Dirjen Pesantren, Kado Menag RI di Hari Santri 2021
Jakarta, Pewartanusantara.com – Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas memberi kado istimewa saat memperingati Hari Santri Nasional 2021 dalam bentuk Direktorat Jenderal (Dirjen) Pesantren di Kementerian Agama, yang khusus untuk mengurus pesantren ‘secara penuh’.
“Insyaallah, saya mohon dukungan Gus Rozin (Abdul Ghofar Rozin), dan seluruh santri, kami sedang mengusulkan satu Dirjen baru di Kementerian Agama, yaitu Dirjen Pesantren,” kata Gus Yaqut, sapaan akrabnya.
Hal itu ia ungkapkan saat membuka acara Webinar Internasional Peringatan Hari Santri 2021 yang diadakan oleh Rabithah Ma'ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI-PBNU), bertajuk Sudut Pandang Politik, Ekonomi, Budaya, dan Revolusi Teknolog secara daring melalui Zoom Meeting dan YouTube TV9 Official, Rabu (20/10).
Gus Yaqut menambahkan bahwa pihaknya juga sudah menghadap kepada Wakil Presiden Ma’ruf Amin selaku ketua tim reformasi birokrasi. Dan secara teknis akan segera dibicarakan dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (Menpan RB).
“Semua kita yang memenuhi syarat, santri-santri ini, bisa memiliki kesempatan untuk mengurusi santri secara struktural, yang selama ini tidak pernah dilakukan,” ungkapnya.
Gus Yaqut juga menegaskan bahwa Kementerian Agama membuka diri dan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mempersiapkan para santri agar mampu bertarung di waktu yang akan datang.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Yaqut optimis santri bisa menjadi pemenang di masa depan dalam setiap kompetisi jika para santri mampu mempersiapkan diri.
“10-15 tahun yang akan datang, saya meyakini, bahwa santri-santri di pesantren ini nanti yang akan memenangkan kompetisi. Santri itu pasti jadi pemenang kalau kita mampu mempersiapkan diri itu kuncinya,” ujarnya.
Mengomentari tajuk webinar, politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu juga menekankan agar santri tidak memaknai ekonomi sebagai proposal saja, tapi juga keinginan untuk mandiri dan mempunyai daya saing yang lebih baik.
“Ya begitulah santri. Bicara ekonomi lebih dimaknai sebagai membuat proposal. Jadi mudah-mudahan setelah webinar ini, pemaknaan ekonomi bukan lagi proposal tetapi bagaimana membangun effort keinginan untuk berubah menjadi lebih baik,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Gus Yaqut mengatakan bahwa pesantren merupakan lembaga yang identik dengan Islam dan selalu mengandung makna keindonesiaan.
“Kita tahu Pesantren adalah lembaga pendidikan yang indigenous (asli) ada di Indonesia. Kita tidak akan pernah bisa menemukan pesantren di tempat lain di negara lain, pesantren ya pasti Indonesia,” katanya.
Karena itu, menurut Gus Yaqut menekankan bahwa pesantren seharusnya tidak hanya peranan tradisional saja, tapi juga pada peranan yang lebih penting seperti memelihara tradisi keislaman dan mereproduksi ulama.
Ia juga menjelaskan bahwa tantangan pesantren ke depan salah satunya adalah bagaimana mewujudkan ulama yang kompatibel dengan perkembangan zaman.
“Penting juga untuk mencetak ulama yang mempunyai peran atau bisa berperan dalam pusat-pusat pembangunan yang berbasis masyarakat (community based on development). Jadi, Kiai yang ulama, yang memiliki perspektif membangun masyarakatnya,” tegasnya.
Tidak hanya itu, Gus Yaqut juga menyebutkan tantangan lain yang dihadapi pesantren adalah bagaimana menciptakan ulama yang mampu membangun dan memiliki perspektif berdasarkan nilai-nilai yang dipelajari di pesantren atau value oriented development.
Acara itu dihadiri juga oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Ketua RMI-PBNU Abdul Ghofar Rozin, Rois Syuriah PCI NU Amerika Serikat Ahmad Sholahuddin Kafraw, PCI NU Australia Eva Fachrunnisa, Pengasuh Pesantren Al-Anwar Sarang Abdul Ghofur Maimoen, dan Nadhirsyah Husein atau Gus Nadir.
Adapun pada hari kedua akan dihadiri oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, Sumanto Al-Qurtubi, Miftakhul Huda, Sidrotun Naim, Rodlin Billah, dan Novi Basuki.
Penulis:
Editor: Erniyati Khalida