Pewarta Nusantara
Menu Kirim Tulisan Menu

Beatrice : Senjata Nuklir tidak Membuat Kita Aman

Nuklir

PEWARTANUSANTARA.COM - Bom atom menjadi ancaman yang mengerikan bagi siapapun. Selama bom atom masih diciptakan, bencana tidak bisa dihindari, sebagaimana dikatakan oleh kepala sebuah gerakan intenasional yang menyuarakan perdamainan dan penghapusan senjata nuklir, International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN) yang meraih Nobel Perdamaian tahun ini.

“Kita menghadapi pilihan yang sangat jelas saat ini: Berakhirnya senjata nuklir atau akhir dari kita,” kata Beatrice Fihn dalam konferensi pers Komite Nobel Norwegia, Sabtu (9/12/2017).

“Senjata ini tidak membuat kita aman, mereka bukan pencegah, mereka hanya memacu negara lain untuk memiliki senjata nuklir mereka sendiri. Dan jika anda merasa tidak nyaman dengan Kim Jong-un yang memiliki sejata nuklir, maka anda merasa tidak nyama dengan senjata nuklir. Jika anda merasa tidak nyaman dengan Donald Trump yang memiliki senjata nuklir, maka anda merasa tidak nyaman dengan senjata nuklir,” lanjut Beatrice.

Lebih dari 450 organisasi dipersatukan oleh ICAN, dan itu semua merupakan kekuatan pendukung di balik sebuah perjanjian internasional guna melarang senjata nuklir yang disahkan tahun ini. Sudah 53 negara telah mendaftar, akan tetapi hanya 3 negara yang telah mengesahkan. Disamping itu perjanjian tersebut memerlukan 50 pengesahan (ratifikasi) supaya dapat berlaku.

Tidak ada negara pemilik tenaga nuklir yang menandatangani perjanjian itu. Amerika Serikat, Inggris dan Prancis, sebagai negara yang memiliki kekuatan nuklir utama, bahkan telah mengatakan bahwa mereka tidak akan mengirimkan duta besar mereka ke upacara pemberian hadiah Nobel pada hari ini di Norwegia.

Atas hal tersebut Satsuko Thurlow, salah seorang korban selamat dari bom atom Hiroshima yang juga menerima pemberian hadiah nobel bersama dengan Beatrice, mengatakan bahwa ia tidak terlalu terkejut dengan tindakan diplomatik itu.

“Ini bukan pertama kalinya mereka berperilaku seperti itu, mereka mencoba dengan berbagai cara untuk menyabotase, mendiskreditkan apa yang kami coba lakukan,” ungkapnya. “Mungkin ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar kesal atas kesuksesan yang kita hadapi sejauh ini.”

Beberapa hari yang lalu, ICAN telah memasang 1.000 derek kertas merah di luar Parlemen Norwegia yang dibuat oleh anak-anak Hiroshima sebagai tempat serangan bom atom pertama di dunia.

Penulis:

Editor: Erniyati Khalida

265