Anselmus, Seorang Filsuf dan Teolog dari Canterbury
Pewartanusantara.com - Anselmus atau yang juga dikenal sebagai Santo Anselm dari Canterbury adalah seorang teolog dan filsuf yang cukup berpengaruh. Perjalanannya sebagai seorang Uskup Agung tidak berjalan mudah karena sang ayah justru memintanya untuk berkarir di bidang politik. Anselmus sendiri lahir di sebuah kota bernama Aosta, Italia pada tahun 1033. Biografi Anselmus sampai saat ini pun masih banyak dibaca.
Riwayat Hidup Anselmus
Setelah menolak permintaan ayahnya, Anselmus memilih untuk mengembara ke berbagai negara di Eropa. Layaknya anak muda pada masa tersebut, Anselmus justru memilih masuk ke biara yang ada di Norwegia. Di bawah asuhan seorang guru hebat di masanya yaitu Lanfranc, Anselmus kemudian banyak melahirkan karya dan buah pikir yang mengagumkan.
Setelah menamatkan sekolah biaranya, Anselmus sempat menjabat ke dalam beberapa pekerjaan seperti rahib, biarawan, hingga akhirnya menjadi seorang Uskup Agung Canterbury pada tahun 1093 sampai 1109. Namun, pada saat itu Anselmus juga dibuang ke pengasingan karena berusaha melindungi gereja, tanah, dan keuangan dari seorang raja tamak.
Selama masa hidup di pengasingan, Anselmus membuktikan dirinya untuk hidup sebagai gembala Tuhan yang baik. Ia juga menjadi membuat banyak karya besar hingga menjadi seorang teolog.
“For I do not seek to understand in order that I may believe, but I believe in order to understand. For this also I believe-that unless I believe I shall not understand.”
St. Anselm
Karya Anselmus
Tidak lengkap jika membahas biografi Anselmus sebagai filsuf tanpa adanya pembahasan mengenai karya-karyanya. Namun, diantara banyaknya karya Anselmus, ada yang menarik banyak perhatian yaitu Monologi. Dalam karya tersebut, Anselmus menuangkan pikirannya akan Tuhan dengan tiga hal.
Yang pertama adalah kebaikan mengenai Tuhan atau Allah. Kebaikan mutlak itu ada pada Tuhan dan pengandaian terhadap hal baik itu relatif. Kedua, apa yang ada di dunia ini dan bersifat sama itu datang datu satu hal. Hal yang disebut di sini adalah Allah. Dan yang terakhir, ada berbagai tingkatan kesempurnaan, tapi kesempurnaan yang mutlak ada pada Allah.
Selain Monologi, Anda juga bisa mencari tahu mengenai karya Anselmus yang berjudul Clur Deus Homo atau jika diterjemahkan berarti Mengapa Allah Menjadi Manusia. Dalam karya yang satu ini Anselmus menjelaskan bahwa orang baiknya percaya dengan apa yang diajarkan gereja mengenai Tuhan Allah.
Dengan percaya apa yang diajarkan gereja, maka setelahnya bisa dimengerti oleh akal sehat. Pikiran Anselmus ini kemudian menjadi banyak digunakan dan memiliki pengaruh besar di kalangan gereja pada Abad Pertengahan.
Bukti Adanya Allah Menurut Anselmus
Pada masa itu, keberadaan tuhan masih banyak diragukan oleh orang. Keberadaan Anselmus kemudian memudahkan manusia untuk percaya bahwa Tuhan sebenarnya ada. Dimulai dengan hal-hal sederhana seperti ada banyak sekali hal yang tidak terbatas. Dengan hal ini Anselmus ingin menyampaikan bahwa daya pikir manusia lah yang terbatas dan hanya bisa memahami hal-hal yang mendasar saja.
Cara yang kedua tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya. Anselmus mengatakan bahwa apa yang manusia pikirkan mengenai Allah itu tidak sebesar apa yang sebenarnya ada. Allah ada dan lebih besar daripada sekadar penguraian manusia.
Jika bisa dirumuskan mengenai hasil pikiran Anselmus adalah, Tuhan itu benar-benar ada dan tidak hanya hidup di pikiran manusia saja. Walau begitu, tidak semua orang dengan tingkatan pemikiran bisa setuju dengan apa yang dikatakan oleh Anselmus. Dan iman lah yang menjadi hal mendasar yang wajib ada dan dimiliki oleh manusia. Melalui biografi Anselmus ini bisa disimpulkan bahwa setiap filsuf dan manusia memiliki penjabarannya masing-masing mengenai Tuhan dan keberadaannya. Yang perlu ditekankan adalah Tuhan adalah ADA!
Baca juga: Boethius Karya dan Pemikirannya
Penulis:
Editor: Erniyati Khalida