Pewarta Nusantara
Menu Kirim Tulisan Menu

Pertarungan Historis Indonesia untuk Mencapai Kedaulatan Pangan

Hari Pangan Sedunia, dirayakan setiap tanggal 16 Oktober, merupakan momen penting untuk merenungkan sejarah, tantangan, dan prospek ketahanan pangan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sebagai negara kaya akan keberagaman budaya dan sumber daya alam, Indonesia telah menjalani perjalanan panjang dalam upaya mencapai Kedaulatan Pangan. Artikel ini, akan menjelajahi sejarah dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam perjuangannya menuju kedaulatan pangan, serta mengidentifikasi upaya-upaya terkini yang sedang dilakukan.

Indonesia memiliki sejarah panjang dalam pengelolaan sumber daya alamnya untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Selama berabad-abad, masyarakat telah mengembangkan berbagai sistem pertanian yang unik. Beberapa di antaranya termasuk sistem ladang berpindah, irigasi sawah, dan pengolahan berbasis laut.

Sistem ladang berpindah pada masa kuno, yang dikenal sebagai "ladang hutan" atau "ladang berpindah," telah digunakan secara luas oleh masyarakat adat di Indonesia. Dalam sistem ini, lahan pertanian digunakan secara bergantian dan dibiarkan beristirahat selama beberapa tahun untuk pemulihan. Hal ini memungkinkan tanah untuk tetap subur dan produktif.

Salian itu, irigasi sawah adalah sistem yang sangat penting dalam pertanian padi di Indonesia. Dengan memanfaatkan air dari sungai dan mata air, petani membangun jaringan saluran irigasi yang membantu mengairi sawah-sawah mereka. Dengan kerja sama komunal yang kuat, masyarakat dapat memastikan pasokan air yang mencukupi untuk tanaman padi mereka.

Indonesia juga dikenal dengan praktik pengolahan berbasis laut, terutama di wilayah-wilayah pesisir. Masyarakat pesisir telah mengembangkan cara-cara unik dalam menangkap ikan dan memanfaatkan sumber daya kelautan. Teknik seperti teknik penyelaman tanpa peralatan modern dan penggunaan jaring tradisional telah menjadi bagian penting dalam mencapai kedaulatan pangan di komunitas-komunitas pesisir.

Masyarakat adat berbagai daerah di Indonesia juga memiliki pengetahuan mendalam tentang penyimpanan dan pengawetan makanan. Mereka menggunakan teknik pengasapan ikan dan daging serta lumbung padi tradisional untuk melindungi sumber daya pangan mereka dari hama dan cuaca buruk sebagai bentuk kearifan lokal menjaga pangan.

Contoh nyata lainnya adalah Suku Batak di Sumatera, telah berhasil mengintegrasikan padi, kopi, sayuran, dan buah-buahan dalam satu lahan pertanian. Mereka juga memanfaatkan sumber daya hutan, seperti ulat sagu, buah hutan, dan ikan sungai, sebagai tambahan sumber pangan yang berharga.

Masyarakat Indonesia yang hidup di berbagai wilayah juga menghargai pengetahuan tentang pasang surut laut, pola alam, dan tanda-tanda alam lainnya. Pengetahuan ini membantu mereka menentukan waktu yang tepat untuk berlayar, menangkap ikan, atau mengumpulkan sumber daya laut lainnya.

Tidak hanya dalam sektor pertanian, pembuatan perahu tradisional juga menjadi bagian penting dalam budaya masyarakat Indonesia, terutama daerah-daerah pesisir. Masyarakat lokal telah menguasai teknik khusus dalam memilih kayu, memahat, dan merakit perahu secara manual.

Di beberapa daerah, seperti Maluku, masyarakat adat menerapkan sistem pengelolaan bersama untuk sumber daya laut mereka. Mereka membagi wilayah perairan menjadi zona-zona yang berbeda untuk kegiatan penangkapan ikan, dan aturan komunal dihormati oleh seluruh anggota masyarakat.

Pentingnya budaya maritim juga tercermin dalam hidangan tradisional masyarakat pesisir di Indonesia. Hidangan seperti ikan bakar, ikan asin, sambal, dan kerupuk laut merupakan bagian tak terpisahkan dari makanan laut tradisional.

Sejarah perdagangan internasional juga telah memberi pengaruh signifikan terhadap budaya makanan Indonesia. Sebagai pusat perdagangan rempah-rempah dan hasil pertanian, Indonesia telah menjadi tujuan para pedagang dari seluruh dunia. Akibat dari perjalanan sejarah ini adalah pengaruh asing yang menciptakan masakan yang kaya dan beragam di Indonesia. Tradisi kuliner hasil akulturasi dari budaya Tiongkok, Timur Tengah, India, Eropa, maupun wilayah Asia Tenggara menjadi bagian tersendiri dalam ketahanan pangan masyarakat.

Meskipun Indonesia memiliki warisan sejarah dan budaya yang kaya dalam pengelolaan pangan, negara ini juga dihadapkan pada sejumlah tantangan yang serius dalam mencapai kedaulatan pangan. Salah satu tantangan terbesar adalah ketidaksetaraan dalam akses terhadap pangan. Data dari FAO tahun 2022 menunjukkan bahwa sekitar 5,9% dari populasi Indonesia mengalami kelaparan, yang setara dengan sekitar 16,2 juta orang.

Meskipun angka ini relatif lebih baik daripada beberapa negara tetangga, seperti Timor Leste, yang mencapai 22,3%, angka tersebut tetap tinggi dan mengingatkan kita akan perlunya usaha untuk mengatasi masalah kelaparan di Indonesia.

Selain itu, fluktuasi harga bahan pokok yang sering terjadi selama momen-momen penting, seperti perayaan agama dan nasional, merupakan masalah serius yang harus diatasi. Harga bahan makanan yang tidak stabil dapat mengakibatkan kesulitan bagi pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi lonjakan harga yang sering terjadi.

Tantangan lainnya adalah urbanisasi yang cepat dan pertumbuhan populasi yang tinggi. Urbanisasi mengakibatkan lahan pertanian yang berkurang karena dikonversi menjadi pemukiman atau industri, sementara pertumbuhan populasi berarti ada lebih banyak orang yang harus diberi makan.

Kurangnya akses ke pendidikan (riset) pertanian dan kelautan, serta teknologi modern, menjadi kendala lainnya. Banyak petani dan nelayan di Indonesia masih menggunakan metode tradisional yang kurang efisien dan rentan terhadap perubahan iklim.

Kebijakan kolonial masa lalu juga masih memberikan dampak pada upaya mencapai kedaulatan pangan di Indonesia. Kehadiran Belanda di Indonesia, terutama melalui VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) dan pemerintah kolonial, mengganggu praktik-praktik pertanian tradisional dan menggantikannya dengan budaya penanaman tanaman komersial seperti kopi, teh, karet, dan kakao.

Sebagian besar lahan subur digunakan untuk tanaman ekspor, yang mengurangi lahan yang tersedia untuk pertanian lokal. Sistem tanam paksa dan kebijakan monokultur, yaitu menanam satu jenis tanaman dalam skala besar, juga merugikan keragaman tanaman lokal.

Selama masa kolonial, masyarakat pribumi di Indonesia juga dilarang mempraktikkan pertanian tradisional, sehingga menciptakan kesenjangan dengan pertanian modern yang didorong oleh Belanda.

Meskipun tantangan yang dihadapi dalam mencapai kedaulatan pangan di Indonesia merupakan hal serius, ada berbagai upaya yang sedang dilakukan oleh pemerintah, organisasi masyarakat, dan individu untuk mengatasi masalah ini.

Salah satu upaya utama adalah mempromosikan pertanian yang berkelanjutan dan berbasis lokal. Ini mencakup penggunaan teknik pertanian modern, seperti penggunaan pupuk yang tepat dan metode irigasi yang efisien, untuk meningkatkan hasil pertanian. Pengembangan varietas tanaman yang tahan terhadap perubahan iklim juga merupakan prioritas untuk mengurangi risiko kekurangan pangan.

Inovasi dalam produksi pangan, seperti pertanian vertikal, hidroponik, dan penggunaan lahan yang cerdas, semakin banyak digunakan. Teknologi ini memungkinkan pertanian yang lebih efisien dan produktif, terutama di daerah perkotaan yang memiliki lahan terbatas.

Selain itu, pendidikan dan pelatihan petani dan nelayan menjadi kunci dalam meningkatkan ketahanan pangan. Dengan meningkatkan pengetahuan mereka tentang praktik-praktik terbaik dalam pertanian dan kelautan modern, mereka dapat menghasilkan pangan yang lebih banyak dan berkualitas.

Pemberdayaan petani dan nelayan juga menjadi prioritas dalam upaya mencapai kedaulatan pangan. Melalui pemberian akses ke pendidikan dan pelatihan, mereka dapat mengambil peran yang lebih aktif dalam pengelolaan sumber daya alam dan pertanian mereka.

Dalam rangka mengatasi masalah ketidaksetaraan akses terhadap pangan, pemerintah dan organisasi nirlaba terus berupaya untuk meningkatkan distribusi pangan dan memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Program-program seperti bantuan pangan dan pendidikan gizi sedang dijalankan untuk mengurangi masalah kelaparan.

Mengenai isu perdagangan pangan internasional, Indonesia terus berupaya untuk melindungi kedaulatan pangan dengan mempromosikan pertanian lokal. Ini mencakup pengendalian ekspor dan impor yang lebih ketat untuk mendorong konsumsi produk-produk pertanian dalam negeri.

Dalam hal pengelolaan sumber daya laut, upaya dilakukan untuk melindungi sumber daya laut yang penting bagi ketahanan pangan. Pembuatan peraturan yang lebih ketat untuk penangkapan ikan dan pengelolaan wilayah perairan menjadi bagian penting dalam upaya ini.

Sejarah panjang Indonesia dalam pengelolaan sumber daya alam untuk mencapai kedaulatan pangan menjadi dasar yang kuat untuk upaya-upaya terkini dalam mencapai tujuan tersebut. Meskipun masih ada tantangan yang perlu diatasi, langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah, organisasi masyarakat, dan individu menunjukkan komitmen untuk mengatasi masalah kelaparan dan mencapai kedaulatan pangan.

Dalam konteks Hari Pangan Internasional, kita harus merenungkan sejarah dan kemajuan yang telah dicapai, tetapi juga menyadari bahwa masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan. Upaya bersama dari semua pihak, baik di tingkat lokal maupun nasional, diperlukan untuk mencapai kedaulatan pangan yang berkelanjutan di Indonesia. Dengan menggabungkan pengetahuan tradisional, teknologi modern, dan pendekatan berkelanjutan, Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai tujuan tersebut dan memberikan contoh yang baik bagi dunia dalam mencapai kedaulatan pangan.

Penulis:

Editor: Erniyati Khalida

242