Pewarta Nusantara
Menu Menu

Erniyati Khalida

Verify Penulis
Di Portal Berita
Pewarta Nusantara
Erniyati Khalida adalah penulis di Pewarta Nusantara
Erniyati Khalida Erniyati Khalida
1 tahun yang lalu 07/05/23
Festival Reog Ponorogo Jawa timur

Festival Reog Ponorogo Jawa timur

Festival Reog Ponorogo adalah kegiatan tahunan yang diselenggarakan Setiap menjelang Bulan Suro atau Bulan Muharam sama sepert Festiva Tabuik di Pariaman, yakni saat menyambut tahun baru Islam, masyarakat Ponorogo Jawa Timur selalu menggelar Festival Reog Nasional di Alun-Alun Ponorogo dalam rangka Grebeg Suro. Reog lahir di ponorogo dan kini kesenian tersebut telah dikenal oleh dunia. Festival ini diikuti oleh berbagai peserta dari seluruh Indonesia. Diantaranya ada dari Jogja, Gunungkidul, Madiun, Malang, Kediri, Surabaya dan daerah lainnya.

(Baca Juga: Festival Tabuik)

Kabupaten Ponorogo kerap dijuluki sebagai Kota Reog atau Bumi Reog. hal ini dikarenakan, di daerah ponorogo lahir kesenian Reog yang kini telah mendunia. Kesenian Reog menjadi ikon kebanggaan masyarakat Ponorogo dan hingga kini masih terus dilestarikan oleh masyarakat setempat.

Menjelang Bulan Suro, masyarakat Ponorogo Jawa Timur rutin menggelar Festival Reog Nasional di Alun-alun Ponorogo dalam rangka pesta rakyat Grebeg Suro. Biasanya, perayaan tersebut dilangsungkan setiap tahun. dan tahun ini kemungkinan akan dihelat pada di bulan Oktober. Festival Reog ini diikuti oleh berbagai peserta dari seluruh wilayah di Indonesia. Ada yang berasal dari Madiun, Kediri, Yogyakarta, Gunung Kidul, Jember, Wonogiri, Surabaya dan Malang.

Festival Reog Ponorogo Jawa timur

Festival Reog Ponorogo Jawa timur

Lebih dari 21 kelompok seni Tari Reog unjuk kebolehan dalam keterampilan yang disertai dengan belasan seniman Reog dari berbagai pelosok tanah air. Dengan Festival ini, selain bersilaturahim, mereka juga diharapkan untuk bisa saling bertukar ilmu dan pengalaman masing-masing. Pementasan Tari Reog dibawakan bergantian sesuai urutan acak selama lima hari dalam serangkaian kegiatan kebudayaan tersebut. Penilaian pada setiap penampilan pesertanya, didasarkan pada keterampilan menari Reog, koreografi yang menarik, dan kekompakan. Festival di Ponorogo ini menjadi lebih meriah sejak para pesertanya bersaing untuk memperebutkan Piala Presiden.

Sebagaimana pada malam puncak pagelaran Festival Reog Nasional di tahun-tahun sebelumnya, dimana perhelatannya begitu megah bak konser kelas dunia. Tahun ini pun penataan panggung, tempat duduk penonton, serta puluhan fotografer dan wartawan yang meliput kegiatan ini, semuanya dikemas secara profesional. Sekarang ini, Festival Reog Ponorogo telah merambah menuju kancah Internasional. Terlebih, setelah UNESCO telah mengakui Kesenian Reog sebagai salah satu warisan budaya dunia yang patut untuk dilestarikan bersama.

Erniyati Khalida Erniyati Khalida
1 tahun yang lalu 07/05/23
Festival tabuik

Puncak acara Festival Tabuik

PEWARTA NUSANTARA - Festival Tabuik adalah tradisi tahunan masyarakat Pariaman, Sumatera Barat. Pesta Tabuik dirayakan sebagai wujud syukur datangnya bulan Muharram. Ketika masuk bulan Muharram (penanggalan Islam), masyarakat Pariaman membuat tabuik atau semacam perwujudan dari makhluk legenda bernama Buraq. Buraq tersebut digambarkan membawa peti jenazah di punggungnya. Tabuik yang dibuat mmiliki tinggi sekitar 15 meter, dan dibagi ke dalam dua bagian. Festival ini diselenggarakan pada tanggal 10-15 Muharram.

(baca juga : Festival Adat di Tidore)

Festival Tabuik menjadi salah satu tradisi tahunan masyarakat Pariaman, Sumatera Barat. Festival ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu, diperkirakan sejak abad ke-19 masehi. Festival tabuik menjadi upacara adat dalam memperingati hari wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Hussein bin Ali yang tepatnya pada tanggal 10 Muharram (penanggalan Islam). Sejarah mencatat, Hussein beserta keluarganya wafat dalam peperangan di padang Karbala.

Festival Tabuik berasal dari kata Tabuik diambil dari bahasa arab "tabut" yang memiliki arti peti kayu. Nama Tabuik mengacu pada sebuah legenda tentang kemunculan makhluk yang berwujud kuda dan bersayap dengan memiliki kepala manusia yang disebut sebagai buraq. Legenda ini mengisahkan bahwa setelah wafatnya cucu Nabi yakni Hassan dan Hussein, kotak kayu yang berisi sebuah potongan jenazah Hussein diterbangkan ke langit oleh makhluk yang disebut dengan buraq. Berangkat dari legenda ini, setiap tahunnya masyarakat Pariaman membuat tiruan dari buraq yang sedang membawa tabut di punggungnya.

Legenda yang diterima masyarakat Pariaman secara turun temurun, budaya ini diperkirakan sudah ada di Pariaman sekitar tahun 1826-1828 M. Upacara Tabuik pada masa itu masih sanagt kental dengan pengaruh budaya dari timur tengah yang dibawa oleh masyarakat keturunan India penganut Islam Syiah. Tahun 1910, kemudian muncul kesepakatan antar nagari untuk menyesuaikan Upacara Tabuik dengan adat dari Minangkabau. Sehingga, berkembang Festival Tabuik ini menjadi seperti yang ada sekarang.

Tabuik dalam Festival Tabuik yang dibuat Masyarakat Pariaman terdiri dari dua bagian. Pertama, Tabuik Pasa. Dan kedua, Tabuik Subarang. Kedua Tabuik berasal dari dua wilayah yang berbeda di Kota Pariaman.

Tabuik Pasa (pasar) adalah wilayah yang berada di sisi selatan dari sungai yang membelah kota tersebut. Panjangnya samapi ke tepian Pantai Gandoriah. Pasa dianggap sebagai daerah asal muasal tradisi tabuik.

Tabuik subarang berasal dari daerah subarang (seberang). Wilayah ini berada di sisi utara dari sungai atau wilayah yang disebut sebagai Kampung Jawa.

Mulanya, Festival Tabuik hanya ada satu Tabuik, yaitu tabuik pasa (pasar). Pada tahun 1915-an, atas permintaan sebagian golongan masyarakat, untuk dibuatkan sebuah tabuik yang lain. Kemudian para tetua nagari sepakat, bahwa tabuik ini harus dibuat di daerah seberang Sungai Pariaman yakni daerah subarang (seberang).

Tabuik yang kedua ini kemudian diberi nama tabuik subarang. Sesepuh masyarakat meriwayatkan bahwa kejadian tersebut diperkirakan terjadi sekitar tahun 1916, tetapi ada pula riwayat yang menyatakan penetapan Tabuik yang kedua terjadi sekitar tahun 1930. Pembuatan tabuik subarang (Tabuik yang kedua) tersebut tetap mengikuti tata cara yang sebelumnya telah berlaku di wilayah Pasa (pasar) dalam rangkaian Festival Tabuik.

Sejak tahun 1982, Festival Tabuik dijadikan sebagai kalender pariwisata Kabupaten Padang Pariaman. Sehingga, terjadi berbagai penyesuaian. Penyesuaian tersebut salah satunya dalam hal waktu penyelenggaraan acara puncak dari rangkaian ritual tabuik tersebut. Sehingga, meskipun Festival Tabuik tetap dimulai pada tanggal 1 Muharram, namun pelaksanaan acara puncak ritualnya dari tahun ke tahun selalu berubah, tidak lagi selalu tepat pada tanggal 10 Muharram.

Rangkaian Festival tradisi tabuik di Pariaman terdiri dari tujuh tahapan ritual tabuik, yaitu mengambil tanah, lalu menebang batang pisang, mataam, mengarak jari-jari bersama-sama, mengarak sorban, tabuik naik pangkek, hoyak tabuik, dan terakhir membuang tabuik tersebut ke laut sebagai penutup Festival Tabuik.

Pengambilan tanah dilakukan pada tanggal 1 Muharram. kemudian Menebang batang pisang dilakukan pada hari ke-5 bulan Muharram. Mataam pada hari ke-7, kemudian dilanjutkan dengan mangarak jari-jari pada malam harinya. Dan keesokan harinya dilangsungkan ritual mangarak saroban oleh masyarakat Pariaman.

Puncak Festival Tabuik, dilakukan ritual tabuik naik pangkek. Kemudian, dilanjutkan dengan hoyak tabuik. Perayaan puncak ini dulunya selalu jatuh tepat pada tanggal 10 Muharram. Namun, saat ini setiap tahunnya berubah-ubah antara 10-15 Muharram. biasanya akan disesuaikan dengan akhir pekan. Menjelang maghrib, tabuik diarak menuju pantai dan dilarung ke laut sebagai ritual penutup Festival Tabuik.

Setiap tahunnya, puncak acara tabuik hampir selalu dihadiri oleh puluhan ribu pengunjung yang datang dari berbagai pelosok Sumatera Barat, . Tidak hanya masyarakat lokal, festival Tabuik ini pun mendapat perhatian dari banyak turis asing yang membuatnya menjadi perhelatan besar dan selalu ditunggu-tunggu setiap tahunnya.

Puncak acara Festival Tabuik yang berada di Pantai Gandoriah, menjadi titik pusat perhatian. Setiap tahunnya selalu menjadi lautan manusia, khususnya menjelang prosesi tabuik diarak menuju pantai.

Erniyati Khalida Erniyati Khalida
1 tahun yang lalu 07/05/23

Festival Bromo ataun Yadnya Kesodo adalah ritual tahunan terbesar suku asli Tengger di Bromo. Pemeluk Hindu suku Tengger akan melempar sesaji ke kawah Gunung Bromo. Sesaji Mulai dari sayur mayur, buah-buahan, hewan ternak, hingga uang untuk dijadikan persembahan kepada Sang Hyang Widhi. Yadnya Kasada, dihelat pada hari ke-14 bulan Kasada.

festival bromo

festival bromo

Obyek Wisata Bromo, terletak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Provinsi Jawa Timur. wisata bromo adalah salah satu di antara obyek wisata favorit dunia. Disamping memiliki keunikan pesona alam yang memukau dan mengagumkan, seperti lautan pasir gunung Bromo, padang savana yang menghampar luas, semburan asap putih yang keluar dari kawah Bromo dan masih banyak lagi yang membuat minat wisatawan untuk mengunjungi tempat ini. Masyarakat Gunung Bromo juga memiliki kebudayaan luhur dari Suku Tengger. Suku tengger berada di kawasan sekitar Gunung Bromo. Salah satu upacara adat terbesarnya adalah upacara Kasada/Yadya Kasada Ceremony dan sekarang dikemas menjadi Festival Bromo.

Budaya tersebut hingga saat ini dilestarikan oleh suku Tengger menjadi sebuah festival Bromo tahunan. Masyarakat sekitar gunung Bromo kerap menyebutnya dengan Festival Bromo Kasodoan atau upacara Kasodo atau kasada.

Festival Bromo atau Budaya suku tengger ini (Hari Raya Yadnya Kasada) atau Kasodo, merupakan suatu upacara adat suku Tengger yang dilakukan setiap tahun sekali (penanggalan agama Hindu Tengger). Perayaan tersebut tepatnya ketika sudah memasuki bulan Kasada dan yaitu pada hari ke 14. Perayaan Yadnya Kasada didisi dengan ritual pemberian sesajen untuk sesembahan yaitu para leluhur suku Tengger ( Dewi Roro Anteng dan Joko Seger) dan Sang Hyang Widhi. Tempat upacara adat suku Tengger ini biasanya digelar di Pura Luhur Poten atau tepat di lautan pasir gunung Bromo dan dekat dengan kaki Gunung.
Sejarah Festival Bromo
Sejarah Festival Bromo (ritual Yadnya Kasada) adalah legenda Roro Anteng dan Joko Seger. Meski sudah bertahun-tahun menikah, mereka berdua tidak kunjung dikaruniai anak. Setelah mereka bertapa sekian lama di puncak Gunung Bromo, akhirnya harapan mereka dikabulkan oleh Sang Hyang Widhi.

Pasangan Roro Anteng dan Joko Seger akhirnya dikaruniai 24 anak sekaligus. Tetapi, semua itu memiliki syarat yaitu anak mereka yang ke-25 harus dilempar ke kawah Bromo sebagai bentuk persembahan dan syaratnya. Roro Anteng dan Joko Seger tidak mau memenuhi syarat tersebut dan membuat Sang Hyang Widhi marah kepada mereka.

Setela itu kemudian langitpun menjadi gelap dan kawah Gunung Bromo pun mengeluarkan api. Oleh sebab itu, agar kehidupan di Bromo kembali aman dan sejahtera, warga setempat harus memberi sesaji setiap hari ke-14 bulan Kasodo. Ritual ini pun terus dilestarikan turun temurun sebagai wujud janji umat Hindu Tengger terhadap Gunung Bromo dan Sang Hyang Widhi.

Sebelum perayaan, masyarakat Tengger akan sembahyang terlebih dahulu di Pura Luhur Poten yang berada di lautan pasir kaki Gunung Bromo. Ritual ini berlangsung pada dini hari. Selepas itu, kemudian masyarakat mendaki Gunung Bromo untuk melempar sesajinya sebagai bentuk persembahan dari suku tengger.

Jazz Gunung Bromo festival bromo

Jazz Gunung Bromo festival bromo

Perayaan Adat Yadnya Kasada Suku Tengger atau Hari raya kasada, dilakukan pada tengah malam dan akan selesai pada dini hari. kegiatan adat suku Tengger ini bertujuan untuk mengangkat tabib atau dukun yang ada di setiap desa di wilayah Gunung Bromo. Dalam rangkaian Festival Bromo, Masyrakat suku Tengger akan melemparkan sesajen berupa persembahan-persembahan. Yadnya Kasada ini merupakan upacara adat yang hanya dimiliki oleh suku Tengger Bromo. Meskipun di Flores juga memiliki pesta adat Reba, namun tetap berbeda. Atau perayaan yang hampir serupa di Bali tapi upacaranya berbeda. ada pun nama lain Yadnya Kasada adalah Upacara Kasodo Bromo, Hari Raya Yadya Kasada, Festival Bromo.
Jadwal Festival Bromo 2017
Upacara Adat Kasada atau Festival Bromo 2017 akan diselenggarakan pada tanggal 9-10 2017. Ribuan wisatawan baik lokal maupun manca negara akan menyaksikan uniknya budaya suku Tengger. Sebab, Festival Kasodo menjadi salah satu daya tarik sendiri saat liburan ke Gunung Bromo.

Erniyati Khalida Erniyati Khalida
1 tahun yang lalu 07/05/23

PEWARTA NUSANTARA - JIka di Dieng memiliki perayaan di dataran tinggi yang di sebut dengan Dieng Culture Festival, Indonesia timur Juga memiliki Festival Kebudayaan di Danau Sentani. Danau Sentani adalah danau terbesar sekaligus terindah di Papua. Di danau tersebut setiap tahunnya rutin diadakan acara adat besar yang disebut dengan Festival Danau Sentani (FDS).

Festival Danau Sentani merupakan pesta yang melibatkan 16 suku yang ada di Papua. adat di danau sentani ini telah menjadi sebuah tradisi adat di Papua mulai dari tahun 2007. Acara diadakan selama lima hari berturut-turut di kawasan wisata Khalkhote, Sentani Timur.

Fesival di Danau Sentani

Fesival di Danau Sentani

Rangkaian kegiatannya antara lain, suguhan pertunjukan adat, panampilan seni dan kebudayaan dari berbagai suku asli Papua. mengunjungi Festival Danau ini juga bisa melihat dan membeli berbagai produk warga setempat yang diantaranya kerajinan kulit kayu, batik khas Papua, produk olahan seperti sokelat, sagu, kopi, buah merah, dan sebagainya. Festival Danau Sentani biasanya diselenggarakan tanggal 19-23 Juni.

Festival Danau Sentani (FDS) kembali digelar pada 19 hingga 23 Juni 2017. FDS 2017 juga akan diramaikan dengan industri kreatif Papua yang dapat menjadi buah tangan wisatawan. Dinas Pariwisata dan Pemerintah Provinsi Papua akan menyuguhkan produk kerajinan dari warga setempat berupa kulit kayu, produk olahan cokelat, batik Papua, sagu, kopi dan buah merah.

Festival kebudayaan ini akan diisi dengan tarian-tarian perang khas Papua, Isolo. Masyarakat Papua hingga tetap menjaga dan melestarikan tarian tersebut. Hal ini sebagai bentuk penghormatan terhadap nenek moyang, dan harga diri sebuah suku.

Dalam rangkaian kegiatannya, diadakan pula upacara adat penobatan ondoafi. Masyarakat asli Sentani dalam satu kampung memiliki satu Ondoafi atau Ondofolo dan lima Kose (kepala suku).

Ondofolo dalam kebudayaan sentani memiliki makna pimpinan tertinggi dalam satu kampung. Ondofolo ini memimpin atau memiliki lima Kepala Suku yang ada dalam naungannya. Status Ondofolo lebih tinggi dibanding dengan Kepala Suku.

Kegiatan ini juga memberikan kesempatan pada Paguyuban / kumpulan warga suku dari Indonesia seperti dari Sumatera Utara, Maluku, NTT, Sulawesi, Jawa, hingga Bali. Selain tari kolosal yang dipentaskan, ada juga tarian yang merupakan persembahan Suku Kamoro dari Kabupaten Mimika, wilayah selatan Papua.

Erniyati Khalida Erniyati Khalida
1 tahun yang lalu 07/05/23

PEWATA NUSANTARA - Dieng Culture Festival adalah Acara yang diadakan oleh Dinas Pariwisata Jawa Tengah dan masyarakat lokal Dataran Tinggi tersebut. Aacara ini dilaksanakan setiap tahun, tepatnya pada bulan Agustus.

Rangkaian acaranya antara lain seperti, Ritual pemotongan rambut gimbal, penerbangan lampu lampion sebanyak 5000, festival kembang api, festival jazz di atas awan, film festival Dieng, serta berbagai pertunjukan kegiatan seni tradisional yang disajikan masyarakat setempat.

Dieng Cultural Festival

Dieng Cultural Festival

Festival Budaya dengan sinergisme antara unsur Budaya Masyarakat dan Potensi Wisata Alam Dieng memang selalu memukau dan menjadi daya tarik tersendiri. Seperti yang kita ketahui dataran tinggi ini memiliki panorama alam yang sangat memukau. Hal ini menjadi salah satu sumber kekayaan budaya Nusantara. Kompleks percandian yang terpamapang, menjadi spot wisata budaya yang selalu diincar penggila wisata. Dataran tinggi dengan suasana sejuk melengkapi kenyamanan anda dlam melepaskan kepenatan kerja atau yang berasal dari perkotaan. Pemberdayaan masyarakat lokal juga menjadi misi dasar pembentukan kegiatan kebudayaan ini.

Acara dengan kemeriahan diatas dataran tinggi ini digagas oleh Kelompok sadar Wisata yang melibatkan berbagai elemen masyarakat dan Dinas Terkait Kepariwisataan Jawa Tengah.

Dieng Culture Festival pertama kali digelar pada tahun 2010 lalu. Dilihat dari usianya perhelatan kebudayaan tahunan ini memang tergoong masih muda, namun antusias wisatawan sangat tinggi dalam memberikan apresiasi pada acara culture Festival ini.

Sebelum menjadi "Dieng Culture Festival" di dataran tinggi ini pernah mengadakan acara serupa. Namun, pada pelaksanaannya tentu tidak seperti acara yang telah dikembangkan saat ini.

Kegiatan budaya itu mulanya lebih dikenal dengan istilah "Pekan Budaya Dieng". Memasuki tahun ketiga, nama event tersebut dirubah namanya oleh masyarakat lokal dan Kelompok Sadar Wisata menjadi Dieng Culture Festival.

Acara Culture Festival 2017 ini akan menyajikan berbagai macam kegiatan menarik. Kegiatan-kegiatan yang disajikan tentusaja tetap dalam nuansa budaya. kegiatan tersebut akan disajikan seperti biasanya,antara lain seperti Ruwatan atau Pemotongan Rambut Gimbal, Festival Menerbagkan sampai 5000 Lampion secara Serentak, Pesta Kembang Api, Festival Jazz Negeri di Atas Awan, Festival Film, Semua Acara Kesenian Daerah, dan masih banyak lagi yang akan di Tampilkan. Tahun ini Festival tersebut memasuki periode ke tuju 7.

Dieng Cultural Festival

Dieng Cultural Festival

Kegiatan Festival ini mungkin tidak banyak berubah, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya yang telah menggelar parade dan dikemas dalam nuansa budaya jawa. namun,  kali ini tentu saja akan lebih menarik dan lebih tertata dalam pelakasnaan acara budaya ini dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Dieng Culture Festival 2017 di perkirakan akan lebih meriah, hal ini tentunya akan semakin di serbu para wisatawan yang ingin mengikuti acara ini.

Erniyati Khalida Erniyati Khalida
1 tahun yang lalu 15/10/23

PEWARTA NUSANTARA - Masih di daerah Maluku yang juga tidak kalah dengan Ambon dengan Timba Laornya, pesona indonesia timur ini datang dari Tidore Maluku Utara.

Festival tidore adalah serangkaian kegiatan adat kebudayaan di maluku, yang dibentuk dalam satu festival budaya. Ada banyak rangkaian kegiatan yang terdapat dalam festival tidore.

Festifal ini biasanya diselenggarakan selama tiga hari. Rangkaian acara tersebut antara lain, Dowari sebagai ritual rutin yang dilakukan setiap mengawali kegiatan adat, lomba Kabate, karnaval budaya, Maluku Tai atau dikenal juga dengan lomba memancing, hingga atraksi debus.

Kesultanan Tidore merupakan salah satu dari kekayaan warisan sejarah nusantara yang dimiliki masyarakat Maluku Utara. Keberagaman seni pada kesultanan ini, juga menjadi daya tarik tersendiri dalam mendatangkan para wisatawan mancanegara maupun domestik.
Pelaksanaan Kegiata Festival Tidore
Festival Tidore 2017 akan dihelat dan didukung Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pada Sabtu (10/4) hingga Minggu (11/4) mendatang. Kemeriahan Festival tidore dimulai dengan peluncuran yang dilakukan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya bersama dengan Sultan Tidore Huseinsyah, dan Walikota Tidore Ali Ibrahim, Rabu (5/4) malam.

Festival Tidore diselenggarakan setiap tahunnya pada bulan April. Tahun ini, perhelatannya yang ke-9 akan mengangkat tema “Merawat Tradisi, Mempertegas Jati Diri Bangsa Maritim”.

Bagi masyarakat Tidore, intisari kebudayaan mengandung ajaran moral dan etik yang harus dijaga bersama, serta aspek kemaritiman (bahari) Indonesia khususnya Tidore, merupakan bagian dari refleksi akan ketegasan dalam membangun identitas dan jati diri warga masyarakat Tidore sebagai masyarakat kepulauan Nusantara ini.

3 Events unggulan yang selalu dinanti selama Festival  ini yakni:

Parade Juanga

Festival Tidore

Festival Tidore

Parade Juanga (10 april 2017): ini adalah kegiata mengelilingi pulau dengan kapal formasi perang oleh sultan dan bala tentaranya.

Perjalanan Paji

paji nyili-nyili festival tidore

paji nyili-nyili festival tidore

Perjalanan Paji (11 april 2017): kegiatan ini juga masih berupa parade mengelilingi pulau, namun bedanya kegiatan dilakukan di darat dengan formasi perang yang menceritakan revolusi Sultan Nuku.

Kirab Agung Kesultanan Tidore

Kirab Agung Kesultanan Tidore (11 april 2017), kegiatan ini akan disinergikan dengan pembukaan museum maritim dunia di Kedaton Tidore.

Fesival Tidore akan sangat meriah, terbukti tahun-tahun sebelumnya teah mampu menarik simpati yang tidak hanya masyarakat lokal, tentunya para wisatawan yang hadir baik domestik maupun mancanegara pun sangat antusias.