“MENGUBAH POSISI GARUDA”
Oleh Rahmat Novian Saputra
“besok pagi jam 5 vian dijemput, karena jam 7:30 sudah harus kumpul di Stadion Kota. Persiapkan semuanya jangan sampai ada yang ketinggalan, malam ini usahakan tidur lebih awal ya. Selamat malam.” Coach Riskan menutup telpon.
Reaksi suntikan dokter beberapa jam yang lalu masih sangat terasa untukku, rasa pahit obat yang ku telan pun juga masih terasa dilangit-langit mulut, sendi-sendi masih belum begitu kuat untuk menopang ketika aku berdiri dari tempat tidur yang seprainya seperti sudah berubah menjadi bau keringatku. Karena sudah hampir dua minggu aku hanya terbaring disini. Malaria tipes dan darah rendahla penyebab semuanya. Sontak saja, mendengar pesan Coach tadi air mata tak lagi menunggu persetujuanku untuk mengalir deras. Karena menggunakan seragam merah-putih dengan lambang Garuda didada dan bertuliskan namaku diatas nomor 14 dipunggung adalah mimpiku dari kecil. Setiap hari ketika matahari belum meninggi saat fajar, aku sudah berkeringat dalam latihan individu. Tiga kali dalam seminggu ketika matahari sudah menepi hilang, keringatku masih belum kering dalam latihan bersama tim di lapangan. Dan besok adalah jalan untuk mimpiku.
Seleksi tim nasional sepak bola Indonesia dibawah usia 19 tahun besok sudah masuk ke daerahku diProvinsi Bengkulu, tepatnya di Stadion Semarak Kota Bengkulu berjarak dua jam dari tempat tinggalku sekarang di Kabupaten Kepahiang. Dan sekarang aku masih terbaring sakit. “kenapa dek kok nangis, ada apa?” ibuku sudah berdiri dipintu kamar, mencari tahu apa yang sedang terjadi denganku. Sulit sekali rasanya untuk menjawab pertanyaan ibu. Kuperlihatkan log panggilan masuk dari Coach Riskan di handphone. “ada apa dengan Coach Riskan?” ibu semakin penasaran. Menahan tangis aku coba menjelaskan “besok jam 5 dijemput, ada seleksi timnas di Kota”.
Ibu memberikanku pelukan yang aku paham betul dia ingin aku lebih tenang. Mengusap air mataku, dengan lembut ia berpesan “ikutin aja, ibu yakin kok kalau kamu pasti kuat. Apa aja yang mau disiapin buat besok? Biar ibu bantu siapin sekarang”
Aku hanya diam belum tau ingin membalas pertanyaan ibu, dan sekarang kakak juga sudah berada didekat kami. Kehadirannya adalah buah dari menguping pembicaraan aku dengan ibu. Dia datang dengan sebuah tawaran “sepatumu kemarin udah rusak kan. Yaudah ayok sekarang cuci muka terus kita kepasar cari toko sepatu yang masih buka”. Melihat dukungan dari ibu dan kakak membuat air mataku makin menjadi-jadi. Tapi satu hal, ini semua melebihi khasiat dari obat dokter. Tidak hanya semangat yang sekarang mengalir padaku, tapi juga sakit yang sepertinya paham dengan situasi ini. Dia berkemas pergi.
***
Rahmat Novian Saputra, nomor urut 580 dari Kepahiang !
“siap hadir” lantang aku menjawab panggilan absensi dari Panitia seleksi pagi ini. Ada sekitar tujuh ratus lebih orang yang datang hari ini untuk mengikuti seleksi.
Dan dengan semangat juga motivasi tinggi, aku adalah salah satu diantara ratusan pemimpi itu.
Seleksi tahap pertama adalah fisik. Dan aku menyadari jika belum terlalu fokus dan sering membuat kesalahan. Namun aku bayar pada tahap kedua yaitu teknik dasar. Hasilnya aku masuk dalam daftar lima puluh orang tersisa untuk lanjut pada tahap ketiga yaitu bermain tim strategi, dan yang lain sudah tersisih. Bukan hanya itu saja, semangat yang membuatku lupa jika tadi malam aku masih terbaring. Namun sekarang namaku dipanggil untuk masuk ke dua puluh dua orang tersisa untuk dibagi menjadi dua tim dan melakukan uji coba pertandingan selama 1 kali 45 menit. Dari hasil seleksi seharian penuh ini, hanya akan ada empat nama yang akan dipilih untuk berangkat ke Bandung, Jawa Barat melakukan Training Camp bersama anak-anak terpilih dari semua Provinsi yang ada di Indonesia. Dan untuk Provinsi Bengkulu, sore ini nama yang diberikan pada 14 November tujuh belas tahun lalu Rahmat Novian Saputra adalah peserta pertama yang dinyatakan lolos seleksi, lalu menyusul tiga nama lainnya.
Setelah melengkapi data diri di ruang staff, kami berempat dipesankan untuk tetap menjaga kesehatan dan menunggu kabar dari pengurus asosiasi pusat mengenai kepastian waktu kapan kami akan berangkat.
Tiba di rumah, aku tidak bisa menyembunyikan kegembiraanku. Ibu dan saudara-saudaraku juga sudah bisa menebak hasil dari seleksiku hari ini lewat senyumanku. Suka cita sangat terasa malam ini di rumah. Keberhasilanku melewati semuanya, menjadi kebahagiaan tersendiri bagi kami sekeluarga.
Sudah lebih dari satu bulan menunggu, tapi belum juga ada kabar dari pihak panitia terkait keberangkatan peserta dari Bengkulu. Aku dan tiga peserta lainnya yang lolos juga sudah berulang kali menghubungi panita untuk menanyakan perihal keberangkatan kami. Namun jawaban semuanya sama, belum ada kejelasan. Dan setelah hampir masuk dua bulan setelah seleksi, kami mendapat kabar bahwa peserta dari Bengkulu semuanya gagal diberangkatkan dengan alasan yang tidak jelas. Sedikitpun tidak ada pihak panitia yang menjelaskan mengenai alasan itu. Hanya menegaskan bahwa Provinsi Bengkulu tidak mengirimkan pesertanya.
Hancur sekali memang rasanya. Tapi seperti kata pepatah biasa karena terbiasa, mendengar kabar kali ini aku sudah sangat tegar dan kuat. Tidak ada air mata yang mengiringi kekecewaan seperti sebelum-sebelumnya. Hanya keluargaku saja yang tampak jelas kecewa dengan pihak asosiasi. Dan dengan dewasa, sekarang aku mulai berpikir bahwa sepertinya Allah SWT punya rencana yang lebih baik dari ini.
***
Seperti biasanya setiap selesai upacara hari senin di sekolah, siswa yang baru saja berhasil menjadi juara pada berbagai macam perlombaan akan diumumkan dan dipanggil kedepan untuk mendapatkan reward dari Kepala Sekolah. Pagi ini diumumkan bahwa tim Lomba Cerdas Cermat 4 Pilar NKRI sekolahku mendapat juara 2 tingkat kabupaten.
“itu loh mat ekskul yang aku bilang kemaren, gimana mau gak kamu kalo kita ikutan?” cetus Agus sahabatku. Memang di sekolahku, Cerdas cermat dijadikan sebuah ekstrakulikuler agar siswa yang mewakili sekolah adalah peserta pilihan yang telah mempersiapkan diri secara matang. Dan setelah gagal untuk membela tanah air dengan Garuda didada, sepertinya aku tertarik untuk beralih membela negara dengan posisi Garuda yang berbeda “oke gus, ayok kita daftar”.
Seminggu tiga kali kami latihan bersama belasan orang lainnya. Iya, ekskul yang satu ini berbeda dengan ekskul kebanyakan dengan anggota yang jumlahnya adalah puluhan bahkan ada yang menyentuh angka seratus seperti Paskibra. Kalau kata pembina, hanya orang-orang kuat yang siap bertahan di ekskul Cerdas Cermat 4 Pilar NKRI ini. Karena yang dilakukan adalah menghafal dan memahami pembukaan dan pasal-pasal UUD NRI 1945 beserta penjelasannya, Tap MPR dan MPRS, nilai-nilai dan sejarah Pancasila, serta pengetahuan umum tentang NKRI.
Sempat berpikir tidak mungkin, tapi setelah dijalani aku sangat nyaman dengan kegiatanku kali ini. Tidak ada lagi latihan individu setiap pagi, bahkan latihan tim di lapangan pun tidak pernah lagi aku ikuti. Sekarang disekolah aku lebih suka bermain dan mencari lebih banyak teman, bercerita dan tertawa bersama para sahabat,dan ketika di rumah ibu dan saudara-saudaraku sendiri masih bingung melihat aku sering mengurung diri di kamar dan sesekali berbicara sendiri sampai larut malam. Aku mulai senang untuk menghafal dan mempelajari materi ekskul baruku ini.
Tak terasa sudah satu semester aku menekuni ekskul Cerdas Cermat 4 Pilar NKRI. Berkatnya, perubahan begitu drastis untuk diriku secara pribadi. Di kelas aku menjadi lebih kritis dalam diskusi kelompok maupun materi yang disampaikan oleh guru, tak jarang aku juga suka dimintai oleh guru untuk membantu menjelaskan jika ada teman kelas yang kurang paham, setiap upacara senin aku juga selalu diminta oleh kepala sekolah membacakan pembukaan UUD NRI 1945 tanpa teks di depan panggung upacara, keluarga di rumah pun ikut senang dengan perubahanku. Tidak masalah soal kegagalan di sepak bola kemarin, apa lagi sekarang rankingku ikut membaik. Dari ranking 24 se-sekolah menjadi juara umum kedua.
Puncaknya adalah setelah aku terpilih menjadi bagian dari sepuluh orang tim Cerdas cermat 4 Pilar NKRI sekolahku sekaligus menjadi ketuanya sebagai pembicara utama nantinnya dalam perlombaan tingkat kabupaten yang akan diadakan tiga bulan kedepan. Ditambah lagi, seminggu setelah itu karena aku yang sudah berubah menjadi siswa yang kritis, pada pelaksanaan pemilihan Ketua Osis sekolah aku menang telak dengan perolehan suara lebih dari 70% suara mengungguli dua pasangan lainnya yang dicalonkan. Dengan kondisi ini tekatku makin bulat untuk mengubah alur dalam membela negara.
Tidak perduli panas dan hujan, mendekati waktu perlombaan aku dan teman-teman tim Cerdas cermat 4 Pilar NKRI melakukan latihan ekstra. Setiap hari setelah pulang sekolah kami selalu melakukan latihan bersama. Setoran hafalan, latihan menyampaikan pendapat, dan coba menjawab soal rebutan. Tak jarang kami juga sampai shalat maghrib berjamaah di mushola sekolah. Bahkan jika ada beberapa dari kami yang mendapat jam kosong karena ada guru yang dinas keluar kota, kami memilih berkumpul di ruang osis untuk berlatih. Hari minggu pun kami tidak libur, datang kesekolah kami latihan di taman sekolah. Tapi khusus hari minggu, setelah makan siang selalu kami isi dengan bermain game agar ada senggang waktu untuk bercanda ria bersama dan membangun kekompakan pada tim ini.
Diruangan aula hotel ini sudah ada 12 tim dari seluruh sekolah menengah yang ada di kabupaten Kepahiang, termasuk tim dari sekolahku SMAN 4 Kepahiang. Dalam perlombaan hari ini, dibagi menjadi tiga babak. Yaitu penyisihan,semifinal,dan final. Ada empat babak penyisihan yang terdiri dari tiga tim sekolah dan akan diambil satu tim dengan perolehan nilai tertinggi untuk maju ke babak semifinal. Pada babak semifinal, akan ada empat tim yang bertanding untuk memperebutkan dua nilai tertinggi agar bisa masuk ke babak final.
Kami sangat bersyukur, memperoleh nilai tertinggi dari mulai babak penyisihan sampai dengan babak semifinal. Difinal kami akan berhadapan dengan SMAN 1 yang merupakan juara bertahan dan rival sekolah kami dari sejak dulu. Istirahat shalat dan makan, memberikan kami waktu untuk lebih menguasai materi dan saling memotivasi sesama. Terlebih meminta ridho dari YME.
Dipapan skor tercatat nilai yang sama untuk tim kami dan tim lawan. Tersisa dua soal terakhir untuk kami perebutkan. Siapa yang lebih cepat menekan bel maka ialah yang diperbolehkan menjawab pertanyaan. Jika benar maka akan ditambah nilai 50, jika tidak maka nilai akan dikurangi 25. Para penonton yang sedari tadi berteriak pun disisa soal terakhir ini sudah mulai sunyi dan ikut tegang, hanya mengepalkan tangan didepan wajah saja, dengan doa-doa yang meminta Tuhan memberikan kesempatan untuk timnya masing-masing. Soal dibacakan, SMAN 1 dengan cepat mendahului kami dalam menekan bel. Secara pribadi aku merasa bersalah karena terlalu lama menekan bel padahal aku juga tahu betul jawaban dari soal yang dibacakan Dewan juri.
“pasal 22” jawab pembicara SMAN 1, dalam hati sebelum juri menyatakan benar atau salah aku sudah memberi isyarat kepada teman-temanku bahwa jawaban mereka salah. Benar saja, tak lama Dewan juri menegaskan “jawaban salah nilai min 25, soal dilemparkan ke regu SMAN 4”.
Tanpa ragu “pasal 24” tegasku. Dewan juri membenarkan jawabanku atas pertanyaan pasal yang mengatur tentang kekuasaan kehakiman. Terlihat beberapa guru dan teman-teman sekolahku teriak gembira mendengar bahwa tim kami bertambah nilai dan artinya kemenangan sudah didepan mata. Hanya sedikit kemungkinan yang akan membuat nilai kami kembali sama. Soal terakhir sekarang, “sebutkan Tap MPR RI No.XI tahun 1998” teeeeetttt… bel yang aku tekan berbunyi lebih kencang, karena dari tim lawan tidak menekan bel sama sekali. Dengan penuh keyakinan aku menjawab “tentang penyelenggara negara yang bersih dan bebas kkn” aku melihat diujung sana pembina kami sudah tersenyum lebar, tampak seperti ada kepuasaan dari rautnya setelah selama ini membina kami. Dan “iyak, tepat sekali nilai 50” penjelasan dewan juri, membuat suasana ruangan semakin riuh gembira terkhusus dari pendukung sekolah kami.
Tangisan bahagia tampak jelas sekarang diraut pembina kami, bahkan beberapa guru yang hadir pun ikut menangis. Karena mereka tahu bagaimana perjuangan kami untuk hasil dihari ini. Begitupun kami, sujud syukur langsung kami lakukan. Tak meyangka, Allah SWT memberikan kami rezeki yang begitu nikmat hari ini. Tahun ini, sekolah kamilah yang akan melaju ke tingkat Provinsi dan berjuang lagi untuk bisa berhasil menjadi wakil dari Provinsi Bengkulu ke Jakarta.
***
Panggilan untuk Rahmat Novian Saputra, harap ke ruang kepala sekolah sekarang !
“aku? Ada masalah apa aku dipanggil ke ruang kepsek” benakku. Ditambah lagi teman-teman dikantin yang menambah-nambahkan opini. Ah sudalah, aku juga merasa tidak ada salah kok, kenapa harus takut pikirku.
“assalamualaikum” salamku,
“walaikumsallam, masuk mat duduk sini” jawab kepala sekolah. Aku semakin bingung ada masalah apa ini. Karena diruangan ini ternyata juga sudah ada dua orang pembina ekskul Cerdas cermat sekolah kami. Entah kenapa perasaanku tidak enak. Karena aku melihat sepertinya kedua pembinaku terlihat baru saja menangis, bahkan kepala sekolahku juga malah ada genangan air di pelupuk matanya. Benar saja, dengan lembut kepala sekolah menjelaskan kepadaku. Berharap aku bisa menerima kabar ini dengan baik dan dapat menjelaskan dengan baik kepada teman-teman satu timku bahwa dari pihak Dinas Pendidikan Provinsi tidak ada anggaran untuk melaksanakan seleksi provinsi untuk memilih tim dari sekolah mana yang akan mewakili Provinsi Bengkulu di Nasional nanti. Oleh karena itu Dinas memutuskan untuk menunjuk tim dari sekolah yang tahun lalu menjadi juara kedua pada seleksi tahun itu.
Dengan tangisan yang sekarang menjadi deras, kedua pembinaku memelukku. Kepala sekolah pun sekarang sudah mengambil tisu karena air di pelupuk matanya sudah melebihi dari yang tergenang tadi. Sedangkan aku, diam saja. Batinku memang ikut menangis seperti mereka bertiga. Tapi sepertinya untuk ikut meneteskan air mata, benar-benar sudah tak mau lagi keluar untuk hal seperti ini. Layaknya karang yang tetap kuat dan kokoh diterjang ombak. Sekali lagi, hari ini aku menabung kegagalan untuk keberhasilan yang tampaknya sudah Allah SWT siapkan begitu besar.
***
“gimana besok mau pakai joki atau gak mat?” tanya pengajar di tempat aku bimbel untuk mengikuti SBMPTN 2016. Setelah tidak mendapatkan SNMPTN, aku tetap ingin mencoba kesempatan lain agar bisa masuk ke Prodi Kriminologi Universitas Indonesia. Pengalaman mengikuti ekskul Cerdas cermat 4 Pilar NKRI aku memutuskan untuk memperdalam ilmu di jurusan ini setelah lulus sekolah menengah beberapa bulan lalu.
Pagi ini semuanya sudah kupersiapkan, usaha dan doa akan ku perjuangkan hari ini. Perlahan tapi pasti aku jawab soal-soal dengan mendahulukan soal yang mudah baru setelah itu soal dengan tingkat yang lebih sulit. Untuk hasil, semuanya akan kuserahkan kepada YME.
Keluar dari gerbang tempat pelaksanaan tes, ternyata ada yang dari tadi keliling mencari keberadaanku. Melihat handphone, benar saja sudah ada beberapa pesan dan panggilan tak terjawab karena memang saat tes, handphone aku setting mode silent dan sama sekali tidak melihat atau membukanya. Padahal ternyata ada kunci jawaban soal yang sudah dipersiapkan untukku agar bisa menjawab soal dengan benar. Jujur saja aku sedikit kesal, karena kenapa dadakan sekali dan akhirnya baru bertemu setelah pulang. Karena memang ternyata selama tes tadi ada beberapa peserta memang yang aku lihat menggunakan kunci jawaban.
Akhirnya aku diminta ikut ke tempat bimbel untuk diperiksa soal yang aku kerjakan tadi yang memang aku bawa pulang dengan kunci jawaban yang sebenarnya sudah disiapkan untukku tadi. Passing great dari Prodi Kriminologi Universitas Indonesia adalah 34% dan setelah diperiksa jawabanku pada soal yang sudah aku tandai ini dengan kunci jawaban dari tempat aku bimbel, jawaban benarku sebenarnya cukup banyak. Tapi setelah dihitung passing greatnya adalah 32%. Melihat hasil ini, aku sudah tersugesti dan jadi pesimis. Meskipun pengumuman resmi baru akan diumumkan satu bulan lagi.
Rasa pesimisku menjadi benar, setelah berhasil login portal peserta SBMPTN tertera kalimat “maaf anda tidak diterima di PTN yang dituju, tetap semangat !”. lagi lagi dan sekali lagi, aku memperbanyak tabungan kegagalan hari ini. Tapi tak apa, masih ada SIMAK UI pikirku. Meskipun memutuskan untuk keluar dari bimbel dan belajar individu, aku tetap yakin untuk mengikuti pertarungan selanjutnya. Demi bisa masuk di Kriminologi UI. Hampir setiap hari aku menghabiskan waktu untuk menyendiri belajar mempersiapkan senjata dalam pertempuran dimedan SIMAK UI.
Pelaksanaan tes berjalan dengan lancar. Tidak seperti hasil tes SBMPTN yang harus menunggu lama, kali ini di SIMAK UI pengumumannya lebih cepat. Dan hasilnya, celenganku sudah membengkak untuk menampung kegagalan. Aku tidak lolos.
***
Kami Mahasiswa Indonesia Bersumpah :
Bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan
Kami Mahasiswa Indonesia Bersumpah :
Berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan
Kami Mahasiswa Indonesia Bersumpah :
Berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan
Sempat berpikir untuk istirahat sejenak menunggu tes tahun depan lagi di Kriminolog UI, akhirnya hari ini aku resmi menjadi mahasiswa. Tak masalah Universitas mana, akreditasi apa, peringkat berapa,dan berapa biayanya. Semua sama saja jika niat kita menambah ilmu maka akan baik jadinya, toh nanti akan sama-sama punya gelar. Benakku.
Aku memutuskan untuk mendaftar di salah satu Universitas swasta di Bengkulu menjelang satu hari lagi penutupan pendaftaran. Universitas negeri sudah tutup semuanya, swasta pun hanya Universitas ini saja yang masih buka. Aku mengambil Program studi Hukum di Universitas swasta terbaik di Bengkulu atau nomor dua setelah Universitas negeri di Bengkulu ini. Dengan niat belajar yang baik semua proses disini aku jalani dengan baik. Mulai dari ospek, aku terpilih menjadi peserta terbaik, Kemudian di kelas aku terpilih menjadi komti, dan setelah masuk satu bulan perkuliahan entah legal atau tidak entah benar atau tidak dekan dan ketua prodi serta himpunan mahasiswa fakultas hukum memintaku untuk menjadi Gubernur BEM Fakultas padahal aku merupakan mahasiswa baru. Tentu untuk dilantik menjadi gubernur, persyaratannya di Universitas ini aku harus mengikuti pengkaderan ikatan mahasiswa yayasan dan dengan rezeki yang berturut-turut aku menjadi peserta pengkaderan terbaik. Sehingga semenjak itu aku berubah menjadi seorang aktivis mahasiswa. Jabatan dan penghargaan menjadi tuntutan hal itu. Pun dengan perlombaan tingkat Universitas se-Bengkulu, seringkali aku menjadi perwakilan dari Universitasku baik individu maupun kelompok. Jika Allah SWT meridhoi tak jarang kami pulang dengan gelar juara, begitupun sebaliknya.
Puncaknya adalah ketika ajang penganugerahaan mahasiswa yayasan terbaik. Aku masuk dalam nominasi bersama lima mahasiswa lainnya. Sangat tidak disangka, ketika diumumkan ternyata namaku adalah orangnya. Bahkan karena tidak percaya atas penganugerahaan ini ketika menyampaikan kata sambutan atas penganuhgerahaan ini aku hanya mengucapkan syukur kepada Allah SWT dan langsung menutupnya dengan salam.
Namun dengan kondisi aku yang seperti sekarang ini malah membuat keadaan tidak baik. Mulai dari organisasi mahasiswa di kampus yang sering mendesakku untuk sering melakukan aksi di jalanan,dosen yang tidak suka dengan aktivis sehingga memberikan nilai buruk,mahasiswa lain yang iri sehingga seringkali menebar fitnah,pihak fakultas yang memintaku melakukan hearing ke DPR untuk kepentingan fakultas, bahkan sempat ada Dewan Pimpinan Daerah salah satu Partai yang menawarkanku untuk menjadi kadernya dengan gratis dan iming-iming dicalonkan menjadi calon anggota legislatif jika sudah sarjana nanti dengan dibiayai Partai.
Kondisi ini membuatku semakin tidak nyaman lagi di kampus. Jujur aku memang senang dan cukup bangga dengan apa yang sudah aku dapatkan sekarang, namun aku juga tidak ingin diintervensi,aku tidak ingin berkoalisi yang sebenarnya adalah untuk menguntungkan pihak tertentu saja, aku ingin bebas berkreasi dengan ide-ide dan prinsipku sendiri selama itu tidak melenceng dan bernilai baik. Aku harus keluar dari kondisi ini, benakku.
***
“ya Allah mat, kok sampe segitunya ya. Yaudah mending kamu pindah kesini aja, apa lagi kamu suka travelling kan? Nah Jogja itu indah banget tau.” Saran Devada. Ia adalah sahabatku di SMA kemarin, dia asli Jogja dan waktu itu orang tuanya pindah tugas ke Kepahiang dan sekarang sudah pulang lagi ke Jogja. Sekarang ia merupakan mahasiswa ilmu komunikasi di salah satu Universitas di sana. Sesekali kami masih sering video call. Aku sempat berpikir serius dengan saran Devada. Kenapa tidak aku pindah saja ke Jogja, melanjutkan semester tigaku disana. Lagian aku juga ingin melihat dunia lebih luas, tidak disini saja, aku tidak ingin menjadi katak dalam tempurung, iya aku ingin pindah saja. Terlebih dahulu aku coba membicarakan rencanaku ini dengan keluarga. “yaudah kalo memang kamu yakin dan bisa pindah universitasnya gak rumit, pindah aja dek. Siapa tau kamu sukses disana” pesan Ibuku. Saudara-saudaraku juga menanggapi rencanaku dengan baik dan sangat mendukung.
Akan tetapi aku mendapat kesulitan dari pihak Universitas, beberapa pihak seperti Wakil Rektor, kepala bagian kemahasiswaan, dekan fakultas,dan teman-teman anggota di organisasi mahasiswa tidak ingin aku pindah. Mereka ingin aku masih tetap berkarya disini. Terlebih wakil rektor, bulan depan ada perlombaan debat nasional dan dia ingin aku mewakili Universitas diajang itu. Namun dengan keputusan yang sudah bulat aku tetap ingin pindah, meskipun merasa tidak enak dengan beberapa pihak di kampus. Aku tetap menyodorkan berkas untuk kepindahanku ke salah satu Universitas di Jogja. Alhasil berkasku dipersulit. Dengan alasan blangko habis, staff pergi keluar, opor sana opor sini. Sampai akhirnya ketika waktu pengiriman berkas pindah di Universitas tujuanku tinggal menyisahkan waktu satu hari lagi, dari enam syarat yang harus aku penuhi disana. Aku baru menyelesaikan dua berkas saja.
Waktu penerimaan berkas mahasiswa pindahan sudah habis. Dan aku tetap dengan dua berkas ini saja. Kesempatanku untuk melanjutkan semesterku disana hilang. Namun melihat kondisi yang sudah semakin kacau ini, aku tetap nekad untuk pindah dari sini bagaimanapun caranya. Jika ingin melanjutkan semester rasanya sudah tidak mungkin. Kucoba menjadi pembukaan pendaftaraan mahasiswa baru di Universitas yang ada di Jogja lewat internet. Akan tetapi hasilnya nihil, ada juga yang masih buka tetapi tidak ada jurusan hukum. Akhirnya dengan tujuan untuk mencari jati diri yang lebih baik daripada yang sebelumnya dan mencoba memulai semuanya dari awal lagi, aku memutuskan untuk jeda dari perkuliahan. Terpaksa aku juga harus membohongi keluargaku. Aku tetap pergi ke Jogja, tapi bukan untuk melanjutkan kuliah tapi memulai semua yang baru nantinya disana, apapun itu.
***
“kamu tu gila bener toh mat, srius. Terus kamu mau ngapain disini kalo gak kuliah?” Devada terkejut mendengar pengakuanku setelah kami sudah mencari kostan untuk tempat tinggalku di Jogja. “ya apa aja dev, pokoknya selama disini tu aku pengen lebih survive lagi ama potensiku, cari pengalaman lagi, ya pokonya gitu deh liat aja nanti”.
Selama disini waktu kosong aku gunakan untuk mengunjugi tempat-tempat wisata yang ada di tanah Jogja, membenarkan pernyataan Devada bahwa Jogja itu indah aku setuju sekarang. Melihat awan menari layaknya lautan ombak dari Gunung Merbabu, indahnya taburan bintang dari bukit bintang, megahnya borobudur dan prambanan yang masih berdiri kokoh, lirihnya suara ombak di pantai drini, dan lembutnya sentuhan angin dari puncak becici, indah sekali lukisan Allah SWT ditanah ini. Orang-orang disini juga ramah sekali, tidak perduli siapa pendatang dan siapa penunggu asli. Damai sekali rasanya. Aku juga tidak ingin tumpul dengan pengetahuan dan kompetensiku. Sesekali ditemani oleh angin dan bintang, duduk diatas hammock yang kuikat ditiang rooftop kostan diterangi cahaya rembulan, aku suka membaca buku-buku yang berkaitan dengan hukum dan menulis beberapa artikel.
Melihat kondisi ini, aku berpikir tentang peluang bisnis. Kenapa tidak aku coba menyusun paket wisata yang ada disini untuk kemudian aku tawarkan kepada adik-adik kelasku di SMA dulu bahkan ke sekolah lain yang ada di sana. Aku hanya perlu gambar tempat wisata yang akan dikunjungi,mencari hotel dengan harga yang cocok dan nyaman,tiket pesawat,dan sewa mobil. Setelah itu tinggal aku sesuaikan berapa biaya pengeluaran dan berapa untung yang bisa aku dapatkan dari setiap paket wisatanya. Masalah perizinan dan yang lainnya, tidak usalah pikirku. Toh, ini nantinya lebih seperti open trip biasa saja dan aku langsung yang akan menjadi guidenya.
Hampir satu bulan aku keliling ke tempat-tempat wisata disini. Mengambil gambar yang semenarik mungkin,mendata berapa biaya yang harus dikeluarkan,jam buka dan tutup,waktu tempuh menuju tempat wisata,rumah makan,hotel,dan yang lainnya. Setelah itu aku mulai menyusun paket wisata yang akan ditawarkan. Sebisa mungkin aku susun dengan harga yang sangat murah namun tetap menguntungkan. Karena targetku adalah anak-anak SMA. Aku juga menawarkan program angsuran dari paket yang ditawarkan. Jadi mereka bisa booking paket dari minimal satu bulan sebelum keberangkatan dan mencicil biaya paket dengan transfer ke rekeningku satu kali dalam seminggu sampai dengan waktu keberangkatan yang telah disepakati. Lewat online aku memasarkan bisnisku kepada adik-adik kelasku di SMA, mereka juga membantuku memasarkan kepada siswa di sekolah lain disana. Hasilnya sangat baik, tak butuh waktu lama setelah pemasaran paketku sudah banyak yang booking. Hampir setiap bulan aku menerima pelanggan, terhitung sampai dengan sekarang sudah lima bulan aku menjalankan bisnis ini dan sudah tujuh paket aku mendapatkan pelanggan yang disetiap paketnya ada sekitar 10-15 orang pelanggan. Dengan ini, tabunganku juga mulai banyak.
Tidak baik juga jika aku tidak membagikan rezeki ini dengan orang lain yang membutuhkan disekitarku. Tapi aku punya cara lain untuk menyalurkannya. Bersama dengan Devada dan teman kampusnya ,dimas dan ulan, dua kali dalam seminggu kami bergerak. Mulai dari mengajar anak-anak yang kadang masih terdapat dibeberapa pinggir jalan, meskipun hanya ada satu atau dua orang anak saja kami tetap mengajarkan kepada mereka tentang ilmu dari pendidikan dasar. Setelah itu kami berikan kepada anak-anak itu sedikit sembako dan uang jajan. Hal yang lainnya adalah kami mencari orang-orang disekitar tempat tinggal baik kostanku maupun rumah devada dan teman-temannya yang kurang mampu lalu kami berikan semampu kami apa yang sedang mereka butuhkan. Dari semua yang kami berikan pun tidak semuanya dariku, ternyata devada dan teman-temannya juga tertarik untuk membagikan sebagian dari rezeki mereka untuk orang lain yang mebutuhkan. Meskipun tidak besar tapi bermanfaat, itu prinsip kami.
Ternyata apa yang dijanjikan Allah SWT jika kita berbuat baik itu memang nyata. Saat kami sedang mengajar di jalanan, ada bapak-bapak bertubuh besar dan berpakaian rapi berjalan mendekati kami. “permisi dek. sudah dua kali saya melihat kalian mengajar seperti ini, siapa ketuanya?” cetus bapak ini. “udah sering sih pak, ini ketuanya rahmat pak” saut Dimas menunjuk kearahku. Lalu bapak ini mengajakku duduk berbicara di angkringan dekat lokasi kami mengajar. “saya markus, ketua dari LSM nasional yang ada di Jakarta. Saya Cuma mau nanya, apa alasan kamu melakukan kegiatanmu dengan teman-temanmu itu dan kenapa harus dengan seperti itu?” pak Markus membukan perbincangan. “jelas pak, dalam agama saya diajarkan untuk saling membantu satu sama lain. Akan menjadi pahala besar dari situ. Dan saya bangga menjadi orang Indonesia. Lewat konstitusi saya sebagai generasi ditugaskan oleh para pahlawan untuk mewujudkan cita-cita bangsa” jawabku.
Ada banyak lagi yang kami perbincangkan, sampai pada akhirnya pak Markus mengakatakan bahwa di Lembaga Swada Masyarakatnya yang sudah terkenal di Indonesia ini sedang mencari anak bangsa yang akan di berikan beasiswa kuliah ke Universitas di luar negeri. Sontak saja aku terkejut mendengarnya. Apa lagi ketika ia mengatakan jika aku,devada,dimas,dan ulan lah orang yang dirasa tepat menerima beasiswa itu.
***
Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji: bahwa saya, akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; bahwa saya dalam menjalankan kewajiban akan bekerja dengan sungguh-sungguh, demi tegaknya kehidupan demokrasi, serta mengutamakan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi, seseorang, dan golongan; bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Aku tidak ingin berlama-lama di Negeri orang. Tiga setengah tahun di Universität Berlin, LMU München dengan gelar sarjana hukum aku rasa sudah cukup untuk sementara ini pulang dulu ke Indonesia dan mengabdi untuk negara. Dan hari ini setelah melewati Pemilihan calon anggota legislatif, aku terpilih untuk menjadi anggota DPR-RI lima tahun kedepan. Mimpiku untuk membela negara dengan lambang Garuda terwujud, tidak didada melainkan di sisi atas peci hitam yang sekarang aku kenakan. Keberhasilanku hari ini adalah buah dari tabungan kegagalan yang sudah aku pecahkan. Dan perjalananku kedepan adalah motivasi dari para pahlawan yang telah rela memberikan seluruh jiwa dan raganya untuk Indonesia sekarang ini. Dengan cinta kepada tanah air yang sudah hidup dan berkembang dalam diri ini sudah saatnya kita yang bersumpah memelihara kemerdekaan hasil dari perjuangan pendahulu bangsa. Aku hanya ingin membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia memang layak untuk merdeka,perjuangan pahlawan tidak akan sia-sia,dan masih ada harapan untuk Indonesia menjadi lebih baik lagi. Sehingga aku bangga mengakatakan “saya adalah Indonesia, saya adalah bagian dari Indonesia”.
MAAF PAHLAWAN JANGAN SAMAKAN KAMI DENGAN KALIAN
Oleh Rahmat Novian Saputra
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan atas berkat perjuangan para Pahlawan muncul tanah di Dunia teratas nama Indonesia. Indonesia adalah bangsa besar yang terdiri dari 17.508 Pulau,740 suku dengan 583 bahasa,5 agama,keanekaragaman budaya,dan terletak sangat strategis diantara Benua Asia dan Australia, diapit oleh samudera Hindia dan Pasifik, dengan luas 6⁰ LU-11⁰LS dan 95⁰BT-141⁰BT.
Kemajemukan itu merupakan kekayaan dan sekaligus menjadi tantangan bagi Indonesia. Terutama ketika bangsa Indonesia membutuhkan kebersamaan dan persatuan dalam menghadapi dinamika kehidupan bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Dahulu 28 Oktober 1928, para pemuda yang berasal dari berbagai daerah menyadari betul akan kekuatan yang dapat dibangun dari persatuan bangsa. Melalui Sumpah Pemuda mereka sepakat untuk bersatu dan menegaskan satu tanah air,satu bangsa,dan satu bahasa persatuan. Namun sekarang, kami para generasi dari berbagai daerah menyadari betul bahwa diri kami sangat hebat,kami berhasil adalah karena perjuangan kami sendiri bukan dari orang lain,kami makan tidak meminta kepada orang lain jadi untuk apa memperdulikan sekitar. Peduli apa kami jika ada tanah negara yang dikuasai bahkan diambil oleh negara asing,biarkan saja jika masih banyak anak-anak yang tidak sekolah dan orang miskin yang tidak bisa berobat, yang penting hidup kami senang,apa itu bahasa Indonesia? Zaman sekarang lebih gaul kalau pakai bahasa Asing.
Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, para pendiri negara menyadari betul bahwa keberadaan masyarakat yang maejemuk merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang harus diakui dan dihormati. Dahulu 1 Juni 1945, para Tokoh Indonesia melahirkan Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika untuk menampung kemajemukan itu menjadi satu kekayaan. Namun sekarang, kami para generasi menyadari betul bahwa Agama kami adalah ajaran yang paling benar bukan agama orang lain yang menurut kami adalah ajaran sesat, terserah jika orang miskin harus diadili seadil-adilnya yang penting kami orang kaya adalah penguasa yang tidak boleh dibatasi apalagi harus diadili,budaya apa itu? Bagusan juga budaya daerah kami,alah untuk apa mendengar pendapat orang lain lebih baik kita putuskan langsung saja yang penting tujuan kelompok kita terwujud, negara ini sangat kaya jadi sebagai penguasa kita perbanyak saja harta keluarga kita biar cukup untuk tujuh keturunan.
Maaf kepada para Pahlawan negara yang sudah berjuang untuk menjadikan Indonesia seperti sekarang ini. Mungkin kalian mau menumpahkan darah bahkan mati demi negara ini, tapi kami tidak. Darah orang lain saja kami bayar dengan rupiah yang sangat banyak ketika kami jatuh sakit dan perlu darah tambahan. Kami tidak ada waktu untuk memperjuangkan negara apalagi memajukan negara. Bisnis dan pekerjaan kami sangat banyak untuk dikerjakan, karena harta kami harus ditambahkan. Malah yang ingin kami tanyakan adalah apa yang akan negara ini berikan kepada kami?
Tapi tidak bagi kita generasi emas bangsa. Masih ada harapan untuk memperbaiki semua itu. Kita hanya perlu memulai semuanya dengan bertanya apa yang bisa kita berikan kepada Indonesia? Setelah itu kita hanya perlu mengasah potensi dibidang apa kita punya keahlian. Tidak harus semuanya menumpahkan darah dan mengangkat senjata kecuali Tentara dan Polisi, cukup serius mencari ilmu tanpa perlu mementingkan diri sendiri,rakus,dan menindas. Hidup sederhana dan merasa cukup sudah lebih baik daripada kedepan bisa terjadi konflik dimana-mana bahkan kita harus kembali terjajah karena sudah tidak ada lagi persatuan.
Indonesia tidak ingin saya,kalian,anda,dan kita membawanya maju jika itu terlalu sulit. Tapi Indonesia sangat ingin kita saya,kalian,anda,dan kita merawat,menghargai,menjaga,dan mempertahankan semua yang sudah dianuhgerakan Tuhan Yang Maha Esa dan diperjuangkan para Pahlawan agar Merah Putih masih bisa berkibar dengan Indonesia Rayanya.
Halimah Yacob adalah seorang politisi wanita yang aktif berbicara perburuhan, dia juga tergabung di Partai Aksi Rakyat. Mantan ketua Parlemen Singapura ini terpilih menjadi presiden pada tanggal 13 Septeber sebagai kandidat tunggal setelah dua rivalnya, Mohammed Salleh dan Farid Khan, tidak memenuhi syarat.
Politisi Melayu muslim yang lahir pada 23 Agustus 1954 memiliki pengalaman selama 40 tahun pada layanan publik dan aktif dalam Serikat Buruh Nasional. Halimah sempat menjadi Menteri Negara Pengembangan Komunitas sebelum menjabat ketua parlemen pada tahun 2013.
Halimah mengundurkan diri dari jabatan ketua Parlemen dan Anggota Partai pada tanggal 7 Agustus 2017 untuk maju menjadi capres. Terpilihnya Halimah Yacob, menjadi catatan sejarah baru Singapura atas terpilihnya presiden wanita pertama dalam 47 tahun setelah memisahkan diri dari Malaysia, tepatnya pada tahun 1965.
Dilema Halimah Yacob Sang Presiden
Perempuan berusia 62 tahun ini kini menjadi sorotan dunia. Bagaimana tidak, dia berasal dari etnis Melayu yang selama ini langka jadi presiden di negeri Merlion. Singapura yang terdiri dari 74% Cina, 13% Melayu, 9% India dan 3,2% lain-lain. Etnis Melayu terakhir yang menduduki jabatan presiden adalah Yusof Ishak. Yusof menjadi presiden pada periode pertama kemerdekaan Singapura (1965-1970), namun kekuatan eksekutif kala itu tetap berada di tangan Lee Kuang Yew sebagai perdana menteri pertama.
Keterpilihan Halimah sebagai pemimpin negara Singapura juga menimbulkan perdebatan, bukan karena alasan etnis melainkan karena dianggap tidak demokratis. Sebagian warga Singapura merasa hak suara yang mereka miliki dirampas dengan ditetapkannya calon tunggal.
“Saya sangat marah. Marah karena suara saya dirampok. Suara saya dibatalkan,” tulis Kyle Malinda melalui Twitter.
#NotMyPresident baru-baru ini memang sedang dipopulerkan sebagian warga Singapura sebagai bentuk kekecewaan terhadap penetapan halimah sebagai presiden yang dianggap tidak demokratis.
Secara konstitusional Halimah sebagai kandidat memiliki posisi yang sangat kuat. Amandemen konstitusi Singapura memberikan ruang khusus bagi salah satu etnis yang dalam lima masa jabatan terakhir tidak menjadi presiden. Dan tahun ini, Pilpres Singapura memberikan kesempatan khusus kepada etnis Melayu. Komisi Pemilihan Presiden (PEC) merilis Sertifikat Kelayakan Halimah Yacob. Dengan tidak adanya pesaing lain, maka pemungutan suara di Singapura yang direncanakan digelar pada 23 September ditiadakan, karena dua pesaing Melayu lainnya, yakni Salleh Marican dan Farid Khan tidak memenuhi kriteria persyaratan yang ditetapkan komite pemilihan presiden Singapura.
Jasaku tidak dikenang, karena tamu yang tak diundang.
Nama ku Tomo seorang pelajar SMA yang bermimpi untuk bisa mengabdi pada negeri ini. Aku mempunyai seorang teman yang sejak SD selalu satu sekolah dengan ku namanya Mallaby. Kami berdua berasal dari sebuah desa terpencil bagian dari Kota Surabaya. Suatu hari setelah pulang sekolah di jalan kami menemukan selembar poster yang telah terinjak banyak orang. Kami pun mengambilnya dan bertuliskan Indonesia Darurat Narkoba. Selama di perjalanan pun kami membahas tentang poster itu.
“Tom, kenapa yah Narkoba itu bisa ada, semua nya pasti ada sebab kan ?” Tanya Mallaby.
“Kamu benar Mal. Sebenarnya bangsa kita sekarang sedang berperang melawan bangsa kita se ndiri, Mal “ Jawab ku.
“Maksud mu apa Tom, jangan buat aku bingung deh” Tanya nya lagi.
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah,tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri, itu kata presiden pertama kita, Bung Karno” jelas ku
“Terus hubungannya apa,Tom?” Tanya Mallaby. “Maksudnya, Bung Karno pun telah menegaskan bahwa suatu saat di negeri ini akan terjadi hal-hal yang bisa saja menghancurkan negara kita karena warga negaranya sendiri salah satunya yaitu narkoba. Menurut data terakhir di Indonesia hampir 5,1 juta warganya merupakan pemakai dan pengedar narkoba. Nah, mereka inilah yang harus dihentikan, Mal. Karena bisa merusak negeri ini.” Jawab Ku
“ Memangnya orang-orang di negeri ini bisa tahu narkoba dari mana yah ,Tom?” Mallaby bertanya lagi.“ Kamu juga harus dengar kata-kata ini ,Mal. “ Suatu saat kekayaan Indonesia akan membuat iri bangsa lain. Seperti yang biasa kita baca di buku-buku pelajaran bahwa negeri ini sangat kaya akan sumber daya alam berbeda dengan negara lainnya. Hal ini yang membuat iri beberapa negara dan ingin menguasainya. Salah satu caranya dengan narkoba” jelas ku
“ Kenapa narkoba ,Tom?” Tanya nya. “ Jika negara lain mengajak perang untuk menguasai negeri ini meraka tidak akan sanggup karena kita mempunyai banyak pertahanan seperti tentara, Mal. Jadi, mereka memerangi kita dengan menghancurkan mental para pemuda Indonesia dulu supaya nanti bisa dengan mudah mereka mengambil alih negeri ini.” Jelas ku.
Perbincangan pun terus berlanjut, tidak terasa kami akan sampai di rumah masing-masing. Tapi, sebelum itu kami pun duduk dulu di bawah pohon beringin tempat kami biasa nongkrong. Aku pun mengatakan kepada Mallaby bahwa sekarang kami sebagai pelajar memang belum bisa melakukan banyak hal untuk negeri ini.Namun, dengan berusaha menjadi pemuda yang taat beribadah,berpendidikan, dan berpikir kritis serta mental yang kuat tentu suatu saat kami akan bisa mengabdi pada negara maritim ini.
“ Berikan aku 1000 orang tua maka akan ku cabut mahameru dari akarnya dan beri aku 10 pemuda maka akan ku guncang kan dunia”. “Kita harus menjadi salah satu dari sepuluh pemuda itu, Mal. Karena nasib negeri kolam susu ini ada pada kita, pemuda nya. Kita harus buat perubahan” Ajak ku pada Mallaby.
“ Itu kata Bung Karno lagi yah, Tom. Kok kamu bisa hafal sih banyak kata-kata dari beliau?” Dengan polosnya Ia bertanya.
“ Iya,Mal. Tapi, bukan hanya dihafal. Sebenarnya salah satu bentuk penghargaan kepada jasa para pahlawan kita yaitu dengan mengingat pesan-pesan yang mereka sampaikan dan mengamalkannya. Nah, maka dari itu, kita harus bisa menjadi pelajar yang baik dan berprestasi supaya jasa pahlawan kita dulu tidak sia-sia dalam memberikan kita kemerdekaan . Kita harus berusaha menjadi orang yang sukses kedepannya untuk mengabdikan diri di negeri ini, Mal.Sebagai penerus para pahlawan.”
“ Baiklah,Tom.Mulai besok kita harus semangat terus dalam belajar dan kritis dalam bertindak supaya menjadi bagian dari 10 pemuda yang dimaksud Bung Karno.Tom, sepertinya kita harus segera pulang nanti Ibu kita heran kenapa kita belum sampai rumah. Aku duluan yah,Tom” Kata Mallaby. Aku menjawab “ Iya,Mal. Hati-hati di jalan dan sampai ketemu besok”.
Indonesia adalah negara dengan masyarakatnya mayoritas muslim (pemeluk agama Islam), berbagai macam acara atau Tradisi menyambut bulan suci Ramadhan atau bulan Puasa banyak digelar di berbagai daerah.
Budaya dalam penyambutannya tentu berbeda-beda. namun, semangatnya tetap sama.
Penyambutan yang dilakakukan masyarata saat datangnya bulan ramadhan merupakan bentuk rasa syukur serta kegembiraan umat muslim akan datangnya bulan Ramadhan atau bulan Puasa.
Dalam kalender Islam, Sebelum bulan ramadhan atau bulan Puasa adalah bulan Sya’ban.
Pada bulan Sya’ban inilah biasanya banyak digelar upacara menyambut datangnya bulan Ramadhan di berbagai daerah di Nusantara.
Tradisi Unik Menyambut Bulan Ramadan tang Ada di Indonesia
Budaya menyambut ramadhan dari berbagai daerah di indonesia antara lain sebagai berikut:
1. Munggahan menyambut ramadhan dari Tanah Sunda
Munggahan adalah kegiatan berkumpul dalam suansana kebahagiaan menyambut ramadhan.
Budaya ini biasanya dilakukan oleh anggota keluarga, sahabat dan bahkan juga teman-teman kita untuk saling bermaaf-maafan.
Berkumpulnya mereka dalam satu kebersamaan dilengkapi dengan menikmati sajian makanan khas. Kegiatan ini juga melambangkan sebagai bentuk mempersiapkan diri masing-masing dalam menghadapi bulan Ramadhan.
Kegiatan ini merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang sunda dalam menyambut bulan Ramadhan yang akan datang. Biasanya, mungguhan dilakukan oleh hampir semua golongan masyarakat. meskipun kegiatannya diselenggarakan dengan cara yang berbeda-beda.
Namun pada dasarnya tetap sama, yaitu berkumpul bersama sambil menikmati sajian hidangan makanan yang disuguhkan.
Inilah kebiasaan yang dilakukan ditengah masyarakat sunda pada umumnya. Kegiatan ini secara turun temurun masih dipertahankan oleh masyarakat sunda.
2. “Nyorog” Tradisi Penyambutan Bulan Ramadhan / Puasa Ala Betawi
Tradisi “Nyorog” atau membagi-bagikan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua, seperti Bapak/Ibu, Kakek/Nenek, Mertua, Paman, sudah menjadi sebuah kebiasan yang sejak lama dilakukan menjelang datangnya bulan Ramadhan atau bulan Puasa bagi masyarakat betawi.
Meskipun istilah “Nyorog” sudah mulai menghilang, namun kebiasan mengirim bingkisan hingga sekarang masih ada di Betawi.
Bingkisan yang diberikan tersebut biasanya berisi bahan makanan mentah. namun, ada juga yang berisi daging kerbau, ikan bandeng, susu, kopi, sirup, gula, dan lain sebagainya.
Nyorog bagi masyarakat Betawi memiliki makna sebagai tanda saling mengingatkan satu sama lain. Mereka mengingatkan bahwasannya, bulan suci Ramadhan akan segera datang.
Disamping itu, tradisi “Nyorog” juga sebagai pengikat tali silahturaim sesama sanak keluarga bagi masyarakat betawi.
3. “Padusan” Tradisi Penyambutan Bulan Ramadhan di Jawa Tengah
Masyarakat di Klaten, Boyolali, Salatiga dan Yogyakarta biasa melakukan tradisi berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air ditempat-tempat yang dianggap kramat.
Kegiatan ini disebut “Padusan”. Makna dari kegiatan ini adalah agar jiwa dan raga seseorang yang akan melakukan ibadah puasa bersih secara lahir maupun batin.
Selain itu, ritual ini bermakna sebagai pembersihan diri atas segala kesalahan dan perbuatan dosa yang telah dilakukan selama satu tahun.
4. “Balimau” Tradisi Penyambutan Bulan Ramadhan di Padang
Tradisi Balimau adalah ritual rutin yang dilakukan oleh masyarakat Padang. Budaya ini hampir sama dengan tradisi padusan, yakni kegiatan membersihkan diri dengan cara berendam atau mandi bersama-sama di sungai atau tempat pemandian setempat.
masyarakat Padang, Sumatera Barat, rutin melakukan Tradisi Balimau. Biasanya ritual ini dilakukan mulai dari matahari terbit hingga terbenamnya matahari dan dilakukan beberapa hari sebelum bulan Ramadhan tiba.
Hampir sama dengan “Padusan” yang dilakukan masyarakat di Klaten, Boyolali, Salatiga dan Yogyakarta, makna dari ritual Balimau ini bermakna melakukan pembersihan diri secara lahir dan batin, tujuannya agar seseorang siap menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
5. Jalur pacu Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan di Riau
Tradisi “Jalur Pacu” adalah upacara penyambutan bulan suci Ramadhan atau bulan Puasa di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, kegiatannya mirip dengan lomba dayung.
Jalur Pacu ini diselenggarakan di sungai-sungai di Riau dengan menggunakan perahu tradisional Singingi, Masyarakat akan senantiasa menyaksikan dan menyambut acara Jalur Pacu.
Kegiatan yang hanya dilakukan setahun sekali ini akan ditutup dengan “Balimau Kasai”. Balimau Kasai adalah Ritual bersuci menjelang matahari terbenam hingga malam bagi masyarakat Singingi.
6. Meugang Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan di Aceh
Di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) atau yang akrab disebut dengan kota “Serambi Mekah”, melakukan kebiasaan menyambut bulan suci Ramadhan yang berbeda dengan tradisi lainnya.
Warga Nangroe Aceh Darussalam (NAD) menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan menyembelih kambing atau kerbau. Kegiatan yang dilakukan Nangroe Aceh Darussalam (NAD) ini disebut dengan “Meugang”, Acara “Meugang” kabarnya sudah dilakukan sejak tahun 1400 M, atau sejak jaman raja-raja Aceh.
Kegiatan yang dimeriahkan dengan makan daging kerbau atau kambing bersama-sama ini biasa dilakukan oleh seluruh warga Aceh.
Semua warga akan bergotong-royong membantu, sehingga semua warganya dapat menikmati daging kambing atau kerbau sebelum datangnya bulan suci Ramadhan.
Meugang biasanya juga dilakukan saat hari raya Lebaran dan Hari Raya Idul Adha.
7. Dugderan Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan di Semarang
Tradisi “Dugderan” adalah acara yang rutin dilakukan masyarakat kota Semarang, Jawa Tengah. “Dugderan” sendiri berasal dari kata “Dug” yang diambil dari suara dari bedug masjid yang ditabuh berkali-kali sebagai tanda datangnya awal bulan Ramadhan atau bulan Puasa.
Sedangkan “Der” berasal dari suara dentuman meriam yang disulutkan. Kedua suara ini ber iringan sehingga jika disatukan terdengar seolah menjadi “Dug Der”.
Perayaan “Dugderan” diperkirakan sudah berumur ratusan tahun. kegiatan ini terus bertahan ditengah perkembangan zaman.
“Dugderan” biasanya digelar kira-kira 1-2 minggu sebelum bulan Ramadhan. Karena sudah berlangsung lama, Acara Dugderan ini pun sudah menjadi semacam pesta rakyat atau Festival kebudayaan.
Bahkan, pesta rakyat satu ini menampilkan berbagai rangkaian kegiatan sepertpa tari japin, arak-arakan (karnaval) hingga tabuh bedug yang dilakukan oleh Walikota Semarang.
budaya “Dugderan” yang dulu menggunakan meriam, dentuman meriamnya kini diganti dengan suara-suara petasan atau bleduran.
Bleduran yang dibunyikan untuk menciptakan suara “der” terbuat dari bongkahan batang pohon yang dilubangi bagian tengahnya, hal ini bertujuan untuk menghasilkan suara seperti meriam.
Bleduran biasanya diberi karbit yang kemudian disulut api agar memiliki suara seperti dentuman meriam.
8. Dandangan Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan / Puasa di Kudus, Jawa Tengah
Tradisi “Dandangan” merupakan sebuah perayaan yang dilakukan masyarakat kota Kudus yang diadakan menjelang kedatangan bulan suci Ramadhan.
Perayaan “Dandangan” berupa pasar malam yang diadakan di sekitar Menara Kudus, sepanjang jalan Sunan Kudus, dan meluas ke beberapa di sekitarnya.
Tradisi “Dandangan” ini diperdagangkan beraneka ragam kebutuhan rumah tangga mulai dari peralatan rumah tangga, pakaian, sandal, hiasan keramik, sampai dengan makan dan minuman serta mainan anak-anak.
Perayaan “Dandangan” sudah ada sejak 450 tahu yang lalu atau tepatnya zaman Sunan Kudus (Syeh Jakfar Shodiq).
Waktu itu, setiap menjelang bulan Ramadhan atau bulan Puasa, Santri Sunan Kudus yang berjumlah ratusan berkumpul di Masjid Menara.
Mereka menunggu pengumuman dari Sang Guru tentang awal Ramadhan atau bulan Puasa. Santri tidak hanya berasal dari Kota Kudus, melainkan juga dari daerah sekitarnya seperti Demak, Pati, Rembang, Kendal, Semarang, Jepara, bahkan sampai Tuban.
Orang berkumpul waktu itu sangat banyak, Perauaan “Dandangan” kemudian tidak sekadar menunggu pengumuman resmi dari Masjid Menara yang mengabarkan tentang awal puasa, namun juga dimanfaatkan para pedagang untuk berjualan di lokasi itu.
9. Malamang Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan di Sumatra Barat
Tradisi Malamang bagi masyarakat sumatra barat adalah tradisi berkumpul dan bergotong royong membuat nasi lemang pada ruas-ruas bambu yang telah dipotong-potong.
Malamang biasanya dilakukan dua hari menjelang bulan Puasa. Dan hasil lemang yang dimasak, akan dijadikan hantaran ke rumah mertua sebagai permohonan maaf untul membersihkan dosa yang telah lalu.
10. Nyadran Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan di Jawa
Nyadran biasanya dilakukan pada hari ke-10 di bulan Rajab. Acara ini diawali dengan doa bersama yang dipimpin sesepuh desa setempat. Dalam doa tersebut, mereka bersama-sama memanjatkan doa untuk kakek, nenek, bapak, ibu, serta saudara-saudara mereka yang telah meninggal dunia.
Setelah berdoa, seluruh warga melanjutkan kegiatan dengan menggelar genduren (kenduri) atau makan bersama di sepanjang jalan yang telah digelar banyak tikar dan daun pisang. Setiap keluarga membawa makanan untuk dikumpulkan.
Uniknya, warga harus membawa makanan yang berupa makanan tradisional, seperti ayam ingkung, mangut, sambar goreng ati, urap sayuran dengan lauk rempah, tempe tahu bacem, perkedel, dan lain sebagainya.
Tradisi “Nyadran” / “Sadranan” berasal dari kata “Sodrun” yang artinya adalah gila atau tidak waras. Pada waktu sebelum datangnya walisongo menyebarkan agama Islam, masyarakat di Pulau Jawa banyak yang masih menyembah pohon, batu, bahkan binatang, dan itu dianggap tidak waras.
Kegiatan penyembahan benda sebelum datangnya walisongo juga disertai dengan menyembah sambil membawa sesaji berupa makanan dan membaca mantra-mantra yang diucapkan.
Kemudian para walisongo meluruskan ajaran mereka, dan mengajak masyarakat dan memberi tahu bahwa yang wajib disembah hanya Allah SWT.
Mantra-mantra yang dibaca orang terdahulu lantas diganti dengan doa-doa menurut ajaran Islam. Kemudian sesajinya diganti berupa makanan yang bisa dimakan oleh warga.
11. Perlon Unggahan Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan / Puasa di Banyumas, Jawa Tengah
Menjelang bulan puasa, sebagian warga di Banyumas akan mengadakan syukuran besar-besaran yang disebut dengan “Perlon Unggahan”. “Perlon Unggahan” adalah tradisi berkumpulnya warga desa guna mengungkapkan rasa syukur atas datangnya bulan Ramadhan atau bulan Puasa.
Kegiatan dalam tradisi “Perlon Unggahan” identik dengan aneka macam masakan tradisional yang disajikan, di antaranya daging serundeng sapi dan sayuran berkuah yang wajib dihidangkan. Uniknya, menu yang disajikan harus disuguhkan oleh para pria dewasa yang jumlahnya harus 12 orang.
12. Megengan Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan / Puasa di Surabaya, Jawa Timur
Menjelang Ramadhan ada satu kegiatan adat yang disebut dengan ‘Megengan’ di Surabaya. Tradisi Megengan diceritakan berawal dari kawasan Ampel, di sekitar Masjid Ampel, Surabaya.
Perayaan ‘Megengan’ biasanya ditandai dengan makan apem, semacam serabi tebal yang memiliki diameter sekitar 15 senti dan dibuat dari tepung beras. Apem tersebut memiliki rasa tawar, seperti kue mangkok. namun, kue mangkok dipakai warga keturunan Tionghoa untuk sembahyangan menjelang hari raya Imlek.
Nama kue apem atau apam berasal dari bahasa arab yaitu afwan, dimana dalam bahasa Arab afwan berarti maaf. kegiatan makan apem ini untuk memaknai permintaan maaf kepada sesama saudara, kerabat, dan keluarga.
Sebenarnya, rangkaian adat Megengan bukanlah sekadar tradisi makan apem, akan tetapi juga bersama-sama melakukan selamatan atau tahlilan dengan hidangan apem dan pisang raja.
Hal ini ditujukan untuk mendoakan arwah saudara dan kerabat yang telah meninggal, dan sekaligus minta maaf. Usai tahlilan bersama, apem dan pisang dibagikan kepada semua keluarga dan tetangga dekat.
Festival Kora-kora menampilkan beraneka ragam kebudayaan Maluku Utara mulai dari keseniannya yaitu seni tari, musik, hingga sajian kuliner. Festival yang idengtik denga dayung prahu secara bersama-sama menggunakan perahu kecil ini juga diisi dengan berbagai aktivitas bahari atau aktivitas yang berkaitan dengan kelautan. Berbeda dengan budaya timba laor yang juga dari maluku, Festival kora-kora diisi dengan perlombaan. Ada lomba perahu tradisional Kora-kora yang menjadi daya tarik pengunjung wisatawan, lomba memancing, lomba foto bawah laut, lomba dayung perahu Kora-kora, hingga lomba pawai perahu hias.
Perlombaan yang paling memacu adrenalin dalam Festival Kora-kora adalah saat dilakukan lomba dayung Kora-okra. Semangat para pendayung mengingatkan kembali masyarakat pesisir maluku pada perlawanan pejuang Banda terhadap kolonial, dimana waktu itu kolonial belanda hendak memonopoli pala yang merupakan hasil alam di daerah tersebut. Awal abad ke-17-an, kora-kora menjadi perahu perang yang dilengkapi dengan meriam kecil. Fungsi utama Kora-kora pada masa itu adalah untuk menghancurkan kapal-kapal tentara Belanda. Kora-kora berbentuk sempit namun panjang, Kelebihannya adalah mampu meluncur cepat. Kekurangan perahu ini yaitu sangat rawan terbalik.
Sebagai perahu perang, Perahu Kora-kora telah menuntaskan tugas utama. Namun, semangat atas kora-kora masih menjadi kebanggaan di hati masyarakat Banda. Terbukti bahwa, setiap kali perlombaan dayung digelar selalu memberikan kemeriahan dan memukau ribuan pengunjung yang menyaksikannya. Bahkan, setiap kampung adat di Kepulauan Banda, memiliki perahu kora-kora lengkap dengan ”pasukan” dayung masing-masing. Upacara ritual dalam pembuatan perahu hingga persiapan turun ke laut juga masih dipegang teguh masyarakat di kepulauan banda.
Festival Kora-kora adalah warisan budaya bahari. kini, warisan tersebut telah berevolusi menjadi atraksi wisata di Banda. Hal ini melengkapi keindahan alam bawah lautnya yang mempesna. Bagi wisatawan, perlombaan kora-kora menjadi hiburan yang selalu menarik untuk disaksikan. Namun, bagi masyarakat kepulauan Banda kemenangan mereka dalam balapan kora-kora adalah kebanggaan luar biasa. Kemenangan yang mereka peroleh jauh lebih berharga dibandingkan dengan nilai hadiah perlombaan dayung perahu tersebut. Hal ini karena, Festival Kora-kora berangkat dari akar budaya bahari masyarakat kepulauan banda Banda. Kini, tradisi yang diwariskan turun temurun itu telah menjadi kegiatan tahunan yang dikemas dalam Festival Kora-kora.
Festival Reog Ponorogo adalah kegiatan tahunan yang diselenggarakan Setiap menjelang Bulan Suro atau Bulan Muharam sama sepert Festiva Tabuik di Pariaman, yakni saat menyambut tahun baru Islam, masyarakat Ponorogo Jawa Timur selalu menggelar Festival Reog Nasional di Alun-Alun Ponorogo dalam rangka Grebeg Suro. Reog lahir di ponorogo dan kini kesenian tersebut telah dikenal oleh dunia. Festival ini diikuti oleh berbagai peserta dari seluruh Indonesia. Diantaranya ada dari Jogja, Gunungkidul, Madiun, Malang, Kediri, Surabaya dan daerah lainnya.
(Baca Juga: Festival Tabuik)
Kabupaten Ponorogo kerap dijuluki sebagai Kota Reog atau Bumi Reog. hal ini dikarenakan, di daerah ponorogo lahir kesenian Reog yang kini telah mendunia. Kesenian Reog menjadi ikon kebanggaan masyarakat Ponorogo dan hingga kini masih terus dilestarikan oleh masyarakat setempat.
Menjelang Bulan Suro, masyarakat Ponorogo Jawa Timur rutin menggelar Festival Reog Nasional di Alun-alun Ponorogo dalam rangka pesta rakyat Grebeg Suro. Biasanya, perayaan tersebut dilangsungkan setiap tahun. dan tahun ini kemungkinan akan dihelat pada di bulan Oktober. Festival Reog ini diikuti oleh berbagai peserta dari seluruh wilayah di Indonesia. Ada yang berasal dari Madiun, Kediri, Yogyakarta, Gunung Kidul, Jember, Wonogiri, Surabaya dan Malang.
Lebih dari 21 kelompok seni Tari Reog unjuk kebolehan dalam keterampilan yang disertai dengan belasan seniman Reog dari berbagai pelosok tanah air. Dengan Festival ini, selain bersilaturahim, mereka juga diharapkan untuk bisa saling bertukar ilmu dan pengalaman masing-masing. Pementasan Tari Reog dibawakan bergantian sesuai urutan acak selama lima hari dalam serangkaian kegiatan kebudayaan tersebut. Penilaian pada setiap penampilan pesertanya, didasarkan pada keterampilan menari Reog, koreografi yang menarik, dan kekompakan. Festival di Ponorogo ini menjadi lebih meriah sejak para pesertanya bersaing untuk memperebutkan Piala Presiden.
Sebagaimana pada malam puncak pagelaran Festival Reog Nasional di tahun-tahun sebelumnya, dimana perhelatannya begitu megah bak konser kelas dunia. Tahun ini pun penataan panggung, tempat duduk penonton, serta puluhan fotografer dan wartawan yang meliput kegiatan ini, semuanya dikemas secara profesional. Sekarang ini, Festival Reog Ponorogo telah merambah menuju kancah Internasional. Terlebih, setelah UNESCO telah mengakui Kesenian Reog sebagai salah satu warisan budaya dunia yang patut untuk dilestarikan bersama.
PEWARTA NUSANTARA – Festival Tabuik adalah tradisi tahunan masyarakat Pariaman, Sumatera Barat. Pesta Tabuik dirayakan sebagai wujud syukur datangnya bulan Muharram. Ketika masuk bulan Muharram (penanggalan Islam), masyarakat Pariaman membuat tabuik atau semacam perwujudan dari makhluk legenda bernama Buraq. Buraq tersebut digambarkan membawa peti jenazah di punggungnya. Tabuik yang dibuat mmiliki tinggi sekitar 15 meter, dan dibagi ke dalam dua bagian. Festival ini diselenggarakan pada tanggal 10-15 Muharram.
(baca juga : Festival Adat di Tidore)
Festival Tabuik menjadi salah satu tradisi tahunan masyarakat Pariaman, Sumatera Barat. Festival ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu, diperkirakan sejak abad ke-19 masehi. Festival tabuik menjadi upacara adat dalam memperingati hari wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Hussein bin Ali yang tepatnya pada tanggal 10 Muharram (penanggalan Islam). Sejarah mencatat, Hussein beserta keluarganya wafat dalam peperangan di padang Karbala.
Festival Tabuik berasal dari kata Tabuik diambil dari bahasa arab “tabut” yang memiliki arti peti kayu. Nama Tabuik mengacu pada sebuah legenda tentang kemunculan makhluk yang berwujud kuda dan bersayap dengan memiliki kepala manusia yang disebut sebagai buraq. Legenda ini mengisahkan bahwa setelah wafatnya cucu Nabi yakni Hassan dan Hussein, kotak kayu yang berisi sebuah potongan jenazah Hussein diterbangkan ke langit oleh makhluk yang disebut dengan buraq. Berangkat dari legenda ini, setiap tahunnya masyarakat Pariaman membuat tiruan dari buraq yang sedang membawa tabut di punggungnya.
Legenda yang diterima masyarakat Pariaman secara turun temurun, budaya ini diperkirakan sudah ada di Pariaman sekitar tahun 1826-1828 M. Upacara Tabuik pada masa itu masih sanagt kental dengan pengaruh budaya dari timur tengah yang dibawa oleh masyarakat keturunan India penganut Islam Syiah. Tahun 1910, kemudian muncul kesepakatan antar nagari untuk menyesuaikan Upacara Tabuik dengan adat dari Minangkabau. Sehingga, berkembang Festival Tabuik ini menjadi seperti yang ada sekarang.
Tabuik dalam Festival Tabuik yang dibuat Masyarakat Pariaman terdiri dari dua bagian. Pertama, Tabuik Pasa. Dan kedua, Tabuik Subarang. Kedua Tabuik berasal dari dua wilayah yang berbeda di Kota Pariaman.
Tabuik Pasa (pasar) adalah wilayah yang berada di sisi selatan dari sungai yang membelah kota tersebut. Panjangnya samapi ke tepian Pantai Gandoriah. Pasa dianggap sebagai daerah asal muasal tradisi tabuik.
Tabuik subarang berasal dari daerah subarang (seberang). Wilayah ini berada di sisi utara dari sungai atau wilayah yang disebut sebagai Kampung Jawa.
Mulanya, Festival Tabuik hanya ada satu Tabuik, yaitu tabuik pasa (pasar). Pada tahun 1915-an, atas permintaan sebagian golongan masyarakat, untuk dibuatkan sebuah tabuik yang lain. Kemudian para tetua nagari sepakat, bahwa tabuik ini harus dibuat di daerah seberang Sungai Pariaman yakni daerah subarang (seberang).
Tabuik yang kedua ini kemudian diberi nama tabuik subarang. Sesepuh masyarakat meriwayatkan bahwa kejadian tersebut diperkirakan terjadi sekitar tahun 1916, tetapi ada pula riwayat yang menyatakan penetapan Tabuik yang kedua terjadi sekitar tahun 1930. Pembuatan tabuik subarang (Tabuik yang kedua) tersebut tetap mengikuti tata cara yang sebelumnya telah berlaku di wilayah Pasa (pasar) dalam rangkaian Festival Tabuik.
Sejak tahun 1982, Festival Tabuik dijadikan sebagai kalender pariwisata Kabupaten Padang Pariaman. Sehingga, terjadi berbagai penyesuaian. Penyesuaian tersebut salah satunya dalam hal waktu penyelenggaraan acara puncak dari rangkaian ritual tabuik tersebut. Sehingga, meskipun Festival Tabuik tetap dimulai pada tanggal 1 Muharram, namun pelaksanaan acara puncak ritualnya dari tahun ke tahun selalu berubah, tidak lagi selalu tepat pada tanggal 10 Muharram.
Rangkaian Festival tradisi tabuik di Pariaman terdiri dari tujuh tahapan ritual tabuik, yaitu mengambil tanah, lalu menebang batang pisang, mataam, mengarak jari-jari bersama-sama, mengarak sorban, tabuik naik pangkek, hoyak tabuik, dan terakhir membuang tabuik tersebut ke laut sebagai penutup Festival Tabuik.
Pengambilan tanah dilakukan pada tanggal 1 Muharram. kemudian Menebang batang pisang dilakukan pada hari ke-5 bulan Muharram. Mataam pada hari ke-7, kemudian dilanjutkan dengan mangarak jari-jari pada malam harinya. Dan keesokan harinya dilangsungkan ritual mangarak saroban oleh masyarakat Pariaman.
Puncak Festival Tabuik, dilakukan ritual tabuik naik pangkek. Kemudian, dilanjutkan dengan hoyak tabuik. Perayaan puncak ini dulunya selalu jatuh tepat pada tanggal 10 Muharram. Namun, saat ini setiap tahunnya berubah-ubah antara 10-15 Muharram. biasanya akan disesuaikan dengan akhir pekan. Menjelang maghrib, tabuik diarak menuju pantai dan dilarung ke laut sebagai ritual penutup Festival Tabuik.
Setiap tahunnya, puncak acara tabuik hampir selalu dihadiri oleh puluhan ribu pengunjung yang datang dari berbagai pelosok Sumatera Barat, . Tidak hanya masyarakat lokal, festival Tabuik ini pun mendapat perhatian dari banyak turis asing yang membuatnya menjadi perhelatan besar dan selalu ditunggu-tunggu setiap tahunnya.
Puncak acara Festival Tabuik yang berada di Pantai Gandoriah, menjadi titik pusat perhatian. Setiap tahunnya selalu menjadi lautan manusia, khususnya menjelang prosesi tabuik diarak menuju pantai.
Festival Bromo ataun Yadnya Kesodo adalah ritual tahunan terbesar suku asli Tengger di Bromo. Pemeluk Hindu suku Tengger akan melempar sesaji ke kawah Gunung Bromo. Sesaji Mulai dari sayur mayur, buah-buahan, hewan ternak, hingga uang untuk dijadikan persembahan kepada Sang Hyang Widhi. Yadnya Kasada, dihelat pada hari ke-14 bulan Kasada.
Obyek Wisata Bromo, terletak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Provinsi Jawa Timur. wisata bromo adalah salah satu di antara obyek wisata favorit dunia. Disamping memiliki keunikan pesona alam yang memukau dan mengagumkan, seperti lautan pasir gunung Bromo, padang savana yang menghampar luas, semburan asap putih yang keluar dari kawah Bromo dan masih banyak lagi yang membuat minat wisatawan untuk mengunjungi tempat ini. Masyarakat Gunung Bromo juga memiliki kebudayaan luhur dari Suku Tengger. Suku tengger berada di kawasan sekitar Gunung Bromo. Salah satu upacara adat terbesarnya adalah upacara Kasada/Yadya Kasada Ceremony dan sekarang dikemas menjadi Festival Bromo.
Budaya tersebut hingga saat ini dilestarikan oleh suku Tengger menjadi sebuah festival Bromo tahunan. Masyarakat sekitar gunung Bromo kerap menyebutnya dengan Festival Bromo Kasodoan atau upacara Kasodo atau kasada.
Festival Bromo atau Budaya suku tengger ini (Hari Raya Yadnya Kasada) atau Kasodo, merupakan suatu upacara adat suku Tengger yang dilakukan setiap tahun sekali (penanggalan agama Hindu Tengger). Perayaan tersebut tepatnya ketika sudah memasuki bulan Kasada dan yaitu pada hari ke 14. Perayaan Yadnya Kasada didisi dengan ritual pemberian sesajen untuk sesembahan yaitu para leluhur suku Tengger ( Dewi Roro Anteng dan Joko Seger) dan Sang Hyang Widhi. Tempat upacara adat suku Tengger ini biasanya digelar di Pura Luhur Poten atau tepat di lautan pasir gunung Bromo dan dekat dengan kaki Gunung.
Sejarah Festival Bromo
Sejarah Festival Bromo (ritual Yadnya Kasada) adalah legenda Roro Anteng dan Joko Seger. Meski sudah bertahun-tahun menikah, mereka berdua tidak kunjung dikaruniai anak. Setelah mereka bertapa sekian lama di puncak Gunung Bromo, akhirnya harapan mereka dikabulkan oleh Sang Hyang Widhi.
Pasangan Roro Anteng dan Joko Seger akhirnya dikaruniai 24 anak sekaligus. Tetapi, semua itu memiliki syarat yaitu anak mereka yang ke-25 harus dilempar ke kawah Bromo sebagai bentuk persembahan dan syaratnya. Roro Anteng dan Joko Seger tidak mau memenuhi syarat tersebut dan membuat Sang Hyang Widhi marah kepada mereka.
Setela itu kemudian langitpun menjadi gelap dan kawah Gunung Bromo pun mengeluarkan api. Oleh sebab itu, agar kehidupan di Bromo kembali aman dan sejahtera, warga setempat harus memberi sesaji setiap hari ke-14 bulan Kasodo. Ritual ini pun terus dilestarikan turun temurun sebagai wujud janji umat Hindu Tengger terhadap Gunung Bromo dan Sang Hyang Widhi.
Sebelum perayaan, masyarakat Tengger akan sembahyang terlebih dahulu di Pura Luhur Poten yang berada di lautan pasir kaki Gunung Bromo. Ritual ini berlangsung pada dini hari. Selepas itu, kemudian masyarakat mendaki Gunung Bromo untuk melempar sesajinya sebagai bentuk persembahan dari suku tengger.
Perayaan Adat Yadnya Kasada Suku Tengger atau Hari raya kasada, dilakukan pada tengah malam dan akan selesai pada dini hari. kegiatan adat suku Tengger ini bertujuan untuk mengangkat tabib atau dukun yang ada di setiap desa di wilayah Gunung Bromo. Dalam rangkaian Festival Bromo, Masyrakat suku Tengger akan melemparkan sesajen berupa persembahan-persembahan. Yadnya Kasada ini merupakan upacara adat yang hanya dimiliki oleh suku Tengger Bromo. Meskipun di Flores juga memiliki pesta adat Reba, namun tetap berbeda. Atau perayaan yang hampir serupa di Bali tapi upacaranya berbeda. ada pun nama lain Yadnya Kasada adalah Upacara Kasodo Bromo, Hari Raya Yadya Kasada, Festival Bromo.
Jadwal Festival Bromo 2017
Upacara Adat Kasada atau Festival Bromo 2017 akan diselenggarakan pada tanggal 9-10 2017. Ribuan wisatawan baik lokal maupun manca negara akan menyaksikan uniknya budaya suku Tengger. Sebab, Festival Kasodo menjadi salah satu daya tarik sendiri saat liburan ke Gunung Bromo.
PEWARTA NUSANTARA – JIka di Dieng memiliki perayaan di dataran tinggi yang di sebut dengan Dieng Culture Festival, Indonesia timur Juga memiliki Festival Kebudayaan di Danau Sentani. Danau Sentani adalah danau terbesar sekaligus terindah di Papua. Di danau tersebut setiap tahunnya rutin diadakan acara adat besar yang disebut dengan Festival Danau Sentani (FDS).
Festival Danau Sentani merupakan pesta yang melibatkan 16 suku yang ada di Papua. adat di danau sentani ini telah menjadi sebuah tradisi adat di Papua mulai dari tahun 2007. Acara diadakan selama lima hari berturut-turut di kawasan wisata Khalkhote, Sentani Timur.
Rangkaian kegiatannya antara lain, suguhan pertunjukan adat, panampilan seni dan kebudayaan dari berbagai suku asli Papua. mengunjungi Festival Danau ini juga bisa melihat dan membeli berbagai produk warga setempat yang diantaranya kerajinan kulit kayu, batik khas Papua, produk olahan seperti sokelat, sagu, kopi, buah merah, dan sebagainya. Festival Danau Sentani biasanya diselenggarakan tanggal 19-23 Juni.
Festival Danau Sentani (FDS) kembali digelar pada 19 hingga 23 Juni 2017. FDS 2017 juga akan diramaikan dengan industri kreatif Papua yang dapat menjadi buah tangan wisatawan. Dinas Pariwisata dan Pemerintah Provinsi Papua akan menyuguhkan produk kerajinan dari warga setempat berupa kulit kayu, produk olahan cokelat, batik Papua, sagu, kopi dan buah merah.
Festival kebudayaan ini akan diisi dengan tarian-tarian perang khas Papua, Isolo. Masyarakat Papua hingga tetap menjaga dan melestarikan tarian tersebut. Hal ini sebagai bentuk penghormatan terhadap nenek moyang, dan harga diri sebuah suku.
Dalam rangkaian kegiatannya, diadakan pula upacara adat penobatan ondoafi. Masyarakat asli Sentani dalam satu kampung memiliki satu Ondoafi atau Ondofolo dan lima Kose (kepala suku).
Ondofolo dalam kebudayaan sentani memiliki makna pimpinan tertinggi dalam satu kampung. Ondofolo ini memimpin atau memiliki lima Kepala Suku yang ada dalam naungannya. Status Ondofolo lebih tinggi dibanding dengan Kepala Suku.
Kegiatan ini juga memberikan kesempatan pada Paguyuban / kumpulan warga suku dari Indonesia seperti dari Sumatera Utara, Maluku, NTT, Sulawesi, Jawa, hingga Bali. Selain tari kolosal yang dipentaskan, ada juga tarian yang merupakan persembahan Suku Kamoro dari Kabupaten Mimika, wilayah selatan Papua.