Pewarta Nusantara Menu

KDRT

Erniyati Khalida Erniyati Khalida
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara, Entertainment – Kesalahan Rizky Billar dimulai saat ia membuat postingan, namun tiba-tiba ada netizen yang merespons dengan komentar yang menyebutkan bahwa Rizky Billar harus cantik agar tidak dibanting lagi.

Pemain sinetron itu merasa kesal dengan perilaku netizen yang terus mengolok-olok kasus KDRT yang menimpanya dan menuduhnya pernah membanting istrinya, Lesti.

Untuk membantah tuduhan tersebut, Rizky Billar membalas dengan memperlihatkan rekaman CCTV yang membuktikan bahwa tuduhan tersebut tidak benar.

Rizky Billar tidak ingin netizen terus menerus mencemoohnya, maka ia mengunggah rekaman CCTV yang diambil di rumahnya tak lama setelah terjadi pertengkaran dengan Lesti. Dalam video tersebut terlihat Lesti sedang menggendong anak mereka, Baby L, di lantai dua.

Melalui akun TikTok-nya, Rizky Billar menulis, “Ini rekaman CCTV setelah kejadian yang belum pernah saya bagikan. Apakah kamu melihat istriku seperti habis dibanting berkali-kali atau dianiaya seperti yang kamu lihat atau baca di media?”.

Ia kemudian menambahkan, “Apakah terlihat seperti tangannya patah atau tulang lehernya bergeser seperti yang kamu baca?”.

Baca Juga; Mengungkap Kisah Romantis: Bella Bonita, dari Selebgram Madiun hingga Menjadi Istri Denny Caknan

Rizky Billar menegaskan bahwa laporan polisi terbaru tidak lagi mencantumkan kata “banting”, sehingga ia tidak ingin netizen terus membahas masalah tersebut.

Terlebih lagi, saat ini, ia dan Lesti sedang berusaha memperbaiki rumah tangga mereka. Rizky Billar mengungkapkan, “Bahkan laporan polisi terakhir tidak lagi menggunakan kata ‘banting’. Jadi mengapa kamu berani-beraninya mencemooh saya terkait sesuatu yang sudah kami berdua mencoba untuk melupakan, ketika kami sedang bahagia dan berusaha membangun kembali kehidupan rumah tangga kami”.

Dalam komentar-komentar yang ramai dari para penggemarnya, mereka meminta Rizky Billar untuk tidak lagi merespons komentar-komentar negatif dan sebaliknya fokus untuk memperbaiki hubungan rumah tangganya dengan Lesti. (*Ibs)

Erniyati Khalida Erniyati Khalida
1 tahun yang lalu

Pewartanusantara.com – Belakangan ini, publik dihebohkan dengan adanya beberapa kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang terjadi pada artis atau public figur tanah air.

Salah satunya adalah kasus yang dialami oleh Venna Melinda, yang melaporkan sang suami, Ferry Irawan ke kepolisian atas dugaan tindak KDRT.

Selain itu, kasus KDRT yang sangat mencuat ke permukaan adalah yang dialami oleh Lesti Kejora, yang melaporkan sang suami, Rizky Billar karena melakukan tindakan KDRT. Fenomena ini menunjukkan bahwa kasus KDRT semakin marak dari hari ke hari di Indonesia.

KDRT adalah tindakan kekerasan fisik, psikologis, seksual, atau ekonomi yang terjadi dalam suatu hubungan rumah tangga.

Tindakan ini bisa dilakukan oleh salah satu pasangan atau bahkan kedua pasangan yang terlibat dalam suatu hubungan.

Tindakan KDRT dapat berupa pemukulan, penganiayaan, atau tindakan lain yang berdampak negatif pada korban. Kasus KDRT yang semakin marak belakangan ini menunjukkan bahwa masalah ini harus menjadi perhatian serius bagi masyarakat Indonesia.

Kabar tentang kasus KDRT yang dialami oleh Venna Melinda dan Lesti Kejora telah menghebohkan banyak orang dan membuat banyak orang penasaran akan penjelasan lengkap tentang tindakan KDRT.

Oleh karena itu, berita ini sangat diperlukan untuk menambah wawasan dan juga pengetahuan masyarakat tentang tindakan KDRT yang saat ini semakin marak terjadi di Indonesia. Dalam hal ini, setiap individu harus memahami betul pentingnya menjaga hubungan yang sehat dan menghargai hak asasi manusia, terutama dalam hubungan rumah tangga.

Mereka juga harus mengetahui cara-cara mencegah dan mengatasi tindakan KDRT, serta menyadari bahwa tindakan ini tidak dapat ditoleransi dalam masyarakat yang beradab dan berperadaban.

Dalam kesimpulannya, kasus KDRT yang semakin marak belakangan ini harus menjadi perhatian serius bagi masyarakat Indonesia. Kita harus memahami betul arti penting dari sebuah hubungan yang sehat dan menghargai hak asasi manusia, khususnya dalam hubungan rumah tangga.

Oleh karena itu, penting untuk terus meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang tindakan KDRT, sehingga masalah ini dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan sama sekali. Dengan demikian, masyarakat Indonesia dapat terus tumbuh dan berkembang sebagai masyarakat yang beradab dan berperadaban.
Pengertian KDRT Menurut Para Ahli
KDRT, singkatan dari kekerasan dalam rumah tangga, merupakan sebuah istilah yang merujuk pada kekerasan yang dilakukan antara anggota keluarga atau rumah tangga. Tindak kekerasan ini dapat terjadi pada istri, suami, anak-anak, atau anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu rumah tangga.

Berbagai jenis kekerasan dapat terjadi dalam KDRT, seperti kekerasan fisik, psikologis, seksual, atau ekonomi.

Menurut para ahli, tindak KDRT memiliki dampak yang sangat buruk bagi korban dan keluarganya. Korban KDRT seringkali merasa takut, terancam, cemas, dan kehilangan kepercayaan diri. Tindakan tersebut dapat membuat korban merasa rendah diri dan sulit untuk mengambil keputusan atau tindakan yang tepat.

Oleh karena itu, para ahli menganjurkan agar korban segera melaporkan tindakan kekerasan yang dialami ke pihak yang berwenang, seperti kepolisian atau lembaga bantuan hukum.

Baru-baru ini, publik dihebohkan dengan kasus KDRT yang dialami oleh beberapa artis tanah air. Sebut saja Lesti Kejora dan Venna Melinda, yang melaporkan sang suami ke kepolisian atas dugaan KDRT.

Tindakan keduanya memberikan contoh konkret bagi korban KDRT untuk segera melaporkan tindakan kekerasan yang dialami dan tidak membiarkannya berlangsung terus-menerus.

Dalam masyarakat, masih sering terjadi stigma dan diskriminasi terhadap korban KDRT.

Mereka seringkali dinilai sebagai orang yang lemah atau malah disalahkan atas kekerasan yang mereka alami. Namun, sebenarnya tindakan KDRT tidak dapat diterima dan merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang serius.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mendukung korban KDRT dan membantu mereka untuk mendapatkan perlindungan dan keadilan yang layak.
Dampak KDRT Bagi Kesehatan Mental
Dampak tindak KDRT terhadap kesehatan mental korban sangat serius dan perlu mendapatkan perhatian serius. Pada umumnya, orang yang menjadi korban KDRT akan mengalami dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental mereka.

Dampak terbesar dari tindak KDRT adalah terjadinya trauma psikologis pada korban. Trauma ini bisa menjadi kronis dan berkelanjutan, dan sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari korban.

Selain itu, kekerasan tersebut juga dapat memperburuk kondisi kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya, seperti gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan stres pasca-trauma.

Tindak KDRT dapat mempengaruhi kepercayaan diri korban, sehingga mereka mungkin merasa tidak berdaya dan merasa diri mereka lebih rendah dibandingkan orang lain.

Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan korban untuk berinteraksi dengan orang lain dan berfungsi secara sosial. Selain itu, korban KDRT sering kali mengalami perasaan takut dan cemas, yang dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka secara keseluruhan.

Mengalami tindak KDRT juga dapat menyebabkan korban mengalami perasaan yang rumit dan bertentangan, seperti perasaan marah, sedih, kecewa, dan merasa bersalah. Beberapa korban mungkin merasa sulit untuk memproses emosi tersebut, sehingga mengalami kesulitan dalam berfungsi secara efektif dalam kehidupan sehari-hari.

Tindak KDRT tidak hanya berdampak buruk pada kesehatan mental korban, tetapi juga pada hubungan mereka dengan orang lain. Kekerasan dalam rumah tangga dapat menghambat kemampuan korban untuk menjalin hubungan sosial yang sehat, baik dengan keluarga, teman, maupun pasangan romantis.

Hal ini dapat berdampak pada isolasi sosial dan kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Contoh KDRT yang Sering Terjadi Termasuk yang Dialami Artis
Penting untuk diingat bahwa dampak KDRT terhadap kesehatan mental dapat bervariasi dari satu individu ke individu yang lain. Oleh karena itu, sangat penting bagi korban tindak KDRT untuk mendapatkan dukungan dan bantuan dari ahli kesehatan mental atau pihak berwenang yang berkompeten.

Korban juga dapat mencari dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas untuk membantu mereka pulih dari pengalaman traumatis tersebut.

KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga adalah tindakan kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga atau lingkungan keluarga, yang dilakukan oleh salah satu anggota keluarga terhadap anggota keluarga lainnya dengan tujuan untuk mendominasi, mengendalikan, dan merendahkan korban.

Contoh KDRT yang sering terjadi antara lain penganiayaan fisik, pemaksaan hubungan seksual, dan penelantaran dalam rumah tangga.

Penganiayaan fisik adalah contoh KDRT yang paling banyak terjadi, di mana korban seringkali menjadi pihak yang rentan.

Tindakan ini meliputi memukul, menampar, menendang, dan lain sejenisnya. Selain itu, pemaksaan hubungan seksual juga sering terjadi dalam rumah tangga.

Pemaksaan ini dilakukan tanpa mempertimbangkan konsen dari kedua belah pihak dan menjadi tindakan KDRT yang melanggar hak asasi manusia.

Tidak hanya itu, penelantaran dalam rumah tangga juga bisa menjadi contoh KDRT yang sering terjadi.

Hal ini bisa terjadi ketika suami atau istri melalaikan tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Misalnya, tidak memberikan nafkah lahir dan batin, tidak memperhatikan anak-anak, atau bahkan meninggalkan keluarga tanpa kabar.

Kasus KDRT seringkali menjadi perhatian publik, terutama ketika melibatkan artis atau tokoh masyarakat.

Contohnya adalah kasus Lesti Kejora dan Venna Melinda yang mengalami kekerasan fisik dari sang suami. Keduanya melaporkan kejadian tersebut ke polisi dan menuntut keadilan. Meskipun kasus Lesti sudah ditutup secara damai, kasus Venna Melinda masih berlangsung dan menimbulkan perhatian yang cukup besar dari masyarakat.

Dengan memahami contoh-contoh KDRT yang sering terjadi, diharapkan masyarakat dapat lebih peka dan memperhatikan tanda-tanda kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di sekitar mereka. Selain itu, korban KDRT juga diharapkan lebih berani melaporkan kejadian tersebut ke pihak yang berwenang untuk mendapatkan perlindungan dan keadilan.