Seperti biasa, hari Sabtu sangat membuat lelah. Bagaimana tidak, saya harus berlatih Pramuka setelah otak dipaksa menghitung angka tanpa tulisan (Rp) di depannya. Kepenatan otak yang dijejali angka-angka fiktif, kemudian dipaksa terbakar matahari karena latihan Pramuka. Bayangkan betapa angka-angka itu matang di kepalaku, mudah-mudahan tidak gosong dan lenyap menjadi abu yang menyumbat jaringan syaraf memori, karena sekecil dan seburuk apapun otak, saya masih membutuhkannya suatu saat, mungkin.
Latihan Pramuka selesai jam 16.00. Akhirnya neraka ini ada ujungnya, seperti kata kiyai Jarkoni “jika kamu beriman neraka tidak akan selamanya membakar mu“. Aku sangat mengimani pertemuanku dengan Putri binti Kasturi seusai Pramuka. Keyakinanku untuk bertemu membuat Garis takdir Tuhan tidak mungkin meleset. Dialah Putri binti Kasturi, duduk diatas sound ruang ekskul musik, mengipasi keringat tipis yang keluar dari pipi chubby-nya, tersenyum saat melihatku membuka pintu ruangan yang lurus dengan posisi duduk-nya.
Cewe yang memakai baju Pramuka nilai kecantikan-nya bertambah sekitar 10%, tersenyum tambah 5%, berkeringat tipis 1%, dan mengayunkan kipas (meskipun dari topi Pramuka) bertambah 5%. Sehingga total kecantikan Putri yang basic sudah memiliki sekitar 82%, sekarang prosentase kecantikan-nya menjadi 103%. “Anak-anak ku akan sangat bangga pada ibunya.” Gumamku.
“Pintu saya buka yaah..” tanyaku basa-basi pada Putri.
“Ini bukan rumahku Prettt, gak usah tanyakan itu, buka tinggal buka saja, bawa pulanng-pun aku gak peduli..” kata putri sambil melirik antagonis. Sepertinya dia sangat ingin mengenalku lebih jauh, pancingan sesuatu kepemilikan (rumah) -nya jelas dia berharap kalau aku perlu mengetahui rumahnya.
“Ok terimakasih, jadi dimana rumahmu?” Tanyaku.
“Mau apa?? Ngapain tanya-tanya rumahku” jawabnya lagi. Seolah mempertegas keseriusanku untuk mengetahui letak rumah-nya. Aku tidak mau terpancing karena itu, jawabanku harus diplomatis, dia tidak boleh tau kalau aku sangat ingin dia menunjukan letak rumahnya yang sebenarnya saya dengan kemampuan intelegens diatas rata-rata sudah mengetahuinya.
“Jelas lah Put.. suatu saat ada orang tersesat dan menanyakan rumah bapak Kasturi??, keluargaku menjual udang yang semakin banyak kenalan semakin mungkin sukses marketingnya??, atau yang paling mungkin jika ada surat dari sekolah yang harus lewat aku..??? Banyak sekali alasan put..”
“Orang yang tersesat akan langsung telpon bapak saya. aku benci udang, bapak juga punya alergi, dan tepat disebelah rumahku juga penjual udang, strategi marketingmu akan gagal total. Saryogi lebih mungkin dititipi surat sekolah, kalau bukan dia maka bapak Sarjohan adalah teman dekat ayah.” Argumentasiku dengan mudah ia patahkan, seperti kata Obama “wanita bertangan besi (Michelle Obama) lah orang dibalik kesuksesanku“. jelas putri ingin menunjukan betapa layaknya dia untuk menjadi wanita bertangan besi dibalik kesuksesanku kelak. Kali ini aku menyerah dan langsung mengapresiasi-nya, sebagai bentuk kebanggaanku padanya.
“Oke… Luar biasa, kamu memang benar put.., tapi sepertinya aku tetap harus tau rumahmu lah.. ”
“Sangat susah untuk dijelaskan Prettt…, lebih mudah share loc” jawab putri. Aku semakin yakin kalau dia tetap ingin berbincang denganku, bahkan setelah sampai rumah. Share loc adalah modus putri untuk dapat nomor HPku. Betapapun liciknya putri tetap aku hargai, akan ku berikan nomorku jika dia memang begitu menginginkannya.
“Baiklah, ini nomorku 08…”
“Ngapain kamu sebutin nomor? Ini scan barcode HPku!”
Ternyata barcode itu bukan nomor HP melainkan barcode google map. “Kalau kita gak bertukar nomor HP sekarang terus bagaimana kita berkomunikasi sepulang sekolah?” Tanyaku dalam hati.
“Kirain kamu mau share loc WA.. heheh” tanyaku pura-pura malu.
“Ok, share loc WA” jawabnya. HPku tiba-tiba bunyi dan dapat pesan map di WA. “Kok dia tau nomerku?, Atau jangan-jangan dia memata-matai ku, dan dia juga tau kalau aku memata-matai dia. Atau, dia memata-matai ku waktu aku memata-matai dia. Dan sekarang sepertinya aku memata-matai dia yang sedang memata-matai ku yang memata-matai dia.” Gumamku dalam kebingungan.
“Kok kamu tau nomerku?” Tanyaku padanya mengakhiri misteri kepemilikan nomor HPku.
“Kita satu grup WA kelas prett.. nomormu ada didalamnya dan udah ku save.” Jawabnya.
“Owhh.. iya Iyah.. ok kalau gitu aku save ya nomermu“.