FIGC
Pewarta Nusantara, Solo – Kehilangan Mourinho yang mendapat sanksi bukanlah hal baru bagi as roma. Sebelumnya, posisinya pernah digantikan oleh sang asisten, Salvatore Foti, ketika Mourinho juga mendapat sanksi.
Namun, untuk giornata pertama Serie A 2023-24, situasinya menjadi lebih rumit. Putusan FIGC yang memberlakukan sanksi 10 hari pada Mourinho mulai dari giornata pertama Serie A 2023-24 menjadi masalah besar bagi AS Roma.
Tim seakan kehilangan panduan dari sang pelatih, dan itu seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Tak hanya Mourinho, Foti, asisten pelatih lainnya juga terkena sanksi.
Ia dijatuhi hukuman 2 laga oleh FIGC setelah berkonfrontasi dengan asisten wasit pada laga melawan Spezia di giornata terakhir musim sebelumnya.
Alternatif berikutnya, Nuno Santos, pelatih kiper, juga menghadapi situasi serupa. Meskipun hanya mendapat sanksi 1 pertandingan, kehadirannya di pinggir lapangan pada giornata ke-2 Serie A 2023-24 pun masih diragukan.
Dengan absennya Mourinho, AS Roma dan timnya hanya bisa bergantung pada sisa staf kepelatihan yang masih bisa hadir di pinggir lapangan.
Ada beberapa nama seperti Giovanni Cerra, pelatih teknik; Michele Salzarulo, kepala analis; Manrico Ferrari, Maurizio Franchini, Carlos Lalin, dan Stefano Rapetti, yang bertugas sebagai pelatih kebugaran.
Dalam menghadapi situasi ini, Giovanni Cerra mungkin menjadi kandidat paling kuat untuk mengambil alih komando sementara dari Mourinho.
Pasalnya, Cerra sudah bekerja cukup lama dengan Mourinho sejak 2016 ketika keduanya sama-sama di Manchester United.
Namun, tidak bisa diabaikan juga Manrico Ferrari yang memiliki pengalaman bertugas sejak 2012 dan menjadi yang tertua di staf kepelatihan saat ini.
Tugas yang dihadapi oleh pengganti Mourinho sangat berat mengingat AS Roma juga harus bermain tanpa kehadiran Paulo Dybala dan Lorenzo Pellegrini.
Kedua pemain ini harus absen karena mendapatkan akumulasi kartu kuning pada giornata terakhir musim lalu. Kehilangan dua pemain inti semacam itu tentu saja merupakan tantangan besar bagi tim untuk bisa meraih hasil yang baik di giornata pertama Serie A 2023-24.
Bagi AS Roma, momen ini adalah ujian nyata bagaimana mereka mampu mengatasi ketidakberadaan Mourinho dan absennya pemain kunci.
Tidak diragukan lagi, tantangan besar menanti mereka dalam menjalani kompetisi Serie A 2023-24. Semoga kehadiran staf kepelatihan yang tersisa dapat memberikan panduan dan motivasi yang dibutuhkan bagi tim agar tetap tampil kompetitif dan meraih kesuksesan. (*Ibs)
Baca Juga: Alan Shearer Mencurahkan Dukungan dan Keyakinan untuk Harry Kane Menuju Bayern Munich
Pewarta Nusantara, Solo – Kepergian Mourinho yang dijatuhi sanksi bukanlah hal baru bagi Roma. Pada bulan Maret, posisinya digantikan oleh asistennya, Salvatore Foti. Namun, untuk pertandingan pertama Serie A 2023-24, situasinya menjadi lebih rumit.
Putusan FIGC memberikan sanksi 10 hari kepada Jose Mourinho mulai dari pertandingan pertama Serie A 2023-24, yang menjadi masalah tersendiri bagi as roma. Hal ini membuat tim seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
Bukan hanya itu, Foti juga harus absen selama 2 pertandingan karena mendapat sanksi dari FIGC setelah terlibat konfrontasi dengan asisten wasit saat pertandingan melawan Spezia pada akhir musim lalu.
Sebagai alternatif, Nuno Santos, yang merupakan pelatih kiper, juga mendapatkan sanksi serupa. Namun, perbedaannya, rekannya, Jose Mourinho, hanya dilarang satu pertandingan. Artinya, untuk pertandingan kedua Serie A 2023-24, Mourinho bisa kembali berada di pinggir lapangan.
Pada pertandingan pertama Serie A 2023-24, AS Roma dan Jose Mourinho hanya bisa mengandalkan sisa staf yang masih dapat berada di pinggir lapangan. Staf yang tersisa termasuk Giovanni Cerra, Michele Salzarulo, Manrico Ferrari, Maurizio Franchini, Carlos Lalin, dan Stefano Rapetti.
Dalam staf kepelatihan Mourinho, Cerra bertugas sebagai pelatih teknik, sedangkan Salzarulo sebagai kepala analis. Sementara itu, Ferrari, Franchini, Lalin, dan Rapetti bertugas sebagai pelatih kebugaran.
Melihat status mereka, Cerra adalah yang paling mungkin mengambil alih komando sementara dari Mourinho. Terlebih lagi, dia telah bekerja cukup lama dengan “The Special One,” khususnya pada tahun 2016 di Manchester United.
Namun, jika dilihat dari masa tugasnya, Ferrari memiliki peluang yang lebih besar. Pria berusia 53 tahun itu telah bertugas sejak tahun 2012 dan merupakan yang tertua di staf kepelatihan Mourinho saat ini.
Siapapun yang akan bertugas, mereka akan dihadapkan pada tantangan yang berat. Pasalnya, Roma juga harus bermain tanpa Paulo Dybala dan Lorenzo Pellegrini.
Keduanya mendapatkan kartu kuning pada pertandingan terakhir musim lalu dan akhirnya terkena larangan bermain. (*Ibs)
Baca Juga: Gianluca Scamacca Diharapkan Kembali ke Sassuolo untuk Menemukan Kepercayaan Diri yang Hilang
Pewarta Nusantara, Solo – Jose Mourinho sekali lagi harus menghadapi konsekuensi dari komentarnya yang kontroversial terkait dengan wasit.
Kali ini, Asosiasi Sepak Bola Italia (FIGC) memberikan hukuman ganda kepada pelatih AS Roma tersebut. Dalam laga antara Monza vs Roma pada tanggal 3 Mei 2023 yang dipimpin oleh wasit Daniele Chiffi, Mourinho dianggap telah menghina dan merendahkan wasit tersebut.
FIGC mengumumkan bahwa Mourinho akan didenda 50.000 euro dan dilarang mendampingi timnya dalam dua giornata awal Serie A musim 2023-24.
Hukuman ini diberlakukan oleh Pengadilan Federal Nasional yang dipimpin oleh Carlo Sica. Mourinho harus menjalani sanksi selama 10 hari, yang berarti ia tidak akan bisa menjadi pelatih Roma dalam dua pertandingan awal musim mendatang.
Saat ini, lawan yang akan dihadapi Roma dalam dua laga tersebut masih belum diketahui. Meskipun dijatuhi hukuman, Mourinho tetap teguh pada pendiriannya.
Setelah pertandingan melawan Monza, dia secara terbuka menyebut Chiffi sebagai wasit terburuk yang pernah ia temui.
Mourinho bahkan mengungkapkan bahwa ia merekam seluruh pernyataan yang dia ucapkan selama pertandingan tersebut.
Meski proses hukum sudah berjalan, Mourinho enggan mencabut pernyataannya atau meminta maaf kepada Chiffi.
Baca Juga: Gianluca Scamacca Diharapkan Kembali ke Sassuolo untuk Menemukan Kepercayaan Diri yang Hilang
Sebelum dihukum oleh FIGC, Mourinho juga telah mendapat sanksi berat dari UEFA. Pelatih asal Portugal tersebut dilarang mendampingi Roma dalam empat pertandingan awal di kompetisi antarklub Eropa musim depan karena menyerang wasit Anthony Taylor dalam final Piala UEFA.
Hukuman-hukuman tersebut tidak hanya berdampak pada Mourinho, tetapi juga terhadap Roma secara keseluruhan.
Klub ini didenda 50.000 euro dalam kedua kasus tersebut dan oleh UEFA, mereka juga dilarang menjual tiket tandang pada pertandingan pertama di Liga Europa musim 2023-24. (*Ibs)
Pewarta Nusantara, Solo – Pemerintah Italia Mengeluarkan Larangan Penggunaan Nomor Punggung 88 oleh Pemain Sepak Bola.
Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) dan pemerintah Italia telah resmi melarang pemain sepak bola yang bermain di Italia untuk menggunakan Nomor Punggung 88. Keputusan ini diambil sebagai tindakan untuk melawan antisemitisme yang semakin marak.
Nomor 88 telah menjadi simbol yang sering digunakan oleh kelompok neo-nazi untuk menyampaikan pesan “heil Hitler,” karena huruf “h” merupakan huruf kedelapan dalam alfabet.
Baca Juga; Gianluca Scamacca Lebih Memilih Kembali ke AS Roma
Keputusan ini diumumkan setelah insiden kontroversial di mana seorang suporter Lazio mengenakan seragam tim dengan nomor 88 dan nama “Hitlerson” di atasnya. Insiden tersebut mendapat kecaman luas, termasuk dari Lazio sendiri, dan pelakunya kemudian dilarang masuk ke stadion.
Presiden FIGC, Gabriele Gravina, bekerja sama dengan Menteri Dalam Negeri, Matteo Piantedosi, Menteri Olahraga, Andrea Abodi, dan Koordinator Nasional Perjuangan melawan antisemitisme, Giuseppe Pecoraro, mengkonfirmasi keputusan tersebut.
Dampak dari larangan ini adalah pemain yang saat ini menggunakan nomor punggung 88 di Italia harus menggantinya musim depan. Salah satu pemain yang terkenal dengan nomor tersebut adalah gelandang Atalanta, Mario Pasalic, serta pemain Lazio, Toma Basic.
Pemain lain yang pernah menggunakan nomor 88 adalah Gianluigi Buffon ketika masih bermain untuk Parma, namun dia kemudian mengubahnya menjadi nomor 77 menyadari kontroversi yang terkait dengan nomor tersebut.
Keputusan ini diharapkan dapat menjadi langkah positif dalam memerangi tindakan antisemitisme dalam dunia sepak bola dan mengedukasi para pemain serta penggemar tentang pentingnya menghormati nilai-nilai universal seperti persatuan, keberagaman, dan toleransi. (*Ibs)