Pewarta Nusantara
Menu Kirim Tulisan Menu

Sejarah Tahun Masehi

Dewa janus dan awal mula tahun masehi

Kita mengenal ada 4 jenis penanggalan yang berlaku di Indonesia, yaitu Kalender Masehi, Hijriyah, Jawa, dan Cina. Sebenarnya masih ada satu lagi, yaitu kalender Saka yang dipergunakan oleh umat Hindu. Meski demikian, masih banyak diantara kita yang tidak tahu secara persis apa sih perbedaan dari setiap penanggalan tersebut, dan bagaimana sejarah dari tiap penanggalan itu?

Penanggalan (Tarikh) Masehi

Tarikh Masehi adalah penanggalan yang dipakai secara internasional saat ini, dan oleh kalangan gereja dinamakan Anno Domini (AD) terhitung sejak kelahiran nabi Isa AS. Penanggalan Masehi adalah sebutan untuk penanggalan atau penomoran tahun yang digunakan pada kalender Julian dan Gregorian.

Baca juga: Sejarah Penggunaan Nama-nama Bulan

Mulanya, penanggalan di kekaisaran Roma ditetapkan atas dasar berdirinya Kota Roma dan dikenal sebagai sistem AUC (Ab Unde Condita, sejak berdirinya kota). Atas perintah Kaisar Justinian, seorang Rahib Katolik, Dionysius Exiguus pada tahun 527 M ditugaskan pimpinan Gereja untuk membuat perhitungan tahun dengan mengacu pada tahun kelahiran Yesus. Dionysius Exiguus adalah orang yang dianggap sebagai penemu kalender masehi. Selain itu ia juga dikenal sebagai seorang teolog, matematikawan dan astronom ulung. Karena dinamai dengan masehi (Mesias), penanggalan ini menggunakan istilah Masehi (M) dan Sebelum Masehi (SM) yang merujuk pada kelahiran Nabi Isa a.s (Yesus), atau Mesias (Masehi).

Kata Masehi (disingkat M) dan Sebelum Masehi (disingkat SM) berasal dari bahasa Arab (Al-Masih), yang berarti "yang membasuh," "mengusap" atau "membelai". Kata ini memiliki makna yang hampir sama dalam istilah bahasa Ibrani "Mesiah" atau "Mesias" yang artinya "Yang diurapi".

Penanggalan Masehi dalam bahasa Latin disebut "Anno Domini" (disingkat AD yang berarti "Tahun Tuhan"). Pada zaman modern muncul istilah Common Era (dalam Bahasa Inggris) yang disingkat "CE" (secara harfiah berarti "Era Umum"), sedangkan waktu sebelum tahun 1 dipakai istilah "Before Christ" yang disingkat BC (artinya sebelum [kelahiran] Kristus) atau Before Common Era yang disingkat "BCE" (Sebelum Era Umum).

Model penanggalan dan perhitungan hari dalam kalender Masehi didasarkan pada ilmu astrologi, yaitu ilmu tentang pergerakan benda-benda langit seperti matahari, bulan dan rasi bintang. Astrologi Sebagai disiplin keilmuan berasal dari Mesapotamia, daratan diantara sungai Tigris dan Eufrat, daerah asal orang Babel kuno (kini Irak Tenggara). Ilmu ini berkembang sejak jaman pemerintahan Babel kuno, kira-kira tahun 2000 SM.

Mulanya, para ahli perbintangan di Mesir kira-kira 1000 SM, mempelajari benda-benda langit sebagai ramalan umum mengenai masa depan. Pengetahuan astrologi ini kemudian diambil alih suku bangsa Babel.

Astrologi Babel kemudian mengembangkan suatu sistem yang menghitung perubahan musim dengan pengelompokan bintang tertentu yang disebut rasi atau konstelasi. Namun, antara tahun 600 SM dan 200 SM, mereka mulai mengembangkan suatu sistem untuk menghitung penanggalan hari dan menggambar horoskop perorangan.

Sistem penanggalan Masehi sendiri sangat dipengaruhi oleh tradisi astrologi Mesir kuno, Mesopotamia, Babel, Yunani dan Romawi Kuno, serta dalam perjalanannya mendapat intervensi Gereja.
Era sebelum kelahiran Yesus dinamakan Era Sebelum Masehi (SM). Semua peristiwa dunia sebelumnya dihitung mundur atau minus. Dengan sebuah gagasan teologis bahwa Yesus sebagai penggenapan dan pusat sejarah dunia. Tahun pertama terhitung mulai tahun kelahiran Yesus atau awal perjanjian baru. Sebagai catatan, bahwa tahun kelahiran Yesus itu langsung dianggap sebagai tahun 1, sedang tahun sebelumnya adalah 1 SM (-1), dengan demikian dalam kalender Masehi tidak dikenal tahun 0. Hal ini dimaklumi karena, angka 0 (nol) sendiri baru ditemukan jauh setelah itu, yaitu pada abad ke-8 M oleh Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi.

Penulis:

Editor: Erniyati Khalida

1655