Pewarta Nusantara
Menu Kirim Tulisan Menu

Halimah Yacob #NotMyPresident

Halimah Yacob

Halimah Yacob adalah seorang politisi wanita yang aktif berbicara perburuhan, dia juga tergabung di Partai Aksi Rakyat. Mantan ketua Parlemen Singapura ini terpilih menjadi presiden pada tanggal 13 Septeber sebagai kandidat tunggal setelah dua rivalnya, Mohammed Salleh dan Farid Khan, tidak memenuhi syarat.

Politisi Melayu muslim yang lahir pada 23 Agustus 1954 memiliki pengalaman selama 40 tahun pada layanan publik dan aktif dalam Serikat Buruh Nasional. Halimah sempat menjadi Menteri Negara Pengembangan Komunitas sebelum menjabat ketua parlemen pada tahun 2013.

Halimah mengundurkan diri dari jabatan ketua Parlemen dan Anggota Partai pada tanggal 7 Agustus 2017 untuk maju menjadi capres. Terpilihnya Halimah Yacob, menjadi catatan sejarah baru Singapura atas terpilihnya presiden wanita pertama dalam 47 tahun setelah memisahkan diri dari Malaysia, tepatnya pada tahun 1965.

Dilema Halimah Yacob Sang Presiden

Perempuan berusia 62 tahun ini kini menjadi sorotan dunia. Bagaimana tidak, dia berasal dari etnis Melayu yang selama ini langka jadi presiden di negeri Merlion. Singapura yang terdiri dari 74% Cina, 13% Melayu, 9% India dan 3,2% lain-lain. Etnis Melayu terakhir yang menduduki jabatan presiden adalah Yusof Ishak. Yusof menjadi presiden pada periode pertama kemerdekaan Singapura (1965-1970), namun kekuatan eksekutif kala itu tetap berada di tangan Lee Kuang Yew sebagai perdana menteri pertama.

Keterpilihan Halimah sebagai pemimpin negara Singapura juga menimbulkan perdebatan, bukan karena alasan etnis melainkan karena dianggap tidak demokratis. Sebagian warga Singapura merasa hak suara yang mereka miliki dirampas dengan ditetapkannya calon tunggal.

"Saya sangat marah. Marah karena suara saya dirampok. Suara saya dibatalkan," tulis Kyle Malinda melalui Twitter.

#NotMyPresident baru-baru ini memang sedang dipopulerkan sebagian warga Singapura sebagai bentuk kekecewaan terhadap penetapan halimah sebagai presiden yang dianggap tidak demokratis.

Secara konstitusional Halimah sebagai kandidat memiliki posisi yang sangat kuat. Amandemen konstitusi Singapura memberikan ruang khusus bagi salah satu etnis yang dalam lima masa jabatan terakhir tidak menjadi presiden. Dan tahun ini, Pilpres Singapura memberikan kesempatan khusus kepada etnis Melayu. Komisi Pemilihan Presiden (PEC) merilis Sertifikat Kelayakan Halimah Yacob. Dengan tidak adanya pesaing lain, maka pemungutan suara di Singapura yang direncanakan digelar pada 23 September ditiadakan, karena dua pesaing Melayu lainnya, yakni Salleh Marican dan Farid Khan tidak memenuhi kriteria persyaratan yang ditetapkan komite pemilihan presiden Singapura.

Penulis:

Editor: Erniyati Khalida

253