Pewarta Nusantara Menu

Author Archives: Ardi Sentosa

Ardi Sentosa Ardi Sentosa
1 tahun yang lalu

PEWARTANUSANTARA.COM – Laksda TNI Soleman B. Ponto (Mantan Kabais TNI), menjelaskan bahwa pengganti Jenderal Gatot Nurmatyo nantinya harus dari Kasau atau dari Kasal.

“Yang berpeluang terpilih menjabat Panglima TNI adalah Kasau dan Kasal,” jelasnya dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (3/12/2017).

Belakangan ini sejak di bawah presiden Jokowi, struktur pergantian jabatan di tubuh TNI terlihat tidak teratur.

Begitu pula diketahui pasca Jenderal Muldoko, mestinya Panglima TNI harus dari luar AD, namun justru yang dipilih Presiden Jokowi adalah Gatot Nurmantyo. Bahkan, yang lebih parah lagi terjadi di tubuh Polri, dimana harusnya penunjukkan Tito Karnavian sebagai Kapolri misalnya berhasil mengangkangi lima angkatan sebelumnya.

Karena itu, Soleman menjelaskan, bila presiden Jokowi ingin memperbaiki pola giliran yang sudah terbentuk, maka pilihan akan jatuh kepada Kasau.

“Akan tetapi bila Presiden ingin mengsukseskan Indonesia sebagai Poros Maritim dunia, maka pilihan akan jatuh kepada Kasal,” ungkapnya.

Struktur Jabatan panglima TNI yang telah terbentuk yakni:

1. Laksamana TNI Widodo 26 Oktober 1999 – 7 Juni 2002 TNI AL
2. Jenderal TNI Endriartono Sutarto 7 Juni 2002 – 13 Februari 2006  TNI AD
3. Marsekal TNI Djoko Suyanto 13 Februari 2006 – 28 Desember 2007 TNI AU
4. Jenderal TNI Djoko Santoso 28 Desember 2007 – 28 September 2010 TNI AD
5. Laksamana TNI Agus Suhartono 28 September 2010 – 30 Agustus 2013 TNI AL
6. Jenderal TNI Moeldoko 30 Agustus 2013 – 8 Juli 2015 TNI AD
7. Jenderal TNI Gatot Nurmantyo 8 Juli 2015 – Sekarang TNI AD

Walaupun demikian Soleman menegaskan, “Siapapun nantinya yang akan terpilih, harus kita hormati, karena mengangkat Panglima TNI adalah prerogatif Presiden”.

Ardi Sentosa Ardi Sentosa
1 tahun yang lalu

PEWARTANUSANTARA.COM – Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta, juga hadir dalam acara yang nyaris berbarengan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam sambutannya, Anis menyerukan kepada puluhan ribu massa aksi 212 yang hadir untuk senantiasa menjadi umat Islam yang mempererat bangsa Indonesia.

“Mari kita semua menjadi barisan yang memperjuangkan persatuan di Indonesia,” seru Anies yang kemudian disambut oleh massa dengan sorak, “Alahu Akbar! Allahu Akbar!”.

“Hari ini adalah juga bertepatan dengan hari-hari memperingati maulid nabi besar Muhammad SAW,” lanjutnya.

Disamping itu, Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon, menegaskan, jika Islam dibenturkan dengan Pancasila maka pihak-pihak tersebut tidak mengerti tentang sejarah Pancasila dan Islam di Indonesia.

“Umat Islam memiliki peran besar dalam mendirikan NKRI,” seru Fadli Zon selaku politikus Gerindra.

Ardi Sentosa Ardi Sentosa
1 tahun yang lalu

PEWARTANUSANTARA.COM – Penyakit hati (liver), diperkirakan akan menjadi penyebab utama kematian pada tahun 2020 mendatang mengalahkan penyakit jantung. Dimana penyakit jantung dikatakan sebagai faktor utama penyebab kematian di seluruh dunia.

Akan tetapi, hasil sebuah penelitian yang diterbitkan di Lancet Medical Journal menyatakan bahwa penyakit hati atau liver diprediksi akan meningkat pada tahun 2020 yang bahkan akan menyalip penyakit jantung sebagai penyebab utama kematian manusia.

Alasan yang menjadikan penyakit hati atau liver meningkat adalah obesitas serta mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung alkohol berlebihan.

Dibandingkan kematian yang diakibatkan oleh penyakit jantung, pada tahun 2020 justru kematian lebih banyak disebabkan karena penyakit liver. Dan kematian akibat penyakit ini akan lebih banyak ditemukan pada orang yang masih berusia paruh baya.

Prof. Nick Sheron, seorang peneliti dan ahli hati dari Southampton University menyatakan, “Mereka adalah orang-orang muda dan paruh baya. Saya melakukan pengecekan sekitar dua-tiga minggu lalu dan sepertiga pasien berusia di bawah 40 tahun.”

Karenanya, para peneliti mendesak pemerintah untuk membuat aturan ketat terkait konsumsi alkohol. “Banyak dari kita yang menempatkan hati kita pada risiko terlalu banyak minum alkohol,” ungkap Judi Rhys, Chief executive British Liver Trust.

Sebagai kepala eksekusi British Liver Trust, Judi Rhys berupaya memastikan para praktisi perawatan primer untuk memiliki semua alat yang diperlukan agar melakukan pencegahan dini, terkait risiko kematian yang disebabkan penyakit liver.

“Kita sedang menghadapi krisis penyakit hati (liver),” ungkapnya.

Ardi Sentosa Ardi Sentosa
1 tahun yang lalu

Hari Tani Nasional didasarkan pada hari kelahiran Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), UUPA merupakan Undang-Undang No 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria. Penetapan hari pertanian berangkat dari salah satu isi UUPA yang mengatur ketetapan hukum bagi pelaksana redistribusi tanah pertanian (reforma agraria). dengan dibentuknya UUPA, negara memiliki komitmen dan dasar keadilan bagi petani untuk menguasai sumber agraria, seperti tanah, air, dan kekayaan alam, demi mewujudkan kedaulatan petani.

 
Sejarah Marhaenisme
Berbicara petani, kita tentu ingat dengan sosok petani yang berdikari, representasi dari rakyat Indonesia, yaitu Marhaen. Sukarno dalam otobiografinya, menceritakan bagaimana awal mula ia menemukan Marhaenisme (paham yang memperjuangkan kaum Marhaen). Sebagai pemuda yang belajar Marxisme, ia meyakini bahwa dalam tatanan sosial, masyarakat terbagi menjadi dua kelas. Pertama, kelas proletar (kaum buruh yang digaji majikan). Kedua, kelas kapitalis atau borjuis (kaum majikan atau pemilik alat produksi usaha). Marhaen yang seorang petani ternyata tidak termasuk dalam 2 kelas tersebut. Di Indonesia, banyak masyarakat yang sehari-harinya hanya bisa mencukpi kebutuhan makan, namun seberapa pun miskin keadaannya, tidak sedikit yang mampu mencukupi kebutuhan tanpa menjadi buruh bagi orang lain. Ia sebagai majikan sekaligus buruh bagi dirinya sendiri. Seorang tukang becak, misalnya, adalah pemilik dari becak yang ia buat sendiri. Seorang nelayan, ia adalah pemilik kapal dan peralatannya sendiri. Begitu pula dengan petani. Apa yang mereka miliki tidak di kerjakan oleh orang lain, dia menjalankan alat usahanya sendiri.

Pertemuan Sukarno dan Marhaen terjadi ketika ia mengendarai sepedanya menuju daerah Bandung bagian selatan untuk melepas penat dari kesibukannya kuliah. Pagi itu banyak petani yang sedang beraktifitas menggarap sawah. Soukarno menghampiri seorang petani yang sedang mencangkul sawahnya, lalu ia menanyakan beberapa hal (konon ditanyakan dengan bahasa sunda).
“Lahan siapa yang engkau kerjakan?” tanya soekarno mengawali pembicaraan.
Petani itu menjawab
“Lahan saya sendiri, Juragan”
“Apakah lahan ini kau miliki bersama dengan orang lain?”
“Tidak juragan, saya sendiri yang punya”
“dari siapa kau beli tanah ini?”
“Saya tidak membeli, ini tanah warisan bapak”
“Cangkul itu kepunyaanmu juga?”
“Iya juragan”
“Bagaimana dengan bajak?”
“Bajak saya punya”
“Lalu hasilnya untuk siapa?”
“Untuk saya sendiri juragan”
“Apakah cukup untuk kebutuhanmu?”
“Sawah sekecil ini hanya cukup untuk kebutuhan makan, seorang istri dan 4 orang anak” jawab petani itu sambil mengankat bahu.
“Apakah kau mempekerjakan buruh?”
“Tidak, aku tidak mampu membayarnya juragan”
“Apakah kau pernah memburuh?”
“Tidak juragan”
“Gubuk itu juga kau punya?”
“Iya juragan, gubuk kecil tapi kepunyaan sendiri”
Setelah cukup puas, Sukarno menanyakan nama petani itu.
“Siapa Namamu pak petani?”
Petani itu menjawab
“Marhaen”

Setelah perbincangan itu, Soekarno pamit pulang. Dalam perjalanan pulang, di atas sadel sepedanya ia membatin. “Aku akan memakai nama itu untuk menamai semua orang Indonesia yang bernasib malang seperti dia (marhaen)!” katanya.

“Marhaenisme adalah pergaulan hidup yang sebagian besar terdiri dari kaum tani kecil, kaum buruh kecil, kaum pedagang kecil, kaum pelayar kecil.. Pendek kata, kaum kromo dan kaum marhaen yang apa-apanya semua kecil,” katanya. Marhaenisme, hampir sama halnya dengan proletar dalam bahasa marxisme-leninisme. Istilah tersebut digunakan untuk menyebut golongan rakyat yang tertindas. bedanya, Marhaen tidak menjual tenaganya kepada orang lain.

Profesor Sejarah Universitas Passau, Jerman Barat, Bernhard Dahm dalam bukunya Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan, mengkritisi marxisme yang di-Indonesiakan oleh Soekarno dalam marhaenisme. Pendekatan Soekarno terhadap marhaenisme, menurut Dham bukanlah marxis, meskipun bergaya marxisme. Sebaliknya, pendekatan Soekarno anti-marxisme. Soekarno bahkan tidak pernah menjadi marxis dan seorang materialis. Sejak semula, meski sering berprilaku sebagai marxis, Soekarno sebenarnya berada dalam kubu idealisme. Kekuatan yang menggerakkannya dalam marhaenisme adalah persatuan.

Pertemuan Sukarno dengan Marhaen menjadi sebuah refleksi baru, karena tatana sosial ternyata tidak mutlak pada pembagian dua kelas. Masyarakat Indonesia yang berada di garis kemiskinan, ternyata dia adalah pemilik modal dan usaha. Dengan keadaan mereka yang misikin, apakah mereka masuk dalam kategori proletar? jika berangkat dari pemahaman proletar sebagai kaum buruh, tentu Marhaen tidak termasuk di dalamnya. Marhaenisme yang dikait-kaitkan dengan marxisme selama ini adalah keliru. Marhaenisme adalah rekonseptualisasi dari inti gagasan persatuan yan bersumber dari filsafat Jawa.
Refleksi Hari Tani
Hari Tani yang diperingati setiap 24 September, bukan hari biasa. Hari tani adalah hari dimana kita harusnya mengingat dan menyadari pentingnya peran sektor pertanian. Bukan sekedar tentang pemenuhan pangan, lebih jauh dari itu, sektor pertanian mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasional khususnya dalam sektor agraria. Peranan tersebut diantaranya: meningkatkan devisa negara, penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan pangan mandiri, bahan baku industri serta optimalisasi pengelolaan SDA secara berkelanjutan. Hal ini dibuktikan oleh besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terutama pada masa kirisis ekonomi yang dialami negara, Sektor yang menjadi penyelamat perekonomian Indonesia pada tahun 1997-1998 hanyalah sektor agribisnis, dimana agribisnis memiliki pertumbuhan yang positif.

Hari Tani Nasional menyimpan harapan yang amat besar untuk kemajuan sektor pertanian. 24 September inilah hari bagi petani Indonesia, pada hari ini dibuat satu kebijakan UUPA yang mengatur hak-hak dan kewajiban kaum tani di Indonesia, hak atas tanah dan hak atas sumber-sumber agraria untuk dikelola dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran petani dan bangsa. Selamat Hari Tani Naional.

Ardi Sentosa Ardi Sentosa
1 tahun yang lalu

Ki Hadjar Dewantoro adalah tokoh Nasional dalam bidang pendidikan. Melalui yayasan pendidikan Taman Siswa yang dikembangkan di tengah hegemoni sekolah kolonial, ia menjadi pelopor lembaga pendidikan pribumi bercita rasa nasionalisme yang tinggi. Sekolah Taman Siswa inilah yang kemudian dijadikan sebagai rujukan sekolah berkepribadian Nasional oleh Bung Karno.

Konsep pendidikan yang begitu melekat “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” kini menjadi slogan pendidikan Nasional. “Ing Ngarsa Sung Tulodho” artinya “di depan sebagai contoh atau panutan”, “Ing Madyo Mangun Karso” artinya “di tengah sebagai pelopor atau pemrakarsa”, dan “Tut Wuri Handayani” artinya “dari belakang berupaya penuh memberi dorongan dan arahan”. Konsep tersebut menjadi spirit pendidikan Nasonal khususnya dalam aspek kepemimpinan seorang pendidik.

Sebagai seorang pangeran dari Kadipaten Paku Alam Yogyakarta, Ki Hadjar dikenal supel dalam bergaul dan dekat dengan masyarakat. Sebagai tokoh Nasional Ki Hadjar juga dekat dengan Bung Karno. Kedekatannya Bung Karno tersirat dari sapaan mereka satu sama lain. Ki Hadjar memanggil Bung Karno dengan Panggilan “Dimas” (Istilah Jawa: Panggilan seorang kakak kepada adik dengan penuh kepedulian dan kasih sayang), dan Bung Karno Memanggil Ki Hadjar dengan panggilan “Kangmas” (Istilah Jawa: Panggilan seorang adik kepada kakak dengan penuh penghormatan dan kasih sayang).

Menjelang Rapat Raksasa Lapangan Ikada yang dilaksanakan pada 19 September 1945, saat Soekarno memberikan pidato singkat dalam rangka memperingati 1 bulan proklamasi kemerdekaan, Ki Hadjar berpesan kepad A.G. Pringgodigdo supaya menyerahkan jimat dari eyangnya kepada Bung Karno. Jimat tersebut merupakan cendera mata yang menjadi satu ungkapan kasih sayang seorang kakak kepada adiknya.

Pada Tahun 1959, Ki Hadjar sakit keras. Bung Karno yang menganggapnya bak seorang kakak, menyempatkan diri menjenguknya. Tergambar betapa sang kakak merasa sangat bahagia ditemui oleh Dimas Karno. Airmata yang berlinang adalah bukti kebahagiaan tengah tertuang kala itu. Sebagai kakak yang begitu peduli kepada adiknya, dan sebagai guru bangsa yang mengemban cita-cita pendidikan Nasional, seolah tersirat pesan dan amanat besar dalam tatapannya. “Jaga dirimu baik-baik, Aku titipkan bangsa ini padamu.” Begitu juga denga Bung Karno yang enggan melepaskan genggaman tangan Ki Hadjar dan seolah berkata “Terima kasih untuk semuanya, Aku dan rakyatku tidak akan pernah melupakan jasamu”.

Ardi Sentosa Ardi Sentosa
1 tahun yang lalu

Halimah Yacob adalah seorang politisi wanita yang aktif berbicara perburuhan, dia juga tergabung di Partai Aksi Rakyat. Mantan ketua Parlemen Singapura ini terpilih menjadi presiden pada tanggal 13 Septeber sebagai kandidat tunggal setelah dua rivalnya, Mohammed Salleh dan Farid Khan, tidak memenuhi syarat.

Politisi Melayu muslim yang lahir pada 23 Agustus 1954 memiliki pengalaman selama 40 tahun pada layanan publik dan aktif dalam Serikat Buruh Nasional. Halimah sempat menjadi Menteri Negara Pengembangan Komunitas sebelum menjabat ketua parlemen pada tahun 2013.

Halimah mengundurkan diri dari jabatan ketua Parlemen dan Anggota Partai pada tanggal 7 Agustus 2017 untuk maju menjadi capres. Terpilihnya Halimah Yacob, menjadi catatan sejarah baru Singapura atas terpilihnya presiden wanita pertama dalam 47 tahun setelah memisahkan diri dari Malaysia, tepatnya pada tahun 1965.
Dilema Halimah Yacob Sang Presiden
Perempuan berusia 62 tahun ini kini menjadi sorotan dunia. Bagaimana tidak, dia berasal dari etnis Melayu yang selama ini langka jadi presiden di negeri Merlion. Singapura yang terdiri dari 74% Cina, 13% Melayu, 9% India dan 3,2% lain-lain. Etnis Melayu terakhir yang menduduki jabatan presiden adalah Yusof Ishak. Yusof menjadi presiden pada periode pertama kemerdekaan Singapura (1965-1970), namun kekuatan eksekutif kala itu tetap berada di tangan Lee Kuang Yew sebagai perdana menteri pertama.

Keterpilihan Halimah sebagai pemimpin negara Singapura juga menimbulkan perdebatan, bukan karena alasan etnis melainkan karena dianggap tidak demokratis. Sebagian warga Singapura merasa hak suara yang mereka miliki dirampas dengan ditetapkannya calon tunggal.

“Saya sangat marah. Marah karena suara saya dirampok. Suara saya dibatalkan,” tulis Kyle Malinda melalui Twitter.

#NotMyPresident baru-baru ini memang sedang dipopulerkan sebagian warga Singapura sebagai bentuk kekecewaan terhadap penetapan halimah sebagai presiden yang dianggap tidak demokratis.

Secara konstitusional Halimah sebagai kandidat memiliki posisi yang sangat kuat. Amandemen konstitusi Singapura memberikan ruang khusus bagi salah satu etnis yang dalam lima masa jabatan terakhir tidak menjadi presiden. Dan tahun ini, Pilpres Singapura memberikan kesempatan khusus kepada etnis Melayu. Komisi Pemilihan Presiden (PEC) merilis Sertifikat Kelayakan Halimah Yacob. Dengan tidak adanya pesaing lain, maka pemungutan suara di Singapura yang direncanakan digelar pada 23 September ditiadakan, karena dua pesaing Melayu lainnya, yakni Salleh Marican dan Farid Khan tidak memenuhi kriteria persyaratan yang ditetapkan komite pemilihan presiden Singapura.