Serie A
Pewarta Nusantara, Surabaya - Bek Chelsea, Trevoh Chalobah, tidak menutup kemungkinan untuk pindah ke Italia, dengan Inter dan AC Milan dilaporkan tertarik padanya.
Chalobah menganggap Italia sebagai negara yang menyenangkan. Saat ini, ia sedang berada di Italia untuk mengunjungi Milan Fashion Week, dan ketika ditanya tentang rumor transfernya, Chalobah memberikan respon terbuka.
"Saya tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Saya pernah bermain di Prancis juga, di Inggris, dan Kamu tidak pernah tahu. Italia adalah negara yang baik," jawabnya seperti dilansir dari Football Italia.
Chalobah juga menyampaikan kesan positifnya tentang Italia, menyebut cuacanya yang bagus, orang-orangnya yang baik, dan makanannya yang enak.
Meskipun ia tetap mengakui bahwa ia saat ini masih merupakan pemain Chelsea, ia tidak menutup kemungkinan untuk melangkah ke tujuan baru.
Selain itu, Chalobah juga memberikan pandangannya tentang Serie A, menyebut bahwa ia telah menonton semua pertandingan final kompetisi klub UEFA musim ini.
Ia mengakui bahwa Serie A telah mengalami perkembangan, meskipun Fiorentina, AS Roma, dan Inter mengalami kekalahan. "Saya menonton semua pertandingan itu, mereka adalah tim yang sangat kuat, liga berkembang, dan tim sangat bagus. Saya pikir mereka semua sangat kuat," ujarnya.
Chalobah, yang berusia 23 tahun, tampil dalam 33 pertandingan untuk Chelsea musim ini di semua kompetisi, namun belum diketahui apakah ia masuk dalam rencana pelatih baru, Mauricio Pochettino, atau tidak.
Pernyataan Chalobah ini menunjukkan ketertarikannya terhadap potensi bermain di Serie A dan pengalamannya yang positif selama berada di Italia.
Ia menggambarkan Italia sebagai negara yang menyenangkan dengan cuaca yang baik, orang-orang yang baik, dan makanan yang enak.
Meskipun ia masih terikat dengan kontrak bersama Chelsea, Chalobah memberikan indikasi bahwa ia terbuka untuk tantangan baru di tempat lain.
Sementara itu, pandangannya tentang perkembangan Serie A menggarisbawahi pengakuan akan kualitas tim-tim Italia yang kuat dan kemajuan liga tersebut. (*Ibs)
Pewarta Nusantara, Yogyakarta - Fabio Grosso telah membuat keputusan mengejutkan dengan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pelatih Frosinone.
Meskipun baru saja membawa timnya promosi ke Serie A setelah finis sebagai juara di Serie B, Grosso memilih untuk meninggalkan klub.
Awalnya, muncul laporan bahwa Grosso telah dipecat, tetapi presiden klub, Maurizio Stirpe, dengan tegas membantahnya. Stirpe menyatakan bahwa Grosso sendiri yang mengajukan pengunduran diri melalui pesan WhatsApp.
"Saya telah meminta semua orang untuk memberikan tahu niatnya. Pelatih tidak memberikan tanggapan pada tanggal 8 Juni. Namun, pada tanggal 14 Juni, dia mengirimkan pesan singkat kepada saya di mana dia menceritakan pengalaman hebat bersama kami tetapi tidak ingin melanjutkan tugasnya," ungkap Stirpe.
Meskipun alasan di balik keputusan Grosso tidak dijelaskan, Stirpe mengungkapkan bahwa klub hanya ingin mengingat sisi positif dari hubungan mereka dan kemampuan Grosso dalam mengubah tim yang bagus menjadi pemenang.
Perpisahan antara Frosinone dan Grosso sebenarnya sudah terduga, mengingat kontraknya akan berakhir pada tanggal 30 Juni 2023. Meskipun klub telah mempersiapkan perpanjangan kontrak, Grosso tampaknya memiliki pertimbangan lain.
Kabar terbaru menyebutkan bahwa mantan bek Inter Milan dan Juventus ini kemungkinan besar akan menjadi pelatih baru Sampdoria, klub yang baru saja terdegradasi ke Serie B.
Baca juga: Trent Alexander-Arnold Bersiap Bermain di Posisi Gelandang di Sisa Kariernya: “Saya Merasa Nyaman”
Negosiasi antara Grosso dan Sampdoria dilaporkan sudah mencapai tahap akhir, menunjukkan bahwa Grosso sedang dalam perjalanan untuk menemukan pekerjaan baru dalam dunia kepelatihan. (*Ibs)
Pewarta Nusantara, Yogyakarta - Spekulasi mengenai kepindahan Marco Verratti ke as roma semakin menguat. Gelandang kreatif Paris Saint-Germain (PSG) tersebut dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk meninggalkan klub Prancis tersebut, terutama setelah hubungannya dengan suporter mulai memburuk.
Menurut laporan Corriere dello Sport, pelatih AS Roma, Jose Mourinho, telah menghubungi perwakilan Verratti untuk memulai pembicaraan mengenai kemungkinan transfer ini.
Namun, Roma harus siap menghadapi tantangan besar dalam merekrut pemain tersebut.
Verratti saat ini merupakan salah satu pemain dengan gaji tertinggi di PSG dan tidak tertarik untuk mengurangi upahnya. Selain itu, ia juga memiliki kontrak yang masih berlaku hingga musim panas 2026.
Oleh karena itu, jika Roma ingin mendapatkan jasanya, mereka harus bersedia mengeluarkan dana yang signifikan.
Bagi Verratti, kembalinya ke Italia memiliki daya tarik tersendiri. Selama karier profesionalnya, ia belum pernah merasakan persaingan sengit di Serie A.
Verratti menghabiskan sebagian besar waktunya di PSG sejak bergabung dengan klub tersebut. Meskipun sebelumnya ia sempat bermain di Serie B bersama Pescara dari 2008 hingga 2012.
Agen Verratti, Rafaela Pimenta, juga memberikan indikasi bahwa pemainnya tertarik untuk kembali ke tanah air. Dalam sebuah wawancara dengan Calciomercato, Pimenta mengungkapkan bahwa Verratti selalu memendam keinginan untuk merasakan atmosfer kompetisi yang ketat di Serie A sebelum akhirnya pensiun.
Baca juga: Rudi Garcia, Jurus Ajaib Napoli: Membawa Klub ke Puncak Liga Champions!
Selain AS Roma, ada juga klub Italia lain yang dikaitkan dengan minat terhadap Verratti, termasuk Juventus.
Masa depan gelandang berusia 30 tahun ini masih menjadi sorotan dan akan menarik untuk melihat kemana langkahnya akan membawanya di masa mendatang. (*Ibs)
Pewarta Nusantara, Yogyakarta - Napoli telah membuat kejutan besar dengan penunjukan Rudi Garcia sebagai pelatih baru mereka.
Setelah menghabiskan setahun terakhir di Al Nassr, Garcia kembali ke Eropa untuk menangani tim Italia tersebut. Namun, tugasnya tidaklah mudah karena Napoli merupakan juara bertahan Serie A dan mencapai perempat final Liga Champions.
Tekanan yang dihadapi oleh pelatih asal Prancis ini akan sangat besar untuk mempertahankan gelar juara dan mengulangi kesuksesan yang pernah dicapai oleh Luciano Spalletti.
Meskipun banyak yang meragukan kemampuan Garcia, mantan asistennya, Frederic Bompard, percaya bahwa koleganya akan meraih kesuksesan bahkan melebihi apa yang telah dicapai oleh Spalletti.
Bompard bahkan berani mengatakan bahwa Garcia memiliki impian untuk memenangkan Liga Champions bersama Napoli.
"Rudi bermimpi memenangkan Liga Champions dan saya pikir dia bisa mewujudkannya di Napoli," ungkap Frederic Bompard kepada L'Equipe.
"Saya merasakan bahwa waktunya sudah tiba untuk Rudi. Ada sesuatu yang memberi saya keyakinan bahwa dia akan mengangkat trofi Liga Champions bersama Napoli," tambahnya, seorang rekan kerja Garcia selama 15 tahun.
Namun, catatan buruk Garcia di Liga Champions tidak bisa diabaikan begitu saja. Dari 32 pertandingan yang ia jalani di ajang tersebut, ia hanya meraih tujuh kemenangan.
Bahkan sepanjang karirnya, Garcia hanya berhasil lolos dari fase grup sekali. Prestasinya yang paling bersejarah terjadi saat melatih Lyon pada musim 2019-2020, di mana ia berhasil membawa timnya mencapai semifinal sebelum akhirnya dikalahkan oleh Bayern Munich dengan skor 0-3.
Kini, pertanyaan besar muncul: apakah Rudi Garcia dapat mengubah nasib Napoli dan membawa klub tersebut meraih trofi Liga Champions? Kepercayaan diri yang ditunjukkan oleh Frederic Bompard menjadi bukti bahwa ada keyakinan kuat di dalam tim Napoli bahwa Garcia adalah orang yang tepat untuk tugas tersebut.
Baca juga: Real Madrid Mengejutkan Dunia: Datangkan Joselu sebagai Bomber Baru!
Waktulah yang akan memberikan jawaban, dan para penggemar Napoli pun tidak sabar untuk melihat apakah kehadiran Garcia dapat menjadi jurus ajaib yang membawa klub ke puncak kemenangan di pentas Liga Champions.
Pewarta Nusantara, Yogyakarta - Rudi Garcia merasa bangga dan antusias setelah resmi ditunjuk sebagai pelatih kepala baru Napoli.
Ini merupakan kali kedua bagi Garcia untuk berkarier di Italia, setelah sebelumnya menangani AS Roma dari 2013 hingga 2016. Dalam wawancaranya, Garcia menyatakan kegembiraannya kembali merasakan atmosfer Serie A dan memiliki motivasi yang besar untuk memberikan warna baru kepada juara Italia tersebut.
"Diluar dugaan rasanya bisa bergabung dengan Napoli. Merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya untuk kembali melatih di Italia," ujar Garcia seperti dikutip dari Football Italia.
"Saya memiliki motivasi yang besar dan lebih ambisius daripada sebelumnya. Saya tak sabar untuk memberikan kontribusi baru kepada juara Italia," tambahnya.
Sebelum resmi menunjuk Rudi Garcia, Napoli juga sempat mempertimbangkan Christophe Galtier, mantan pelatih Paris Saint-Germain (PSG).
Proses negosiasi antara Napoli dan Galtier berlangsung selama dua pekan. Namun, akhirnya kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan.
Napoli kemudian mengalihkan perhatiannya kepada Garcia, yang saat itu sedang menganggur setelah dilepas oleh Al Nassr pada bulan April sebelumnya.
Presiden klub, Aurelio De Laurentiis, mengungkapkan bahwa proses negosiasi dengan Garcia berlangsung dengan cepat. Hanya dalam waktu 10 hari, kedua belah pihak berhasil mencapai kesepakatan untuk bekerja sama.
Melalui akun Twitter pribadinya, De Laurentiis dengan bangganya mengumumkan bahwa Rudi Garcia akan menjadi pelatih kepala baru Napoli.
Keputusan untuk menunjuk Garcia sebagai pelatih baru Napoli telah diambil dengan harapan bahwa pengalaman dan keahliannya akan membawa dampak positif bagi klub.
Dengan semangat dan ambisi yang tinggi, Garcia siap memimpin Napoli dan memberikan perubahan yang diinginkan kepada juara Italia tersebut. (*Ibs)
Pewarta Nusantara, Yogyakarta - Davide Frattesi Belum Berniat Merantau. Gelandang muda Italia, Davide Frattesi, telah menjadi perbincangan sejak musim panas tahun lalu setelah menarik perhatian sejumlah tim besar di Italia.
Kini, kabarnya beberapa tim dari Premier League juga tertarik padanya. Namun, Frattesi dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak akan pindah ke luar Italia dalam waktu dekat.
Menurutnya, masih ada tantangan yang harus ia taklukkan di tanah air sebelum melanjutkan kariernya di negara lain.
"Saya selama ini tidak pernah terlalu memikirkan masa depan jauh ke depan. Bagi saya, penting untuk terus berkembang dan bermain di Italia sebelum melangkah ke panggung yang lebih besar," ungkap Frattesi yang dikutip dari Football Italia.
Ia juga menambahkan, "Tentu saja, saya percaya bahwa saya bisa sukses di luar negeri. Namun, untuk mencapai itu, saya harus mempersiapkan diri dengan baik. Di tim-tim besar, tidak ada jaminan bahwa seseorang akan selalu menjadi pemain inti, semua orang harus bekerja keras dan berjuang untuk tempat mereka."
Davide Frattesi juga merasa bangga dengan rumor ketertarikan dari beberapa tim besar. Baginya, rumor tersebut merupakan pengakuan atas kerja keras dan dedikasinya di lapangan hijau.
"Saya selalu merasa senang ketika dikaitkan dengan tim-tim besar. Itu artinya saya telah memberikan penampilan yang baik dan memberikan kontribusi di lapangan. Saat ini, yang terpenting bagi saya adalah terus memberikan performa terbaik ketika diberi kesempatan."
Masa depan Frattesi akan ditentukan oleh keputusan CEO Sassuolo, klub tempatnya bermain saat ini. Ia juga telah meminta agennya untuk menghubunginya ketika ada tawaran penting yang masuk.
Performa impresif Frattesi musim ini tidak bisa diabaikan. Dari 36 penampilan di Serie A, ia berhasil mencetak tujuh gol. Namun, sayangnya, ia tidak mampu membawa Sassuolo melaju ke kompetisi Eropa musim depan.
Davide Frattesi telah menarik perhatian banyak tim dengan penampilannya yang gemilang. Meskipun ia bangga dengan ketertarikan dari tim-tim besar, ia tetap memiliki fokus yang kuat pada karier sepak bolanya di Italia.
Baca juga: Joshua Kimmich Memutuskan Setia Bersama Bayern Munich dan Menutup Pintu Untuk Barcelona
Baginya, tantangan yang masih ada di negara asalnya adalah prioritas utama. Frattesi berharap dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang berarti bagi klubnya saat ini, namun ia juga tidak menutup kemungkinan untuk melangkah ke panggung yang lebih besar di masa depan jika tawaran yang menarik datang.
Masa depannya akan ditentukan oleh keputusan CEO Sassuolo, dan ia akan siap menjawab panggilan tersebut dengan persiapan yang matang. (*Ibs)
Pewarta Nusantara, Yogyakarta - Hellas Verona Berhasil Menahan Spezia di Serie A melalui Play-Off Degradasi.
Spezia mengalami nasib sial setelah harus terdegradasi ke Serie B meskipun finis di atas Hellas Verona dalam klasemen akhir Serie A 2022-2023.
Meskipun Spezia berada di posisi ke-17 sedangkan Verona satu peringkat di bawahnya, kedua tim harus bertanding dalam laga play-off karena keduanya memiliki jumlah poin yang sama, yaitu 31 poin.
Hellas Verona memastikan diri bertahan di Serie A setelah berhasil mengalahkan Spezia dengan skor 3-1 dalam pertandingan play-off degradasi yang digelar di Stadion Mapei pada Senin (12/6/2023) dini hari WIB.
Dalam kasus ini, Serie A tidak mempertimbangkan selisih gol dan head to head sebagai kriteria penentuan. Padahal, dalam kedua kriteria tersebut, Spezia lebih unggul daripada Verona.
Secara head to head, Spezia menang 2-1 dalam pertemuan pertama dan bermain imbang 0-0 dalam pertemuan kedua.
Meskipun Spezia diunggulkan sebelum pertandingan play-off, Hellas Verona berhasil keluar dari tekanan dan mempertahankan posisinya di Serie A.
Hasil ini tentu saja menyambut dengan sukacita mengingat mereka tidak pernah keluar dari posisi empat terbawah sejak giornata ke-8.
Dalam pertandingan yang berlangsung di tempat netral, Davide Faraoni membawa Hellas Verona unggul 1-0 hanya dalam waktu 5 menit pertandingan.
Namun, Ethan Ampadu dari Spezia berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1 setelah 10 menit berlalu. Namun, dua gol dari Cyril Ngonge pada menit ke-26 dan 38 membawa Verona unggul 3-1 dan mempertahankan keunggulan tersebut hingga akhir pertandingan.
Baca juga: Claudio Ranieri Mengantar Cagliari Kembali ke Serie A dalam Drama Play-Off
Marco Zaffaroni, pelatih Hellas Verona, memberikan pengakuan terhadap kekuatan timnya, "Tim ini memiliki kekuatan luar biasa.
Ada saat-saat ketika tidak ada yang percaya pada kami. Namun, para pemain selalu memiliki keyakinan. Wajah-wajah para pemain, semuanya, selalu penuh fokus dan keyakinan bahwa kami bisa melakukannya," seperti yang dikutip dari Tuttomercatoweb.
Kiper Lorenzo Montipo juga tampil gemilang dengan melakukan 8 penyelamatan, termasuk menggagalkan penalti M'Bala Nzola pada menit ke-70.
Montipo menyebutkan bahwa momen krusial dalam perjalanan Hellas Verona untuk bertahan di Serie A adalah saat pertandingan kandang melawan Sassuolo, di mana gol Adolfo Gaich pada menit ke-90 memberikan harapan bagi timnya.
Ia menyatakan, "Gol itu memberikan sinyal bahwa takdir berpihak pada kami. Meskipun hasil imbang dengan Empoli menghambat, kami bangkit hari ini." (*Ibs)
Pewarta Nusantara, Yogyakarta - Claudio Ranieri Kembali Bawa Cagliari ke Serie A dalam Drama Play-Off. Cagliari berhasil meraih kemenangan dramatis yang membawa mereka kembali ke Serie A di bawah asuhan Claudio Ranieri.
Gol penentu kemenangan dicetak oleh Leonardo Pavoletti pada menit ke-94, memanfaatkan umpan dari Gabriele Zappa. Menariknya, Pavoletti baru masuk sebagai pengganti Zito Luvumbo pada menit ke-89.
Keberhasilan ini merupakan bukti bahwa sentuhan magis Claudio Ranieri masih tetap kuat. Pada leg kedua play-off, Cagliari berhasil mengalahkan Bari dengan skor 1-0.
Kemenangan ini membuat mereka memenangkan agregat 2-1 setelah laga leg pertama berakhir imbang 1-1.
Ranieri sangat lega dengan hasil ini dan mengakui kehati-hatiannya saat menghadapi tim Bari. Ia menyadari bahwa tim lawan memiliki potensi untuk mencetak gol.
Namun, strategi yang hati-hati membantu Cagliari mempertahankan keunggulan. Dalam sebuah wawancara dengan Tuttomercatoweb, Ranieri mengungkapkan perasaannya, "Hasil imbang sangat penting karena kami bisa saja kalah 1-3 di kandang. Saya mengingatkan para pemain mengenai hal ini."
Tak dapat menahan emosinya, Claudio Ranieri bahkan menitikkan air mata saat wasit meniup peluit akhir. Rasanya seperti sebuah beban yang telah lama ia pikul terangkat seketika.
Sebelumnya, ia merasa cemas dan takut gagal memenuhi target untuk membawa Cagliari promosi ke Serie A.
Ranieri bergabung dengan Cagliari pada pertengahan Januari sebagai pengganti Fabio Liverani. Satu-satunya target yang diberikan kepadanya adalah meraih tiket promosi ke Serie A musim 2023-2024.
Ketika timnya tidak mampu finis di zona promosi langsung, kecemasan mulai menghantuinya. Namun, akhirnya kepiawaian Ranieri membawa hasil yang diharapkan.
"Cagliari telah memberikan banyak hal kepada saya. Mereka yang membuat saya menjadi pelatih dan itu berarti sangat besar bagi saya. Saya sangat takut jika tidak bisa memenuhi target yang diharapkan oleh seluruh tim dan yang mereka mintakan kepada saya," ungkap Ranieri, mengungkapkan kecemasannya.
Akhirnya, tangan dingin Claudio Ranieri terbukti kembali berhasil. Cagliari berhasil promosi ke Serie A meskipun melalui jalur play-off yang penuh drama.
Baca juga: Houssem Aouar Resmi Bergabung dengan AS Roma: Membawa Ambisi Besar untuk Musim 2023-24
Para pemain pun memberikan apresiasi kepada pelatih yang sangat berpengalaman ini. Leonardo Pavoletti menyatakan, "Dia adalah nomor satu. Dia telah mengubah kami dan membawa kami kembali ke Serie A." Sementara Gianluca Lapadula berkata, "Selamat kepada Ranieri. Kami menjadi sebuah keluarga berkat kehadirannya. Kami memiliki ikatan yang didasarkan pada saling menghormati, menghargai, dan kesadaran bahwa kami bekerja untuk mencapai satu target yang sama." (*Ibs)
Pewarta Nusantara - Federico Chiesa merasakan dampak sanksi pengurangan poin yang diberlakukan kepada Juventus musim ini.
Meskipun berhasil mencetak satu-satunya gol dalam laga melawan Udinese, prestasi itu tidak mampu mengubah posisi Juventus yang finis di peringkat ke-7, serta memastikan mereka tampil di Europa Conference League musim depan.
Chiesa, sebagai pemain Juventus, mengakui bahwa musim ini tidaklah mudah bagi klub dan dirinya secara pribadi. Kini, fokus Chiesa beralih ke timnas Italia, dengan harapan dapat memberikan kontribusi yang maksimal di level internasional.
Salah satu faktor yang membuat fokus Juventus terganggu adalah sanksi pengurangan 10 poin yang diberlakukan terhadap mereka.
"Dalam keadaan normal, kami akan berada di Liga Champions. Mereka mengambil poin kami, dan hal itu berdampak pada fokus kami," ungkap Chiesa seperti yang dilansir dari Football Italia.
"Tapi musim ini, dalam hal perolehan poin, sudah berakhir bagi kami. Kami sekarang bermain untuk tujuan lain."
Selain itu, Chiesa juga mengungkapkan bahwa musim ini merupakan tantangan yang berat bagi dirinya secara pribadi. Mengalami cedera di sebagian besar paruh pertama musim, Chiesa mengakui bahwa ini bukanlah musim yang paling mudah baginya.
Baca juga: Paolo Maldini dan Frederic Massara Diberhentikan! AC Milan Menghadapi Perubahan Besar
"Ini sangat sulit bagi saya. Setelah absen begitu lama, selama 10 bulan, tidaklah mudah. Mari kita lihat. Saat ini, saya ingin fokus pada tim nasional, dan setelah itu, kembali ke sini dan memberikan performa yang baik," papar Chiesa.
Pada musim ini, Chiesa hanya mencatatkan 21 penampilan di Serie A, dengan hanya 6 kali menjadi starter. Meskipun demikian, ia berhasil mencetak 2 gol dan memberikan 5 assist.
Selanjutnya, Chiesa akan bermain bersama timnas Italia dalam putaran final Nations League yang akan berlangsung pada pertengahan Juni. (*iBS)
Pewarta Nusantara - Keputusan terakhir Paolo Maldini dan Frederic Massara di AC Milan telah diambil setelah pertemuan yang digelar pada Senin malam waktu setempat, menurut laporan Tuttosport.
Pertemuan tersebut awalnya bertujuan untuk menjembatani perbedaan yang ada, namun sayangnya berakhir dengan pemecatan Maldini dan Massara.
Kabar ini tentu saja mengejutkan di Italia. Gerry Cardinale, pemilik AC Milan yang mengambil alih klub pada Agustus 2022 melalui perusahaan RedBird Capital, memutuskan untuk memecat Direktur Teknik Paolo Maldini dan Direktur Sepak Bola Frederic Massara.
Cardinale merasa bahwa ada kebutuhan akan perubahan besar di klub, termasuk menghilangkan pengaruh-pengaruh lama.
Dalam pandangan Cardinale, Maldini dan Massara bukanlah sosok yang tepat untuk meneruskan proyek yang diusungnya di AC Milan.
Ini menjadi kejutan karena keduanya telah berperan penting dalam kebangkitan klub I Rossoneri belakangan ini. Meskipun belum ada pernyataan resmi dari AC Milan mengenai pemecatan ini, berbagai media di Italia telah merilis kabar tersebut dan pengumuman resmi diyakini hanya tinggal menunggu waktu.
Tuttosport bahkan telah memberitakan bahwa Cardinale sudah memiliki solusi untuk mengisi dua posisi yang kosong tersebut.
Giorgio Furlani, CEO klub, dan Geoffrey Moncada, kepala pemandu bakat saat ini, kemungkinan akan mengisi posisi yang ditinggalkan oleh Maldini dan Massara.
Baca juga: Olok-olok Zlatan Ibrahimovic oleh Bastian Schweinsteiger: Pujian Terbalut dengan Tertawaan
Salah satu alasan yang dikaitkan dengan pemecatan Maldini adalah kegagalan dalam dua transfer, yaitu Charles De Ketelaere dan Divock Origi.
Kabarnya, AC Milan mengalami kerugian sebesar 35 juta euro dari transfer De Ketelaere. Selain itu, meskipun berhasil mencapai semifinal Liga Champions, performa Milan di Serie A tidak memuaskan.
Mereka hanya finis di posisi empat besar dan mendapatkan tiket ke Liga Champions musim depan berkat pengurangan poin yang dialami oleh Juventus.
Peristiwa ini menunjukkan bahwa perubahan besar sedang terjadi di AC Milan dengan pemecatan Maldini dan Massara. Tunggu informasi lebih lanjut mengenai keputusan ini dan bagaimana klub akan mengisi kekosongan posisi tersebut. (Ibs)