford sejak usia 12 tahun. Namanya begitu mendunia sejak pertama kali karyanya muncul sampai detik ini. Berikut biografi Jeremy Bentham, sang filsuf pendiri utilitarianisme yang menarik Anda kenali lebih jauh.
Biografi Jeremy Bentham
Lahir di London, Inggris pada 15 Februari 1748 silam, Jeremy Bentham sudah mendapat julukan sebagai ‘anak ajaib’ sejak dirinya masih kecil. Hal ini lantaran Jeremy sudah mulai membaca buku yang berisi tentang sejarah bangsa Inggris dimana buku tersebut seharusnya tidak dibaca oleh anak-anak seusianya.

Tidak hanya itu saja, hal menakjubkan lain yakni Jeremy sudah mulai belajar bahasa Latin sejak di usia tiga tahun juga turut mengejutkan orang-orang disekitarnya. Di usinya yang masih 12 tahun, Jeremy berhasil menempuh pendidikan di Queen’s College Oxford. Ayah Jeremy juga dikenal sebagai seorang ahli hukum ternama di Inggris pada masa itu.
Keistimewaan Jeremy Bentham
Mendapat julukan sebagai ‘anak ajaib’, Jeremy Bentham memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Kebiasaan uniknya ini berkaitan dengan setiap buku yang diterbitkannya. Sebelum berhasil menyelesaikan satu tulisannya, Jeremy akan memulai tulisan lain dan meninggalkan tulisan pertamanya yang belum terselesaikan.

Meski sudah menyelesaikan satu tulisannya pun, Jeremy tidak melakukan apapun untuk menerbitkannya. Namun berkat campur tangan para sahabatnya, buku-buku hasil karya Jeremy Bentham banyak yang berhasil diterbitkan. Sayangnya, buku-buku tersebut berhasil diterbitkan setelah sang filsuf meninggal dunia.

Pemikiran Jeremy Bentham

Menambah list biografi Jeremy Bentham, pemikiran sang filsuf sangat terpengaruh pada filsuf-filsuf Prancis yang sudah mendunia sejak sebelum revolusi industri. Jeremy mulai mengembangkan dan menyempurnakan gagasan-gagasan yang dibuat oleh para idolanya. Pemikiran-pemikiran dari Jeremy ini menjadi sangat berpengaruh pada sosialisme di Inggris pada abad ke 19.

Jeremy dan para pengikutnya dikenal dengan sebutan freethinker. Apa itu freethinker? Freethinker merupakan sebutan pada masa itu yang diperuntukkan bagi orang-orang pemikir bebad yang tidak percaya dengan agama. Ada sebuah peraturan yang mengatakan bahwa para freethinker dilarang masuk ke Universitas Oxford maupun Cambridge.

Berkaitan dengan peraturan ini, para freethinker pun berkumpul dan mendirikan universitasnya sendiri dengan nama University College London yang pertama kali berdiri pada tahun 1826. Saat Jeremy berusaha mendalami hukum pada masa itu, banyak kekecewaan yang dirasakan olehnya terkait dengan praktik hukum saat itu. Hingga pada akhirnya Jeremy mulai mengeluarkan pemikiran-pemikirannya.

Peninggalan Penting Jeremy Bentham

Sang filsuf kini telah pergi dengan meninggalkan karya-karya hebatnya. Jeremy Bentham meninggal pada 6 Juni 1832 pada umurnya yang ke 84 tahun di London, Inggris. Pemikiran-pemikiran Jeremy memiliki pengaruh besar dalam perubahan adiministrasi public selama abad ke 19. Hingga kini, tulisan-tulisannya masih sering diperdebatkan dalam lingkup akademik.

Dari banyaknya pemikiran Jeremy Bentham yang dibukukan, Greatest Happiness Principle adalah yang paling terkenal. Karya lain dari Jeremy yang tidak kalah terkenal berjudul On Laws in General yang berisi tentang teori yurispridensi. Tulisannya yang berujudul Handbook of Political Fallacies yang ditulis pada tahun 1824 berisi tentang logika dan retorika dalam debat politik juga sangat mendunia hingga saat ini.

Setiap membahas perihal biografi Jeremy Bentham, ia mendapat julukan sebagai ahli hukum Inggris dan filsuf pendiri utilitarianisme. Namanya seringkali disebut dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan sejarah perkembangan hukum, terlebih hukum-hukum yang ada di Inggris. Semoga artikel ini dapat membantu anda mengenal Jeremy Bentham lebih jauh lagi.

Baca juga: Biografi Thomas Paine Beserta Kiprah dan Pengaruhnya

Nurul Hidayat Nurul Hidayat
2 tahun yang lalu 04/11/22

Pewartanusantara.com - Ilmu ekononi saat ini merupakan hasil buah pemikiran dari pemikir-pemikir terdahulu. Salah satu filsuf yang memiliki banyak pengaruh terhadap ilmu ekonomi modern adalah Adam Smith. Ia merupakan filsuf dari Britania Raya khususnya Skotlandia. Untuk mengetahui pemikiran, karya dan biografi Adam Smith, simak ulasannya berikut ini.

Riwayat Hidup dan Pendidikan

Adam Smith atau John Adam Smith merupakan seorang filsuf yang lahir di Kircaldy, Skotlandia, Britania Raya. Ia wafat pada usia 67 tahun atau tepatnya di tahun 1790. Adam Smith sudah memasuki Universitas Glaslow sejak usia 13 tahun.

Ia belajar tetang filosofi moral pada Francis Hutcheson atau yang dipanggilnya dengan “orang yang tak boleh dilupakan”. Di universitas ini, ia mewujudkan keinginannya yaitu, kebebasan dalam berpendapat, akal sehat dan kebebasan.

Kemudian pada tahun 1740, Adam Smith memasuki Universitas Oxford, kampus balliol setelah dianugerahi  Snell Exhebition. Pada masa tersebut, William Robert Scott berkomentar bahwa Universitas Oxford hanya memberikan sedikit bantuan. Adam Smith lalu meninggalkan universitas tersebut di tahun 1764.

Di tahun 1748, ia mulai mengajar dalam kuliah umum di Edinburgh dengan bimbingan dari Lord Kames. Ini adalah titik awal ia mengemukakan pndapat tentang filosofi ekonomi dengan sederhana dan sistem yang jelas. Lalu ia bertemu David Hume pada tahun 1750, yang merupakan seroang filsuf dan seniornya.  

Pemikiran, Pengaruh dan Karya

Sebagai seorang filsuf ekomoni, Adam Smith memiliki pengaruh terhadap ilmu ekonomi modern. Ia dikenal juga sebagai pencetus sistem ekonomi kapitalisme. Salah satu karyanya yang paling berpengaruh adalah The Wealth of Nations atau An Inquiry into the Nature cause of the Wealth of Nations.

Buku ini berisi tentang sejarah perkembangan perdagangan dan industri di Eropa. Selain itu, The Wealth of Nations juga banyak membahas dasar-dasar perdagangan bebas dan kapitalisme. Karya ini sangat berpengaruh karena membuat dan mengembangkan bidang ekonomi ke dalam disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan sistematis.

Biografi Adam Smithmemang tidak jauh kaitannya dengan ilmu ekonomi. The Wealth of nations atau kemakmuran negara adalah titik awal dari kritik, pertahanan atau bentuk kapitalisme dalam ekonomi manusia. Jika pada kapitalisme laissez-faire sering diidentikkan dengan tak terkontrolnya keegoisan, maka Adam Smith melakukan gerakan baru dengan menekankan pada simpati dan filosofi moral. 

Selain itu, Smith juga menolak panjangan Psiokrat tentag pentingnya lahan. Ia berpendapat bahwa  yang perlu diprioritaskan adalah buruh, karena pembagian buruh akan mempengaruhi keniakan yang signifikan pada produksi.

Misalnya, saja pada produksi jepitan. Jika satu buruh dapat membuat dua puluh pin dalam satu hari, maka sebuah industri bisa memproduksi 48.000 jepitan dengan membagi sepuluh buruh pada setiap delapan belas langkah membuat jepitan.

Adam Smith juga membuat karya lainnya, seperti The Theory of Moral Sentiments (1759), Lectures on Jurisprudence yang diterbitkan setelah 1976 dan Essays on Philosophical Subject yang terbit setelah tahun 1795.

Kontroversi Adam Smith

Di balik dari pengaruh karya Adam Smith, The Wealth of Nations ternyata ia tidak lepas dari kontroversi. Adam Smith dianggap hanya menambahkan ide dari The National Gain (176) karya Andres Chydenius, Baron de Montesquieu dan David Hume. Teori Adam Smith memang banyak yang hanya menjelaskan sejarah perdagangan dan industri Eropa menuju perdagangan bebas. Namun, bagaimanapun karyanya telah memiliki pengaruh signifikan. The Wealth of Nations juga sangat komperhensif dan berpengaruh penting dalam bidang ekonomi.

Baca juga: Biografi Arthur Schopenhauer dan Perjalanan Hidupnya

Nurul Hidayat Nurul Hidayat
2 tahun yang lalu 04/11/22

Pewartanusantara.com - Arthur Schopenhauer merupakan seorang Filsuf yang berasal dari Jerman. Schopenhauer menempuh pendidikan di Jerman, Prancis dan juga Inggris. Biografi Arthur Schopenhauer dikenal oleh orang banyak karena ia merupakan tokoh Filsafat yang mempunyai banyak karya dan hingga sampai saat ini bisa dijadikan acuan untuk belajar ilmu filsafat. Berikut biografi dan perjalanan hidup Schopenhauer tersebut.
Profil Arthur Schopenhauer
Arthur Schopenhauer atau biasa dikenal dengan nama Schopenhauer merupakan tokoh filsafat asal Jerman. Beliau lahir di Danzig pada tanggal 22 Februari 1788. Schopenhauer lahir ditengah keluarga pengusaha. Ayah dari Schopenhauer bernama Heinrich Floris Schopenhauer dan ibunya bernama Johanna Troisner.

Tokoh ini lahir dari keluarga pengusaha Schopenhauer sering berkunjung wisata ke berbagai Negara. Schopenhauer pada tahun 1797 hingga 1799 sempat tinggal di Prancis dan tahun 1803 berpindah ke Inggris. Seiring berpindahnya tempat tinggal, Schopenhauer banyak belajar berbagai bahasa.

Schopenhauer pada usia remajanya pernah disekolahkan di sekolah bisnis oleh sang ayah. Pengalaman di bidang perdagangan sempat ditekuni oleh Schopenhauer yang pernah magang di Danzig pada tahun 1804 kala itu. Beliau sempat berfikir bahwa menjadi seorang pengusaha merupakan karir yang tidak cocok bagi dirinya, sehingga Schopenhauer memutuskan untuk sekolah.

Tanggal 20 April 1805, diusianya yang ke-19 tahun, ia sempat masuk ke perguruan tinggi. Pada tahun yang sama ayahnya meninggal dikarenakan bunuh diri. Sepeninggalan ayahnya pada tahun 1807, Schopenhauer sempat pindah di Gotha, dan mempelajari bahasa Yunani sehingga mampu membaca bahasa Yunani dengan fasih.
Riwayat Pendidikan Arthur Schopenhauer
Berbicara Biografi Arthur Schopenhauer tentu tidak luput dengan riwayat pendidikan yang pernah beliau tekuni. Tahun 1809 Schopenhauer mulai menempuh jejang pendidikan di University of Gottingen dan mengambil fakultas kedokteran. Masa kuliah Schopenhauer tidak hanya mengambil kedokateran saja melainkan juga mengambil ilmu filsafat dan melewati masa pendidikan selama 2 tahun di Gottingen.

Schopenhauer pada tahun 1762 hingga 1814 pernah belajar di University of Berlin  yang diajar oleh Dosen bernama Johann Gottlieb Fichte dan Friedrich Schleiermacher. Unversitas ini banyak mengajari Schopenhauer tentang beberapa bidang keilmuan. Bidang ilmu yang semoat Schopenhauer pelajari adalah fisika, astronomi, psikologi, zoology, fisiologi, arkeologi, dan sastra.

Saat usia Schopenhauer saat menginjak 25 tahun, beliau telah menyelesaikan disertasinya dengan judul yang ia ambil berupa “The Fourfold Root of the Principle of Sufficient Reason”. Tahun 1813, Schopenhauer berpindah ke Rudolstadt disertasinya hingga kemudian beliau dianugerahi sebagai gelar doctor filsafat.

Karir Arthur Schopenhauer

Tahun 1814, Schopenhauer memulai karirnya sebagai penulis. Karya pertama yang beliau terbitkan yaitu pada tahun 1818 berupa buku dengan judul The World as Will and Representation yang memiliki arti Dunia sebagai Kehendak dan Gagasan. Pada tahun 1820, ia bekerja sebagai Dosen di kampus Universitas Berlin. Disana, ia mengajar kuliah tentang pemikiran filsuf terkenal dari Hegel.

Schopenhauer tidak lama bekerja sebagai, karena mahasiswa yang mengikuti kuliahnya hanya sedikit. Beliau dikeluarkan dari kampus tersebut dan berpindah ke Frankfrut pada tahun 1833. Pindahnya Schopenhauer ke Frankfrut dikarenakan adanya wabah kolera yang menyerang Berlin. Tinggal sendiri di Frankfrut tidak menjadi masalah bagi Schopenhauer untuk melanjutkan hidupnya.

Karya Schopenhauer yang paling melambung tinggi adalah buku dengan judul Senilia. Buku tersebut merupakan salah satu penghargaan bagi Schopenhauer. Di tengah masa tuanya Schopenhauer menghabiskan waktu untuk sendiri menikmati warisan berkat kekayaan ayahnya

Akhir Hidup Arthur Schopenhauer

Tahun 1860 kesehatan Schopenhauer semakin memburuk. Beliau meninggal pada 21 september tahun 1860 karena adanya penyakit jantung yang beliau derita. Hingga saat ini Biografi Arthur Schopenhauer dikenal oleh masyarakat sebagai tokoh filsafat.

Baca juga: Biografi George Wilhelm Friedrich Hegel, Bapak Filsuf dari Jerman

Nurul Hidayat Nurul Hidayat
2 tahun yang lalu 04/11/22

Pewartanusantara.com - George Wilhelm Friedrich Hegel merupakan bapak filosofi yang berasal dari Jerman. Ilmu yang berasal dari Hegel memiliki pengaruh yang luas di bidang ilmu filsafat. Hegel terkenal sebagai seorang filsuf idealis yang terkemuka. Biografi George Wilhelm Friedrich Hegel terkenal dan karyanya bisa dijadikan sebagai contoh untuk mengembangkan ilmu filsafat.
Profil George Wilhelm Friedrich Hegel
George Wilhelm Friedrich Hegel atau yang biasa dikenal dengan nama Hegel merupakan ilmuwan filsafat yang lahir di Jerman, pada tanggal 27 Agustus 1770. Keberadaan beliau sangat besar pengaruhnya terhada dunia filsafat. Masa kecil Hegel mungkin berbeda dengan rekan lainnya. Hegel menghabiskan banyak waktu dengan membaca literatur, Koran, esai filsafat dan tulisan lainnya.

Di masa kecilnya, Hegel memiliki hobi membaca, sehingga tidak heran jika hegel menjadi anak yang aktif ketika kecil. Hegel dilahirkan dari keluarga menengah ke atas yang mapan. Ayah dari hegel merupakan seorang pegawai negeri pemerintahan. Ibu hegel merupakan ibu yang akif dan progresif untuk mendidik anak-anaknya.

George Wilhelm Friedrich Hegel sempat menempuh pendidikan sekolah teologi tahun 1788 dan masuk di Universitas Tuebingen. Hegel merupakan seorang mahasiswa aktif yang menghasilkan banyak karya ketika duduk di bangku kuliah. Teologi merupakan salah satu ilmu yang hegel geluti sejak usianya sekitar 18 tahun.

“To be independent of public opinion is the first formal condition of achieving anything great.”
- HEGEL

Dalam biografi George Wilhelm Friedrich Hegel, ia dikenal sebagai filsuf dengan menggunakan metode dialetika sebagai metode filsafat. Tahun 1799 Hegel pernah bekerja di Jena pada masa gerakan romantik yang mengalami pertumbuhan paling pesat. Hegel di Jena berprofesi sebagai asisten professor di Heidelberg. Setelah menjadi asisten beliau sempat diangkat sebagai professor di Berlin pada tahun 1818.
Karya George Wilhelm Friedrich Hegel
Di usianya yang baru menginjak 18 tahun, Hegel sudah memiliki banyak karya. Karya yang cukup terkenal di tahun1790-1800 yaitu “The Positivity of Christian Religion”. Tahun 1801 Hegel berpindah ke Swiss dan mengajar di Universitas Jena. Setelah 6 tahun, Hegel menerbitkan karyanya lagi yaitu Die Phanomenologie des Geistes. Hegel mendapati inspirasi karyanya tersebut dari peristiwa politik.

George Wilhelm Friedrich Hegel memiliki delapan karya utama. Karya pertama yang beliau keluarkan yaitu pada tahun 1807 dengan judul Phenomenology of Spirit yang diartikan oleh banyak orang berupa pikiran. Karya keduanya berupa Science of Logic pada tahun 1812 hingga 1816. Karya lain yang beliau kerjakan adalah kuliah tentang filsafat sejarah.

Pemikiran George Wilhelm Friedrich Hegel

Karya yang Hegel terbitkan merupakan salah satu ketajaman daya pikir beliau yang dimilikinya. Biografi George Wilhelm Friedrich Hegel isinya sangat terkenal dengan pemikirannya yang disebut pemikiran Hegel. Hegel memiliki pemikiran yang yang tidak bisa terlepas dari dialetika antara lain tesis, anestesis dan sintesis. Berikut pemikiran yang terkenal dari Hegel.

  • Pemikiran metafisik Hegel

Pemikiran ini terletak pada Geist yang disebut dengan Roh atau Spirit. Roh yang ada dalam pandangan Hegel adalah real dan kongkrit yang dapat menjelma dalam berbagai bentuk sebagai world spirit yang menempati diri kedalam objek-objek khusus

  • Pemikiran epistomologi Hegel

Pemikiran tentang epistomologi ini tidak lepas dari pemikiran metafisik dan selalu konsisten dialetikanya

  • Pemikiran Etik Hegel

Pemikiran etika tidak jauh berbeda dengan metafisika dan epistimologi. Sebagaimana menjelaskan tentang roh yang obyektif,  ia juga menyebutkan dan menjabarkan etika sedemikian rupa.

Akhir Hidup George Wilhelm Friedrich Hegel

George Wilhelm Friedrich Hegel mengakhiri hidupnya pada tahun 1831. Hegel meninggal karena menderita penyakit kolera. Pengikut Hegel sampai saat ini banyak dan hampir ada di setiap Universitas di Jerman.

Baca juga: Biografi Friedrich Wilhelm Joseph Scelling Beserta Karyanya