Pewarta Nusantara
Menu Kirim Tulisan Menu

Budaya Populer, Digital Ekonomi dan Pergeseran Identitas

Sosial Media

Tulisan ini, merupakan hasil pengembangan dari forum diskusi yang diselenggarakan oleh ISAIs (Institute of Southeast Asian Islam) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Dalam forum tersebut, mendiskusikan bagaimana peran budaya populer dalam pembentukan identitas, digital ekonomi dan kesenangan. Dilihat dari fenomena sosial yang ditampilkan oleh Ria Ricis seorang Youtubers yang eksis dalam video-video vlog yang banyak ditonton oleh masyarakat terutama generasi muda dan dijadikan sebagai potret hiburan, gaya hidup hingga pembentukan identitas.
Tema ini, merupakan hasil penelitian dari Wahyudi Akmaliah, merupakan peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Posisi sosial media saat ini, masyarakat tidak hanya berperan sebagai konsumen juga sebagai produsen. Pada tahun 1990-an, internet baru dapat berjejaring antara sarjana dan aktivis pegiat demokrasi misalnya melalui via email.

Pasca orde baru, berbagai kelompok blogger mulai menunjukkan perannya dalam publik. Pada saat yang bersamaan media sosial seperti Friendster menjadi salah satu jejaring sosial. Pada tahun 2009, Facebook muncul sebagai media sosial yang cukup dominan, kemudian memunculkan sosial media yang lain, seperti Twiitter, Instagram, Path dan sebagainya.

Fenomen budaya populer ini menunjukkan adanya flatform baru dalam masyarakat, identitas seseorang dipengaruhi budaya dan gaya hidup dalam sosial media.

Dominasi budaya populer, tanpa kita sadari menjadi identitas baru. Melalui pendekatan apa yang disukai dan disenangi oleh masyarakat. Cukup membuat orang tertawa, senang bahkan galau, kita akan menjadi idola baru. Apalagi, jika kita bumbui sedikit dengan pesan-pesan moral keagamaan, kita sudah mendapat posisi dalam masyarakat.

Peran Ria Ricis dalam sosial media cukup berhasil. Sejak 2016 hingga saat ini sudah memproduksi video vlog sekitar 145 video dengan total viewers mencapai 201, 877,704. Dalam sebulan ia bisa memperoleh sekitar 100-130 Juta melalui iklan Google Adsense.

Apa yang ditunjukkan Ria Ricis tersebut tidak ada salahnya. Ia memainkan peran dalam sosial media secara kreatif (micro celebrity), tidak sebatas konsumen tetapi juga sebagai produsen. Di sini peran digital ekonomi dapat terlihat.

Namun, dalam konteks identitas, budaya populer tersebut perlu dilihat dari perspektif yang lebih dalam, karena apa yang kita konsumsi dalam media akan menjadi budaya dan identitas baru. Produksi pengetahuan dan identitas masyarakat, bisa jadi akan mudah didominasi oleh popular culture, yang bisa memainkan peran kunci sebagai kepentingan digital ekonomi, politik, pembentukan identitas, hingga persoalan kesalehan sosial.

(Beberapa kutipan, dari materi diskusi, buku dan hasil pengembangan penulis).

564